...Tubuh yang Hangat...
Racun mungkin sudah masuk ke dalam pikiran orang-orang di dunia ini, meresap ke dalam sel-sel yang berenang mengitari seluruh tubuh mereka dengan fasih. Penyamaran katanya? Aku tidak tahu kalau para iblis mampu menyamar menjadi orang yang setampan diriku, kurasa merekalah yang beruntung jika demikian. Lagipula iblis itu biasanya sangat kuat, bukan? Aku sering melihat kemampuan mereka melalui layar perak, mereka dapat menghempaskan apapun yang ada di muka dengan kekuatan yang luar biasa. "Kalau aku memang iblis, aku pasti sudah melepaskan ikatan ini dengan mudah, tahu!" Ujarku pada Fuzz yang sedang memangku Aelius.
Ketika aku berkata demikian, laki-laki itu sendiri sedang fokus memperhatikan salah satu bagian tubuh sang beruang kecil. Dia tidak mendengarkanku demi mengungkap sesuatu yang terbenam pada hatinya. Kerikil-kerikil yang menutup rasa penasarannya pun dia runtuhkan seketika. "Apa kau tahu maksud dari motif garis meliuk-liuk ini?" Tanya Fuzz seraya memperhatikan jalinan melengkung yang membentuk sebuah simbol khusus di bagian belakang tubuh Aelius. Warnanya agak hitam kekuningan, tercetak pada kulit serta rambut halusnya secara tumpang tindih, motif tersebut sepertinya memiliki arti tersembunyi yang tidak kuketahui.
"Tidak." Aku menjawab dengan jujur. Siapa yang salah atas tidak terjawabnya pertanyaan barusan? Jawabannya adalah aku dan sang pria pesulap. Aku tidak memperhatikan motif tersebut sebelum kami berpisah dan sang pria pesulap tidak memberitahukanku tentang motif tersebut sebelum memberikan Aelius kepadaku. Bisa dibilang kami berdua adalah tim penyelamat umat manusia terburuk yang pernah ada.
"Memangnya dimana kau temukan dia?" Fuzz bertanya kembali. Kali ini dia sungguh tertarik dengan asal usul sang beruang. Dibanding mengatakan bahwa ketertarikan tersebut muncul akibat kelucuan dan keimutan yang terpancar, rasa tertarik itu lebih tepatnya muncul akibat sebuah 'keajaiban' yang dapat dia dirasakan.
"Aku tidak menemukannya. Seseorang memberikan dia padaku." Aku menjawab dengan ekspresi tidak tertarik, sedikit kesal karena luka kecil yang ada pada keningku.
Sambil mengelus-elus tubuh Aelius, laki-laki itu berkata dengan heran, "Aku tidak mengerti. Saat aku memegangnya tubuhnya, tiba-tiba tanganku terasa hangat."
Hangat. Sensasi yang menghilang dari inderaku, sesuatu yang tanpa kusadari telah dirindukan oleh kulit kering yang membutuhkan semburat cahaya matahari. Meskipun begitu, mana mungkin Aelius dapat mengeluarkan rasa yang kukenang tersebut. Sebuah kehangatan biasanya berasal dari cahaya, sedangkan beruang kecil itu nampak biasa saja bagiku. Aku lantas menyeletuk, "Berlebihan sekali!"
"Berlebihan dari mana? Mungkin kau tidak sadar, tapi saat ini hari masih petang loh!" Balas Fuzz sambil menunjuk ke arah langit-langit kereta. Walaupun yang ia tunjuk adalah jenis langit yang berbeda, tapi aku tidak sebodoh itu sampai tidak tahu apa yang dia maksudkan.
"Hah? langit yang gelap ini kau bilang masih petang?" Tanyaku seraya mengintip melalui lubang yang ada di langit-langit kereta. Bintang atau matahari milik dunia ini ternyata terlihat sangat kecil dan jauh, bahkan mataku pun tidak merasa silau sama sekali ketika menatapnya secara langsung. Pendaran cahaya yang ada tersebut mirip sebuah senter yang hampir kehabisan daya baterainya, hanya mengecilkan pupil semata dan tidak sampai memaksaku untuk menutup mata.
"Kalau siang saja seperti ini, malam akan seperti apa?" Aku bertanya sendiri, tidak berharap mendapat jawaban dari siapapun. Aku hanya ingin berandai-andai pada kemungkinan terburuk yang terjadi karena lemahnya bintang itu.
"Malam akan menjadi gelap gulita," jawab Fuzz. "Kapaleos tidak memiliki bintang, satelit, ataupun sumber pencahayaan alami lain yang dapat membantu kami melihat dalam kegelapan. Dan dimana ada kegelapan, di situlah hal-hal buruk akan bermunculan. Itulah sebabnya aku dan Laka harus segera kembali ke Doritto sebelum malam menjemput."
"Misalkan kalian harus menghabiskan malam di tengah perjalanan bagaimana?" Aku benar-benar ingin bertanya soal ini sejak pernyataan barusan keluar darinya. Tips yang dia berikan mungkin akan berguna untukku suatu saat.
"Kami akan menyalakan api unggun yang besar," jawabnya dengan sedikit melamun, mengingat memori palsu akan api unggun yang ia pernah nyalakan sebelumnya pada kejadian serupa.
"Ehmm. Apa hal-hal buruk yang kau maksud tadi adalah iblis?" Aku bertanya kembali.
"Ya. Dan kau adalah salah satunya." Fuzz lalu bangkit dan meninggalkan Aelius di sampingku. Dia melompat keluar dari kereta kuda dengan gagah dan kemudian berjalan menuju sebuah gerbang kayu untuk mendorongnya agar terbuka. Suara yang dihasilkan pintu kayu itu sendiri tidak terlalu keras. Dengan tinggi sekitar lima meter serta dilapisi pelek besi pada beberapa bagian permukaannya, aku mengira suara decitan engsel dari gerbang tersebut akan terdengar lebih keras.
"Sepertinya kami udah sampai." Aku bergumam lelah.
Walaupun tidak begitu jelas, tapi aku dapat melihat kereta kuda ini melewati rumah-rumah pedesaaan yang beberapa di antaranya memiliki halaman luas. Aku tidak ingin mengatakan bahwa aku tidak menyukainya. Hanya saja, aku tidak terbiasa dengan lingkungan seperti ini—Aku lahir dan besar di wilayah perkotaan.
Di sisi lain, Aelius berjalan ke ujung kereta kuda untuk melihat-lihat ke luar. Aku baru sadar akan motif pada tubuhnya kala beruang kecil itu membelakangiku. Aura hangat yang sempat kuremehkan pun sedikit terasa dari tempatku berbaring terikat. Sambil menguap, aku berbisik dengan pelan, "Apakah dia benar-benar adalah kunci keberhasilanku?" Aku pun langsung tertidur setelahnya. Kali ini aku benar-benar ingin istirahat dan tertidur pulas atas kemauanku sendiri.
***
"Bakar dia! Bakar dia!" Terdengar seruan samar yang menggelitik gendang telingaku dengan perlahan. Itu bukanlah hasil guncangan pita suara seseorang, melainkan perpaduan resonansi yang tercipta dari banyak manusia.
Aku pun terbangun dari tidur. Membuka mata dengan sekejap dan mendapati kondisiku yang sedang terikat pada sebatang kayu, yang tidak jauh di belakangnya terdapat api unggun yang menyala. Lagi dan lagi, semua hal buruk ini terjadi dalam segmentasi waktu yang berdekatan. "Hei!! Apa kalian sudah gila?!" Tanyaku dengan lantang, menonjolkan otot leher yang mendobrak keluar untuk memamerkan amarah yang meluap.
"Langsung bakar saja iblis itu!!" Seru beberapa orang dalam kerumunan. Mereka berseru tanpa lupa menunjuk-nunjuk diriku yang tak bisa melawan amukan tak jelas tersebut. Jari-jari yang mengarah padaku itu seakan memiliki makna atas kutukan serta hinaan yang sedang mereka layangkan.
"Enak saja kalian kaum bar-bar!!" Balasku sambil memperhatikan kerumunan. Aku sendiri sempat tertegun ketika melihat banyak sekali obor yang mengelilingi area ini.
"Tenang semuanya!" Perintah seorang pria tua yang muncul di antara obor-obor api menyala. Dia mengenakan pakaian yang terkesan berbeda dari penduduk lain. Aku pun dengan mudah menduga kalau dia merupakan pemimpin dari Doritto.
"Aku sudah mendengar kesaksian dari Fuzz. Dan sejujurnya aku ragu kalau dia adalah iblis yang selama ini berada di luar pagar. Keterangannya kurang meyakinkan dan tidak berdasar."
"Oleh sebab itu, keputusanku adalah untuk membebaskan dia dengan syarat. Yaitu, dia harus membantu pekerjaan para petualang dan penduduk di desa ini selama dua minggu penuh!" Lanjut pria tua itu yang kini berdiri di hadapan semua orang.
...###...
Intermeso:
Aelius adalah nama keluarga Romawi terkenal yang berarti ‘Matahari’. Nama ini berasal dari kata Yunani, dan menjadi nama yang populer di Yunani, diikuti oleh Skandinavia dan Norwegia.👹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
ummi a-sya
mampir nih,hee.
maaf ya baru mampir..😊😊
2021-12-20
1
Leader
wkwkw udah di tangkep secara kasar, diancem mau di bakar, di hukup pulak jadi pelayan masyarakat😂😂😂😂
2021-12-12
1
𝓡𝓐𝓣𝓨 𝓣𝓮𝓻𝓪𝓳𝓲𝓷 𝓝𝓣
semangat Thor lanjutkan petualangannya 😁💪
2021-11-23
1