No World To Be End
...NO WORLD TO BE END...
"Traumatized from the thing i've seen in my life. Everything you see right now is the highlight."
...•Api•...
Pada suatu pagi yang tidak terlalu cerah...
[Beep, beep, beep]
Aku mengulurkan tangan untuk meraih handphoneku yang ada di atas meja samping kasur. Kurasa tidak ada satupun manusia yang mampu hidup tanpa benda berukuran kecil ini di zaman sekarang. Fitur alarm yang ada di dalamnya kini telah menggantikan penggunaan alarm konvensional secara perlahan. Gapaian tanganku pun menjadi simbol dari ketergantungan kaum milenial akan sesuatu yang dinamakan dengan teknologi ini.
Dengan kejadian buruk yang seakan sedang menanti, Aku bergumam sebelum beranjak dari tempat tidur, "Kenapa ya aku merasakan sesuatu yang aneh pagi ini?"
Hal itu bukan tanpa alasan. Angin yang berhembus dingin, bulir-bulir keringat yang menetes tanpa sebab, serta bagian tengkuk yang mendadak pegal menjadi pertanda akan firasat yang tidak meng-enakan. Aku pun langsung berjalan meninggalkan kamar menuju ruang tamu seraya menghiraukan perasaan mengganjal tersebut.
Di atas meja, rupanya ibuku yang telah berangkat bekerja menitip pesan agar aku menghangatkan makanan yang ada di kulkas sebelum berangkat ke sekolah. Berdasarkan menu makan malam kami kemarin, kurasa yang dimaksudkan oleh ibuku itu adalah nasi goreng kotak yang tersisa tadi malam. Tetapi karena merasa malas, aku enggan melakukannya dan memilih untuk langsung berangkat ke sekolah, tanpa memberi asupan pada tubuh sebelum beraktivitas.
Untuk sampai ke sekolah, biasanya aku berjalan kurang lebih sepuluh menit menuju stasiun, kemudian menaiki kereta listrik, dan berjalan lagi sekitar sepuluh menit dari stasiun menuju sekolah. Itu adalah perjalanan yang sangat membosankan bagiku. Bahkan selama di perjalanan pun aku asyik memperhatikan langit yang pagi ini sedikit mendung. Awan-awan kelabu yang terasa berat itu mungkin dapat memuntahkan isinya kapanpun, menyebabkan siapapun yang tidak siap melakukan antisipasi mendapat ganjaran guyuran air yang deras dari langit.
Sambil menyusuri jalan setapak, aku berharap dengan cemas, "Semoga saja hujan tidak turun!"
Sayang seribu sayang... Hujan pun tetap turun
Sambil menutup kepalaku dengan kedua tangan, aku mengumpat, "Sial! Kalau begini aku harus cepat!" Aku langsung berlari dengan langkah berat menuju stasiun pertama, tempat yang akan menjadi peneduh dari rintikan air yang membasahi diri.
Keringat yang bercampur dengan rintikan air hujan menyebabkan sensasi segar sekaligus gerah secara bersamaan. Tubuhku yang tidak siap untuk melakukan olahraga di pagi hari seketika mengalami penyesuaian tidak normal pada otot-otot yang merenggang. Ini mungkin pertama kalinya bagiku untuk berlari dalam beberapa minggu belakangan. Beruntungnya setelah aku sampai di stasiun, hujan nampaknya sudah reda.
Beberapa menit berlalu. Waktu yang tanpa kusadari terus berputar, secara tidak langsung melarutkanku hingga tiba di sekolah. Gerbang bangunan yang berbentuk segi panjang tersebut pun kulewati dengan sangat lesu, seakan-akan ini bakal menjadi tujuh jam yang paling lama dalam hidupku.
Tidak hanya sensasi berada di penjara, kelesuanku pun kini semakin bertambah kala mendapati tidak ada satupun siswa dan siswi yang lalu lalang di dalam. Hal tersebut memperparah keputusasaanku pada sekolah ini.
Aku yang berniat melihat waktu, lantas mengeluarkan handphone dari saku. Tetapi saat aku akan menyalakan layar handphone, gerbang sekolah di belakangku tiba-tiba bergerak menutup sendiri, menyebabkan kebingungan dan kengerian yang menjalar dari ujung kaki hingga ujung kepala.
[Suara gerbang]
Di atap sekolah, terlihat pria yang mengenakan jas dan topi layaknya seorang pesulap sedang melambaikan tangannya padaku. Pakaian yang dikenakannya sedikit norak jika dibandingkan dengan selera berpakaian orang-orang pada umumnya. Yang menjadi sorotan utamaku adalah topi tabung seperti saluran pipa yang terpasang layaknya baut di kepalanya.
Siapa yang masih mengenakan topi konyol seperti itu di zaman seperti ini?
Aku yang melihat keramahannya kemudian mencoba memastikan dengan memberi isyarat, "Aku?" Sambil menunjuk diriku sendiri. Alangkah baiknya untuk menunjukkan sikap yang baik ketika bertemu dengan orang baru, itulah yang selalu dikatakan oleh ibuku.
Dia lalu menjawab dengan isyarat juga, "Iya. Kau!" Entah ada urusan apa pria pesulap itu denganku, yang jelas aku yakin kalau aku tidak pernah terlibat dalam hal apapun dengan orang berpenampilan aneh seperti dia. Jika kami adalah komplotan penjahat, maka kami merupakan penjahat pemula dari para pemula dengan pakaian seperti itu.
Sang pria pesulap melepaskan topinya dan mengeluarkan sebuah payung dari dalam topi tersebut layaknya seorang pesulap sungguhan. Rasa bingung yang memenuhiku pun untuk sesaat berubah menjadi kekaguman atas sebuah pertunjukan sulap dadakan. Dengan memencet sebuah tombol yang ada di dekat pegangannya, payung yang digenggam oleh sang pria pesulap akhirnya terbuka, menunjukkan motif warna sederhana pada kembangan bahan anti air yang melingkar pada setiap jari-jari yang menyebar.
Setelah membuka payung yang dia ambil barusan, tiba-tiba hujan pun turun lagi. Kebetulan yang aneh mengingat langit sempat sedikit cerah kala hujan reda untuk pertama kali. Pelangi yang seharusnya muncul malah digantikan oleh susulan hujan dadakan yang nampak disengaja.
Saat aku memperhatikan langit, kali ini yang turun ternyata bukanlah air hujan, melainkan kumpulan belati tajam yang siap untuk menghujam seluruh tubuhku kapan saja. Dengan berbagai macam ukuran, benda-benda tajam itu seakan tidak memperhatikan bagaimana mereka seharusnya terlihat, mereka lebih mengutamakan bagaimana cara melukaiku dengan cepat dari atas sana.
[Belati turun]
Aku berlari mencari tempat berlindung sambil mencoba untuk menghindar dari beberapa belati yang turun. Gocekan kiri dan kanan serta lompatan harimau yang agak kaku kukeluarkan dengan susah payah demi menghindar dari luka yang sedang menunggu untuk tercipta. Sayangnya walau sudah berusaha, belati-belati tersebut pada akhirnya tetap berhasil untuk menghujam beberapa bagian tubuhku dengan begitu cepat. Aku pun tersungkur ke tanah kala mendapati kepalaku telah tertancap olehnya.
"Aaarghh!!" Keluhku dengan kesakitan. Sengatan yang tidak lazim untuk dirasakan membawaku pada ambang ketidaksadaran yang menjadi nyata.
Di sisi lain, sang pria pesulap yang sedang berteduh di balik payungnya kemudian membuang payung yang sudah penuh dengan belati tersebut ke arah belakang. Lemparannya terlihat cuek dan sedikit arogan. Kemampuan payung itu untuk menahan belati agar tidak menembus seutuhnya mendapatkan sedikit perhatian dari sudut pandangku. Sang pria pesulap pun langsung melayang turun ke permukaan untuk menghampiriku setelahnya.
Pria pesulap mengulurkan tangan kanannya untuk mengangkat kerah seragamku sampai wajah kami saling berhadapan. Dia lalu bertanya kepadaku yang sudah tak berdaya, "Kau Jion, bukan?"
"Apa maumu?!” Tanyaku dengan agak lemas seraya menahan rasa sakit.
Pria itu menjawab, “Kau. Aku mau kau agar membantuku.”
Mendengar jawabannya barusan sungguh membuatku muak. Aku sontak meludahi wajah pria pesulap itu dengan darah yang mengalir keluar dari mulutku, membalas hinaan yang baru saja dia berikan dengan penuh kebencian. Cairan merah gelap kental yang berasal dari diriku menodai wajahnya yang rupawan, menuruni bagian bawah mata sampai ke rahang.
Karena merasa agak kesal, sang pesulap tiba-tiba melakukan gerakan cepat dengan tangan kirinya, menusukkan sebilah pedang tajam yang entah darimana asalnya menuju perutku. Kini situasi sangat tidak berimbang. Jika aku memiliki kekuatan seperti dirinya, mungkin semuanya akan berjalan dengan berbeda.
Sambil menusukkan pedang miliknya dengan kuat, pria itu memberitahuku sesuatu yang menurutnya sangat penting. “Mereka membutuhkan bantuanmu, Jion!"
Tak lama berselang, seluruh tubuhku seakan menjadi berat. Aku mulai kehilangan kesadaran dan mataku perlahan mulai terpejam. Rasa sakit yang kuterima kini sudah tidak bisa kutahan lagi. Dalam hati aku bertanya...
Apakah ini yang dinamakan kematian?
***
Sementara itu...
Di sebuah istana entah dimana, seorang wanita cantik yang sedang mengandung terlihat memandangi sebuah kolam besar di hadapannya. Wanita itu mengenakan gaun yang cantik nan mempesona, layaknya sesosok dewi.
Area kolam tempat wanita itu berdiri sendiri nampak agak gelap dengan hanya diterangi oleh beberapa lentera. Untuk isinya, kolam tersebut memiliki air berwarna warna merah yang menyerupai darah dengan disertai Bunga-bunga Kamboja yang mengapung tenang di atasnya. Wanita itu memasukkan salah satu tangannya ke dalam air kolam untuk mengambil salah satu bunga tersebut.
“Kita sudah hampir sampai bukan, Aka Manah?” Tanya wanita itu kepada sosok yang ada di dalam bayangan sembari mengangkat salah satu bunga yang dia ambil tadi.
“Ya, seperti itulah. Aku baru saja memindahkan semua ras manusia bumi ke Kapaleos,” jawab sosok yang ada di dalam bayangan itu dengan suara berat. “Kau sendiri, bagaimana dengan kandunganmu?”
Wanita itu mengembalikan bunga yang dia ambil tadi ke dalam kolam lalu menjawab, “Satu bulan lagi sepertinya dia akan lahir. Dan kemudian saat dia besar nanti, aku akan memastikan padamu bahwa dia siap untuk menghabisi semua manusia yang telah kita pindahkan ke No World!”
“Aku suka sekali dengan ambisimu itu, Damballa. Ngomong-ngomong, apa nama yang akan kau berikan padanya saat dia lahir nanti?” Tanya sosok dalam bayangan itu lagi.
Setelah pertanyaan tersebut dilontarkan, seekor ular tiba-tiba merayap keluar dari bagian atas gaun wanita itu menuju tangannya. Dengan wajah yang licik, wanita itu menjawab, “Dia akan menjadi sosok iblis yang besar dan kuat, serta akan menjadi simbol dari kehancuran. Oleh sebab itu, aku akan menamainya Behemoth.”
...###...
*Pada beberapa bab seterusnya terdapat sedikit intermeso. Intermeso dalam karya ini sendiri tidak masuk ke dalam lingkup bab, tetapi lebih kepada informasi yang author mau sampaikan untuk menjadi tambahan bagi para pembaca. Dimana informasi yang ada tersebut merupakan referensi ataupun petunjuk tentang alur yang sedang terjadi dalam cerita. 👹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yurika23
seru Thor...enak bacanya...designnya juga keren2... jangan2 designer juga nih...
2024-10-12
0
Leader
katanya seluruh manusia udah dipindahin, kok aku enggak🙄
2021-12-06
1
Leader
absen dulu yakan.
hadirr
2021-12-06
1