"Oi!" Panggilku pada Cain dan Fuzz.
Terlihat di dekat mereka sebuah kereta kuda yang di dalamnya terdapat dua tong kosong dan beberapa jeriken. Pada kemudi kereta tersebut, duduk seorang laki-laki yang menurut keterangan Cain bernama Laka. Aku pun segera menghampiri mereka.
"Lama sekali!" Kata Fuzz.
Lama? Darimana dia tahu berapa lama aku pergi ke rumah Elina? Sejauh pengamatanku, tidak ada jam yang ditemukan di desa ini. Lagipula, bagaimana manusia di dunia ini bisa membuat sistem waktu dengan bintang seperti itu?
Setelah aku menengok ke arah langit, aku bertanya pada Fuzz sambil menggendong Aelius, "Memangnya kau tahu berapa lama waktu yang kupakai untuk ke rumah Elina?"
"Mana kutahu! Yang jelas aku sudah berdiri di sini sampai kakiku pegal!" Jawab Fuzz dengan agak judes sebelum naik ke bagian belakang kereta kuda.
"Hmmm. Sepertinya ada yang menghabiskan banyak waktu dengan Elina nih," goda Cain padaku sebelum menyusul adiknya.
"Tidak, tidak bukan seperti itu!" Sangkalku dengan malu.
Aku menitipkan Aelius pada Cain yang sudah berada di dalam kereta. Setelah itu, aku beranjak masuk dan mengambil tempat duduk di samping Fuzz pada ujung kereta tersebut.
Cain yang duduk di seberang tong berkata padaku sambil memangku Aelius, "Jika terjadi sesuatu hal yang buruk, aku akan memborgolmu ya."
"Kenapa tidak kau borgol saja aku sekarang?" Balasku.
Pria itu merasa tertantang dengan pertanyaanku barusan dan bertanya balik, "Kau benar-benar mau ku borgol sekarang?"
"Tidak juga sih."
"Ya sudah."
Perjalanan menuju mata air berlangsung cukup lama. Bahkan agar tidak merasa bosan, kami tak lupa untuk bersenda gurau bersama Aelius selama di perjalanan. Walaupun situasi di antara kami sedang tegang, nyatanya kehadiran beruang kecil itu bisa mencairkan suasana menjadi lebih baik. Aku sendiri dibuat heran dengan Aelius yang tiba-tiba dekat padaku.
Perjalanan sekarang sudah memakan waktu sekitar dua jam. Ketika sudah sampai di tempat tujuan, Laka pun menggedor-gedor bagian depan kereta untuk memberitahu kami, "Kita sudah sampai!"
Fuzz yang mendengar rekannya langsung menyuruh kami yang ada di dalam kereta untuk turun. "Kalian turun dulu. Aku akan memberikan jeriken ini dari kereta," ujarnya.
"Baiklah. Kau turun duluan, Jion!" Suruh Cain.
"Hmm," balasku untuk mengiyakannya.
Aku turun keluar dengan melompat dari dalam kereta. Setelah itu, Cain memberikan Aelius padaku dan kemudian pria itu menyusul dengan melompat juga. Usai turun dari kereta, aku pun menurunkan Aelius ke permukaan bersama dengan mainan bolanya.
Saat aku sedang menurunkan Aelius, Laka nampak sedang mengikatkan tali kudanya pada sebatang pohon. Fuzz pun mulai memberikan dua buah jeriken masing-masing kepadaku, Cain, dan Laka setelah kami berkumpul di bagian belakang kereta.
Tak lupa, Fuzz juga mengambil jeriken bakal dirinya sendiri dan melompat turun seusai mengambil jeriken tersebut.
Firasatku mengatakan bahwa membawa Aelius ke mata air adalah keputusan yang tepat. Tetapi, pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak membawanya bersama kami usai melihat kuda milik Laka yang sendirian di sini. Mungkin akan lebih baik jika Aelius tetap bermain di bukit yang penuh dengan daun berguguran ini sambil menemani kuda milik Laka.
"Kau tetap di sini ya Aelius. Jangan tinggalkan tempat ini!" Ucapku pada beruang kecil itu sambil memegang dua buah jeriken pada kedua tangan. Walaupun Aelius sedang asyik sendiri, aku tetap menganggap bahwa dia mendengarkan perkataanku barusan.
"Sudah semua kan? Ayo kita jalan." Ajak Fuzz dengan santai.
...###...
Intermeso
Beruang Coklat ternyata adalah hewan omnivora, ia bukan hanya memangsa ikan dan daging melainkan juga kadang-kadang memakan buah apel hingga beri untuk mencukupi kebutuhan makannya.
Sumber: Idntimes
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Bawang
Wkwkw ga sabar ngeliat Aelius gede 🤭
Kayaknya bakal kece 😌😌
2021-12-06
2