"Permisi Tuan." Jelita menghentikan langkah tepat di depan pintu dan pengawal langsung menutup nya kembali.
"Hmm." Pria itu memutarkan kursinya menghadap ke arah Jelita "Ada perlu apa Nona datang kemari?" Tanyanya datar.
"Emmh." Jelita senyap menatap wajah tampan pria itu untuk yang pertama kalinya, di mana jambang tipis yang menghiasi wajahnya begitu membuatnya terlihat lebih macho "Ya Tuhan, aku gak pernah liat cowok seganteng ini di sekitar sini, apa benar dia tetangga ku?" Batinnya.
"Saya bertanya pada mu Nona!" Sergah laki-laki itu membuyarkan lamunan Jelita Maharani.
"Oh, .. iya, maaf, Emmh, saya ke sini mencari kucing Tuan, dia barusan membawa lari cincin pernikahan ku." Ucap Jelita gugup.
"Anda bertamu ke sini tidak menanyakan nama ku?" Ucap pria itu sambil beranjak dari duduknya lalu berjalan perlahan menuju Jelita.
"Eh iya, lupa, hehe, nama saya Jelita Tuan, Tuan sendiri siapa? Boleh saya tahu? Saya tetangga sebelah." Sambung Jelita mencoba menekan rasa takutnya saat pria bule itu mendekati nya.
"Dylan Jackson! Panggil saja Dylan tidak perlu Tuan, kita tetangga bukan?" Ucap nya di iringi dentuman sepatu besar miliknya yang membuat ruangan itu semakin mencekam.
"Oh, Dylan, hehe, iya, b-baik Dylan." Ucap gadis itu masih gugup tak karuan, bahkan keringat mulai mengembun menghiasi dahi mulusnya, wajah Dylan memang tampan tapi berbeda sekali dengan Brandon yang berwajah hangat.
"Apa ini yang Nona maksud?" Tepat di depan Jelita, Dylan menunjukkan cincin bermata berlian pada gadis itu.
"Emmh iya benar Tuan, ini, ini yang saya maksud." Mata indah Jelita berbinar senang, bibirnya pun tersenyum girang dan itu cukup mampu menggetarkan hati si pemilik wajah bule ini.
Baru saja Jelita mau mengambilnya sayangnya laki-laki itu sudah menarik tangannya lebih dulu ke atas, membuat Jelita melompat lompat berusaha meraihnya, tubuh kecil nya tak cukup mampu menggapai tangan Dylan yang tingginya 187cm.
"Tuan! Kembalikan, itu milikku!" Jelita berkerut kening menatap kesal laki-laki itu sambil terus melompat lompat berusaha meraihnya.
Tangan kiri Dylan melingkar di punggung bawah Jelita hingga bersatulah keduanya tak menyisakan jarak "Kamu benar-benar Jelita seperti nama mu." Ucap nya dengan pandangan yang begitu lekat padanya.
"Jangan kurang ajar kamu! Lepas gak!" Berang Jelita memukuli dada bidang pria itu lalu dengan reflek Dylan melepasnya begitu saja membuat tubuh kecil Jelita terhuyung terhempas ke belakang.
"Dasar tetangga kurang ajar!"
"Kembalikan gak!" Tuntut Jelita. Kali ini gadis itu benar-benar sudah naik pitam, ternyata dia bukan memasuki kandang macan tapi kandang buaya darat, yah, itu kesan pertama yang Jelita tangkap dari tetangga tampan nya.
"Kamu mau cincin ini?" Dylan membungkuk kan tubuhnya agar bisa mensejajarkan wajahnya dengan wajah cantik Jelita.
"Iya jelas lah, itu milikku!" Ketus Jelita.
"Ok, tapi, ...." Dylan merotasi kan matanya seolah meledek.
"Tapi apa, cepet!"
"Nanti malam, kamu temani aku makan malam di sini. Kita berdua dinner romantis. Setuju?" Tawar Dylan menaik turunkan alisnya.
"Makan malam romantis?" Jelita membulatkan matanya, angin dari arah mana yang membisikkan kata-kata itu padanya? Tiada hujan tiada petir lalu tiba-tiba mengajak makan malam? Kenal saja tidak "Yang benar saja? Anda kan tahu saya sudah punya suami!" Bentaknya.
Dylan tampak memajukan bibirnya kecewa "Ya sudah, kalo begitu pergilah, aku tidak akan mengembalikan cincin mu, pergilah!" Usir nya tangannya mengibas dengan hawa dingin yang mencekam di raut wajahnya. Dia lantas berdiri tegak kembali.
"Heh Dylan, itu milik ku! Jadi kenapa harus ada negosiasi? Aku bisa saja melaporkan mu ke polisi atas tuduhan pencurian!" Jelita benar-benar sudah hilang kesabaran, baru pernah ia melihat pria seaneh ini.
Dylan menarik sudut bibirnya tersenyum lalu berjalan menuju balkon ruangan itu dengan langkah perlahan "Aku suka saat kamu memanggil namaku, itu, terdengar mesra." Ucapnya.
"Sinting kamu ya?" Umpat Jelita berkerut kening sambil mengekori langkah laki-laki itu tanpa rasa takut, entah mendapat keberanian dari mana, yang pasti Jelita sudah merasa tak asing lagi dengan pria itu.
"Jadi gimana? Mau makan malam dengan ku? Atau, aku buang cincin ini ke, ...." Dylan menyodorkan cincin milik Jelita kepada mesin penghancur besi yang terletak tepat di bawah balkon tersebut.
Sontak Jelita melotot mengerling ke arah mesin penghancur besi yang sudah siap melahap cincin pernikahan nya.
"Jangan, jangan Dylan! Itu berharga sekali bagiku! Tolong jangan kamu buang ke mesin itu!" Pekik nya penuh harap bahkan tangannya mengibas-ngibas seakan memohon.
"Ok, aku tunggu nanti malam, di sini!" Dylan melepas smirk dingin seraya berucap sementara tatapan matanya begitu lekat pada wajah cantik gadis itu. Tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana jeans miliknya.
"Tapi bagaimana bisa? Aku punya suami, dia tidak akan mengizinkan ku!" Sergah Jelita terheran heran.
"Apa pun caranya, kamu pasti bisa beralasan, iyakan?" Sambung Dylan enteng.
Jelita mendengus "Terserah! Hancurkan saja cincin nya! Suamiku bisa membelikannya lagi!" Wanita itu melengos pergi dengan gurat berang.
Seketika Dylan berkerut kening menatap berlalunya gadis itu, rupanya semudah itu Jelita lepas dari jeratan piciknya, bahkan sudah tak takut lagi dengan ancamannya.
"Sial!" Umpat serapah nya.
......................
Jelita sudah menuruni anak tangga kembali, tak perduli lagi dengan cincin miliknya yang mungkin sudah di masukkan ke dalam mesin penghancur "Dasar psikopat! Kenal ajah enggak, tau tau ngajak makan malam romantis! Sinting gila miring tu orang!" Sarkas nya merutuk.
Selama dua tahun ini dia tak pernah tahu wujud tetangga sebelahnya tapi sekalinya bertemu sudah bikin kisruh. Ah sudahlah Jelita tak mau mengambil pusing, lebih baik waktu liburnya ia gunakan untuk hal hal yang lebih bermanfaat dari pada harus bermain-main dengan psikopat gila.
Setelah melewati beberapa pelayan dan penjaga rumah Dylan akhirnya Jelita bisa bernapas dengan lega keluar dari gerbang tinggi mantion tersebut, Jelita pun melanjutkan langkah memasuki gerbang rumahnya sendiri, tiba di halaman miliknya tampak Brandon baru saja turun dari mobil dengan kening yang mengerut menyambutnya.
"Jeje, ..." Sapa nya hangat.
"Iya, ..."
"Kamu dari mana? Aku liat tadi kamu dari rumah sebelah?" Tanya Brandon penasaran, tak biasanya Jelita menyambangi rumah tetangga.
"Oh, itu," Jelita menggaruk tengkuk yang tidak gatal, jangan sampai Brandon tahu cincin kawin mereka di rebut tetangga sebelah, pasti akan ada perang antar tetangga, sebab biasanya pun begitu, Brandon termasuk tipe sahabat yang sangat posesif, dari kecil siapapun yang mengganggu Jelita dia hajar tanpa ampun.
"Emmh, itu, tadi, kucing, iya kucing, kucing tetangga sebelah lari ke sini, makanya aku balikin ke sana." Kilah Jelita dengan tangan yang menunjuk ke arah rumah Dylan.
"Ooh, ..." Brandon manggut-manggut "Ya udah, sekarang masuk." Ajaknya merangkul gadis itu lalu menuntunnya masuk.
"Kamu kok tumben cepet nganter Shasha nya? Memangnya kalian gak jalan-jalan?" Jelita mendongak menatap wajah Brandon sambil terus berjalan beriringan.
"Enggak. Nanti malam Papi mengundang kita makan malam bersama, dia kangen kamu katanya, jadi, sekarang aku mau istirahat saja di rumah." Jawab Brandon.
"Oh,"
...----------------...
Dukung author dengan Like, vote, dan komentar.🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Hani Ekawati
Justru wajah hangat nya si Brandon sama dengan sikapnya juga yg hangat sama pacarnya dibandingkan ke istrinya.🙄
2025-02-12
0
Rusiani Ijaq
jelita bodoh menutupi kebejatan orang yang berkedok suami tp menenggelamkan dan menyakiti hati dan perasaan nya sendiri
2024-05-17
0
Tini Patini
nyesek Thor bacanya,cepetan biar pergi jelitanya sama cowok lain
2022-09-30
0