Makan malam

Dylan membuang smirk mendengar alasan Jelita yang terkesan menutupi perselingkuhan "Bohong saja Jelita, tidak dosa, jika di lakukan pada laki-laki yang sudah menyelingkuhi mu." Batinnya.

"Oh." Untuk sementara Brandon menyimpan pertanyaan yang bertengger di otaknya, setidaknya setelah laki-laki tampan di hadapannya pergi.

"Ok, kalo begitu saya langsung pulang, Brandon. Sampai jumpa lagi." Pamit Dylan tersenyum.

"Iya, silahkan, silahkan, terimakasih Dylan." Ucap Brandon.

Sebenarnya dalam hati lelaki itu tak menyukai tatapan candu Dylan yang terkesan kurang sopan pada isterinya.

Setelah Dylan berlalu, Jelita pun melanjutkan langkah memasuki mobil suaminya, di ikuti oleh Brandon yang mengambil alih kemudi.

Segera Brandon menggerakkan kendaraan beroda empat miliknya berlalu dari halaman rumahnya.

"Jeje." Di tengah perjalanan Brandon melirik sekilas ke arah Jelita yang sudah kembali memakai cincin kawin mereka.

"Hmm?" Toleh nya.

"Kamu bilang cincin nya kamu lepas karena sudah sesak, lalu tiba-tiba tetangga sebelah mengantarnya, jadi kamu berbohong padaku Je?" Tanyanya memojokkan.

"Aku lupa, akhir-akhir ini aku memang suka tiba-tiba pengen lepasin cincin nya karena udah mulai gatal di jari, E'den, kamu gak percaya?" Tepis Jelita.

"Ya, aku percaya, tapi tetap saja aku kecewa padamu, kamu ceroboh begitu. Cincin kawin itu benda penting Jeje, jangan sembarangan kamu tinggalkan di tempat orang, apa lagi tetangga kita laki-laki." Rutuk Brandon yang sudah tak kuasa menahan kata-kata itu dari mulut posesif nya, apa lagi saat melihat gelagat Dylan yang sepertinya menyukai Jelita.

"Iya, lain kali aku hati-hati." Jawaban singkat dari Jelita.

Jelita memang termasuk orang yang malas sekali memperpanjang masalah, apa lagi untuk hal sepele, bahkan hal yang paling menyakitkan sekalipun Jeje lebih suka menyimpan nya sendiri dari pada harus berdebat.

...🖋️................🖋️...

Di kediaman keluarga Anson Dwi Pangga, Jelita dan Brandon masih bersantap malam di sana, rumah yang berdominasi dengan warna putih bergaya klasik, sangat mewah.

Biasanya rumah itu sepi karena hanya ada sepasang suami istri paruh baya saja selebihnya hanya para pelayan.

Awalnya Anson melarang Brandon membeli rumah lagi, toh rumahnya juga sangat luas tapi jika di rumah Anson, tidak mungkin Brandon bisa bebas membawa pulang Shasha ke rumah, maka bersikekeh Brandon beralasan untuk mandiri.

Sedari tadi pembahasan mereka selalu seputar bayi yang belum juga hadir di tengah-tengah mereka padahal sudah dua tahun lamanya menikah.

"Jeje, nanti setelah sampai rumah kamu minum ini, yang rutin." Ibu mertua Jelita memberikan obat herbal pada menantunya.

"Apa itu Mi?" Brandon berkerut kening menatap ibunya sedang Jelita hanya menerima dengan polosnya botol kecil itu.

"Ini, biar istri kamu cepat hamil E'den, kalo gak berhasil juga, Mami terpaksa menyuruh mu menikah lagi. Kamu itu keturunan satu satunya keluarga ini E'den, jadi kalo istri kamu gak bisa punya anak siapa dong yang mau menjadi penerus keluarga?" Rutuk Emma, kalimat itu seakan memberikan proyektil di dasar hati Jelita Maharani yang mungkin bisa meledak kapan saja.

"Sabar Mi, kita memang belum di kasih, ..." Brandon belum selesai bicara lalu Anson menimpali.

"Jeje sayang, kamu tahu kan Papi sangat menyayangi mu melebihi putra Papi sendiri, Papi masih berharap kamu yang akan memberi cucu pertama Papi, jadi berusahalah sayang, yah." Anson mengelus lembut puncak kepala gadis itu dan bukannya merasa damai Jelita justru merasa sakit.

Sudah pasti Brandon akan menikah lagi karena lelaki itu tidak pernah berniat menyentuhnya dan mungkin ini yang sudah lama Brandon tunggu-tunggu. Jelita pasrah.

"Iya Pi, maaf kan Jeje." Singkat gadis itu dengan gondok di dadanya.

"Gak perlu minta maaf Jeje, yang kita mau dari kamu itu, cucu, berita tentang kehamilan mu!" Sambar Emma judes. Dulu Emma sangat menyayangi Jelita tapi kondisi ini membuat wanita paru baya itu selalu berkata ketus, Emma yakin Jelita yang bermasalah jika sampai mereka belum di karuniai anak.

"Iya Mi." Jelita tersenyum paksa, yah memang hanya itu saja yang bisa dia lakukan.

Mereka pun melanjutkan makan malam bersama masih sambil membahas tentang cucu, lalu setelah jarum jam menunjuk ke angka sepuluh Brandon mulai menggiring isterinya ke teras rumah di ikuti oleh Anson sedang Emma tak mau mengantar.

"Jeje pulang ya Pi, Papi jangan lupa jaga kesehatan." Jelita mengecup pipi kiri dan kanan ayah mertuanya dengan khidmat.

"Iya sayang, kamu juga hati-hati, jangan lupa sering sering ke sini. Jangan menunggu Papi undang baru datang!" Pesan Anson pada menantunya.

"Iyah, ..." Ucap Jelita yang lalu memeluk Anson seperti ayah kandungnya sendiri. Mereka memang sudah sedekat itu dari Jelita masih sangat kecil.

"Sudah-sudah, lama-lama E'den cemburu ini, kenapa kalian lebih romantis?" Protes Brandon pada ayahnya.

"Iya iya, kalian pulang lah, dan jangan lupa, ke sini lagi dengan berita, Jeje sudah hamil, mengerti!" Pinta Anson.

"Iya Pi, Papi doakan saja yah, semoga Jeje secepatnya hamil." Brandon menenangkan ayahnya seperti biasa, maka kata-kata mohon doa restu itu hanya sekedar basa-basi dari mulutnya bagi Jelita.

"Iya kan sayang." Brandon lalu merangkul isterinya "Iyah." Sahut gadis itu memberi senyuman pada laki-laki paru baya itu berusaha membantu suaminya menenangkan mertuanya.

Setelah salam perpisahan, Brandon lantas menuntun isterinya masuk ke dalam mobil mewah nya keduanya berusaha terlihat romantis di mata Anson. Tak ada yang di rugikan karena Jelita juga tidak ingin menyakiti ayah mertua yang sudah sangat baik padanya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah suasana di dalam mobil menjadi senyap, Jelita terus menatap ke arah jendela dengan pikiran yang bergulat tak jelas meskipun sejatinya Jelita sudah pasrah jika sampai suaminya menikah lagi, asal Anson bisa bahagia memiliki seorang cucu.

Sesekali Brandon melirik ke arah isterinya yang terlihat menyimpan beban hanya saja tak mau di curahkan. Satu jam setengah berlalu kini mobil mereka sudah sampai di halaman parkir rumah Brandon.

Jelita langsung membuka pintu sendiri lalu nyelonong masuk ke dalam rumah tanpa menunggu suaminya. Brandon menggeleng sabar, pria itu tahu Jelita sedang tidak enak suasana hati nya.

Setelah itu Brandon juga memasuki rumahnya langkahnya menuju ke kamar bawah dan ternyata Jelita tak berada di sana, pria itu keluar dan menaiki anak tangga menuju kamar tamu di lantai atas yang kebetulan belum terkunci.

"Je, .." Di lihatnya gadis itu sudah hampir membuka bajunya tapi mengurungkan niat setelah melihat Brandon masuk.

"Aku mau buka baju kamu keluar gih! Malam ini aku mau tidur di sini." Usir Jelita jutek.

"Kenapa memangnya? Aku suami mu! Aku juga mau tidur di sini kalo begitu." Tepis Brandon.

Jelita berkerut kening tak biasanya laki-laki itu berucap demikian, meskipun mereka tidur satu kamar tapi Brandon selalu membiarkan isterinya mengganti pakaian tanpa gangguan.

"Ya sudah terserah, istirahat saja dulu, aku mau langsung mandi." Jelita meraih handuk kimono miliknya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Terpopuler

Comments

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Najong, udah punya suami dzolim ibu mertua pun sama 🙄

2025-02-12

0

Jumaeda

Jumaeda

author, jgn sampai si Jeje di tiduri ma suamix sy gak rela Thor, dan pisahkan mereka smg tetangga merebutx

2023-06-09

0

Juan Sastra

Juan Sastra

nyesek thorr,, gak punya hati banget e'den

2023-01-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!