Tetangga

Pagi tadi Brandon sudah membuatkan Jelita sarapan, jadi sekarang giliran dirinya yang memasak untuk makan siang, sup iga bening menu pokok yang Jelita suguhkan di meja makan kali ini.

"Selamat makan." Ucap Jelita pada suaminya seraya duduk, dan Brandon tersenyum lalu mengacak kecil puncak kepala Jelita dari tempat duduknya "Terimakasih Jeje sayang." Ucap baliknya hangat.

Keduanya pun memulai ritual makan siang bersama dengan sesekali bersahutan pertanyaan ringan seputar pekerjaan Brandon dan kegiatan senam yang Jelita tekuni di tempat gym.

Jelita memang gadis yang amat sangat menjaga keindahan tubuhnya, hari harinya ia gunakan untuk berolahraga dan perawatan saja yang entah untuk siapa, sebab sang suami justru tak pernah berniat menyentuhnya.

Sampai pada akhirnya mata Brandon tak sengaja menangkap hal yang berbeda dari jari lentik isterinya.

"Je." Panggil nya lalu gadis itu menoleh menghiraukan suaminya.

"Cincin kamu kemana?" Brandon menarik tangan kiri Jelita memastikan di jemari lentik itu tak ada benda mungil tanda penyatuan mereka.

"Emmh, uhuk, ..." Jelita tersedak gugup "Ya Tuhan, harus jawab apa aku?" Sisi batinnya.

"Emmh, itu, cincin nya aku lepas E'den, aku mulai gemukan, jadi sedikit sesak di jariku." Kilah Jelita.

"Perasaan kamu masih langsing seperti biasanya, masa iya mulai sesak?" Sambung Brandon berkerut kening curiga.

"Emmh, kelihatannya ajah aku langsing, padahal naik dua kilo aku E'den, makanya, kayaknya aku butuh cincin baru lagi." Ucap Jelita masih berkilah.

"Ya udah, nanti kamu langsung pesan saja lagi, siang ini aku transfer." Sambung Brandon, sebab meskipun menjadi isterinya, Jelita hanya di fasilitasi kartu ATM saja dan setiap bulannya Brandon mentransfer sesuai permintaan Jelita. Sedang black card miliknya ia berikan pada Shasha yang suka sekali berbelanja.

Selama dua tahun ini, keluarga Brandon pikir Jelita lah yang memakai kartu orang kaya itu, padahal pengeluaran gadis itu tak pernah lebih dari lima juta sebulan, paling untuk biaya salon dan gym saja.

Untuk baju tas dan sepatu baru biasanya Jelita membelinya dengan uang dari ayahnya sendiri yang masih menjamin kebutuhannya, jelas, karena Jelita putri bungsu dari tiga bersaudara, tak jarang kedua kakak laki-lakinya yang direktur juga memberinya uang jajan.

"Iya." Angguk Jelita tersenyum "Semudah itu aku cari alasan, lalu kenapa juga harus lari-lari masuk ke sarang buaya darat?" Sisi batinnya lagi kala mengingat tetangga sebelah yang menyebalkan.

...🖋️................🖋️...

Waktu terus bergulir mengganti hawa dan cuaca alam semesta. Seharian ini Jelita lumayan sedikit ceria sebab hari ini Brandon menemaninya di rumah, seperti biasa mereka menghabiskan waktu bersama dengan bermain game online di iringi tawa lepas keduanya, sejenak Jelita melupakan perlakuan tak adil Brandon padanya.

Seperti rencana awal, malam harinya Jelita di ajak Brandon pergi makan malam ke rumah mertuanya yaitu Anson Dwi Pangga, CEO dari perusahaan properti ternama GG group.

Jelita memang menantu kesayangan dan satu-satunya Anson Dwi Pangga, dari kecil, meskipun Jelita bukan anaknya, Anson selalu membawanya kerumah dan menyuruh putranya tidur satu kamar dengan putri sahabat karibnya, hingga terjadilah persahabatan yang sudah seperti kakak beradik di antara Brandon Dwi Pangga dengan Jelita Maharani.

Namun, ternyata Jelita sudah menaruh hati jauh sebelum mereka sama-sama dewasa, hingga terbiasa dan mulai ketergantungan dengan keberadaan Brandon di sisinya. Maka tak heran jika sampai gadis itu rela di madu sekalipun, sebab Brandon sudah seperti belahan jiwanya.

Sebuah ulasan senyum manis menghiasi wajah tampan pria ini, saat gadis bersuami itu menuruni anak tangga menujunya di lantai bawah, kecantikan Jelita yang semakin lama semakin bertambah masih sering tiba-tiba menggetarkan hati yang terbelah dua miliknya.

"Wah wah, cantiknya isteri ku." Ucap Brandon memuji Jelita seperti biasanya "Kamu gak takut, aku jatuh cinta pada mu hum?" Laki-laki itu mencubit hidung minimalis Jelita yang lalu di tampik si pemilik.

"Kalo kamu mau jatuh cinta pada ku, pasti sudah dari dulu E'den, secara aku lebih cantik dari pacar mu kemana mana." Sindir Jelita lalu berjalan mendahului Brandon menuju pintu masuk utama.

"Hehe," Brandon nyengir sambil mengikuti langkah isterinya "Benar katamu Jeje sayang, aku memang mencintai Shasha apa adanya, aku menyukai sifat manjanya yang mengalah kan manja mu, aku menyukai keramahan di balik kekayaan orang tuanya, dia wanita pertama yang mampu membuat jantung hatiku berdebar kencang, dan mungkin akan selamanya." Jelasnya panjang lebar.

"Aamiin." Tanpa ragu Jelita mengamini doa suaminya meskipun sesak terasa saat mendengar kalimat itu "Mungkin aku sudah benar-benar gila, mengamini suamiku mencintai wanita lain untuk selamanya." Sisi batinnya.

Tiba di luar Jelita di kejutkan oleh sesosok pria bertubuh tinggi tegap dengan wajah tampan mencekam, berdiri di teras membawa buah tangan yang agaknya akan di berikan pada sang pemilik rumah.

"K-kamu?" Tempik Jelita membulatkan matanya "Ngapain ni buaya dateng ke sini!" Sisi batinnya.

"Selamat malam." Ucap laki-laki itu tersenyum sangat manis padanya.

"Siapa Je?" Brandon menatap laki-laki itu lalu menatap isterinya penasaran, apakah mereka saling kenal? Pikirnya.

"Perkenalkan, saya Dylan Jackson, tetangga sebelah, panggil saja Dylan tidak perlu Tuan, atau pak, cukup dengan Dylan saja." Ujar laki-laki itu mengasongkan tangannya menawarkan jabat tangan pada Brandon.

"Oh, iya, salam kenal, Brandon," Balas suami Jelita sambil menerima jabat tangan dari laki-laki itu "Maaf, saya tidak pernah melihat Anda sebelumnya." Brandon tersenyum sedang Jelita masih menatap tak suka pada Dylan.

"Tidak apa, saya juga baru menyambangi rumah Anda, padahal sudah hampir dua tahun saya tinggal di sini." Sambung Dylan, sesekali pria itu melirik ke arah Jelita yang tampak sangat cantik di matanya.

"Tuh mata perlu di colok!" Batin Jelita.

"Iya, maklum, saya tahu yang tinggal di komplek sini pasti orang sibuk." Sela Brandon terkekeh ramah.

"Kalian ada rencana pergi?" Dylan bertanya menatap sepasang suami istri itu bergantian.

"Iya, kebetulan kami mau makan malam di rumah orang tua." Jawab Brandon sedang Jelita masih setia dengan tatapan tidak sukanya.

"Ya ya ya, di ajak makan malam romantis bersama ku tidak mau, jadi ini alasannya?" Batin Dylan melamun.

"Tapi ngomong-ngomong. Apa ada yang mau Anda sampaikan? Atau, ...?" Brandon berusaha mempercepat percakapan mereka, karena sudah terburu-buru, lagi pun sudah mulai risih dengan tatapan Dylan yang seolah menginginkan isteri cantiknya.

"Oh, iya, ..." Dylan beralih pada Brandon sesaat lalu menatap kembali ke arah Jelita, pria itu menyodorkan kotak kecil pada isteri tetangganya "Ini milik mu yang kau tinggalkan di rumah ku, Nona cantik." Ucapnya dengan tatapan penuh damba pada gadis itu.

"Apa ini?" Brandon yang dengan cepat menyambar benda kecil berwarna merah itu sebelum kemudian membukanya, posesif.

Kening mengerut saat melihat benda mungil yang dua tahun lalu ia sematkan pada jari manis Jelitanya "Cincin? Ini bukannya cincin kawin kita Je?" Tanyanya menatap Jelita, ada gurat menyudutkan di iris coklat itu.

"Emmh, iya," Jelita merebut kotak kecil itu lalu beralasan "Aku lupa tadi pagi aku melepas nya, pas balikin kucing ke rumah Dylan, E'den. Maaf yah." Kilahnya.

...🖋️..... Bersambung.....🖋️...

Jangan lupa Like ya🥰

Terpopuler

Comments

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Benar benar suami dzolim si Brandon 😤

2025-02-12

0

Erna Wati

Erna Wati

jangan lepas Dylan kejar terus

2024-12-13

0

Hani Ekawati

Hani Ekawati

Pretttt....najong 😤

2025-02-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!