Kana diam lalu duduk tepat di samping Ana.
Dan benar saja, sesuai yang dikatakan oleh Clarissa, selang beberpa menit Arsenio pun memasuki kelas.
"Pagi" sapa Arsenio.
"Pagi... Pak".
"Sebelum saya melanjutkan materi pelajaran hari ini, saya meminta maaf atas ketidak hadiran saya belakangan ini yang membuat kalian ketinggalan beberapa materi" ucap Arsenio.
"Kami ngak apa-apa ko pak, yang terpenting sekarang bapak sudah mulai mengajar lagi" ucap Clarissa di barengi senyum.
"Iya benar pak apa yang di katakan Clarissa" sambung mahasiswa lainnya.
"chii, kerjaannya cari muka mulu😏. Sadar dia sudah jadi milik orang" gerutu Kana.
"Siapa yang sudah jadi milik orang?" tanya Maya yang juga ikut mendengar ucapan Kana.
Ana dan Kana yang mendengarnya pun saling bertatapan dan secara bersamaan berbalik menatap Maya.
"Kamu salah dengar kali" ucap Kana.
"Tapi aku mendengar dengan jelas kamu ngomong gitu barusan" tutur Maya.
"Haha, biasalah dia sering ngaco. Palingan dia asal ngomong aja, iya kan Na? " jelas Ana.
"Hmm, benar apa yang di katakan Ana, jadi jangan di ambil pusing dengan ucapanku barusan" tambah Kana.
"Hmm ialah" jawab Maya.
Ana dan Kana pun kembali ke posisi semula lalu menghela nafas lega.
"Kamu sih gomongnya ngak lihat-lihat tempat" ucap Ana pelan.
"Iya maaf, habisnya aku kesal dengan Clarissa" ucap Kana.
"Hmm, kalian berdua yang disana!, lagi ngapain?" tanya Arsenio yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Maaf pak" ucap Ana dan Kana bersamaan.
"Sudah saya katakan jika saya sedang berbicara di depan tolong di perhatikan!. Jika kalian tidak suka dengan pelajaran ini silakan keluar!". ucap Arsenio dengan ekspresi dinginnya.
Sementara Clarissa tersenyum puas melihat kearah Kana dan juga Ana. Berbeda halnya dengan yang lain tampak diam tidak memberi respon apapun.
Arsenio pun kembali melanjutkan menjelaskan materi hingga jam pelajaran berakhir.
"Gila, seram amat suamimu" bisik Kana setelah Arsenio keluar dari kelas.
"Itu yang katamu aku beruntung?, itu belum seberapa yang kamu lihat" ucap Ana.
"Hmm, ngak jadi. Aku tarik perkataanku tadi pagi" ucap Kana.
Ana yang mendengarnya pun menertawakan Kana.
"Juga ke kantin" ucap Roby yang baru saja datang menghampiri mereka.
"Ayo, aku juga sudah lapar nih" ucap Kana menyetujui.
Ana diam sejenak lalu berkata.
"Kalian saja,aku belum lapar. Soalnya sebelum ke kampus tadi aku sarapan" ucap Ana.
"Kan itu makan pagi Ana.., sekarang waktunya makan siang" jelas Kana.
"Iya benar apa yang dikatakan Kana, kalau tadi pagi pun kami juga sarapan" ucap Roby.
"Hmm, gimana ya" ucap Ana.
"Udah ngak usah banyak mikir. Ayo nanti keburu masuk mata kuliah selajutnya" ucap Kana lalu menarik tangan Ana agar segera ikut bersama mereka.
Sesampainya di kantin, Roby pun memesan tiga porsi makanan.
Sementara Ana mengeluarkan ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Kana yang duduk didepannya.
Kana yang mengetahui ada pesan masuk segerah melihat isi pesan.
Mengetahui Ana yang mengirimkannya pesan segerah menatap Ana binggung. Lalu membuka pesan dan membacaya.
"Tolong bayarin dulu ya, aku lupa bawah uang" begitulah kiranya isi pesan dari Ana.
"Okley, kalau soal itu gampang" ucap Kana. Ana yang mendengarnya pun menghela nafas lega.
"Hal apa itu?" tanya Roby yang baru saja kembali dari tempat memesan.
"Bukan apa-apa ko" jawab Kana.
"Oh iya, hari minggu ini kalian sibuk ngak?" tanya Roby.
Kana dan Ana pun menatapnya lalu bertanya.
"Tidak, memangnya kenapa?"
Roby pun bergantian menatap Kana dan juga Ana.
"Kita nonton yuk, aku yang bayarin" ucap Roby antusias.
"Aku sih yes" Jawab Kana.
Roby dan Kana pun menatap Ana menunggu jawabanya.
"Hmmm, aku ngak janji tapi akan aku usahakan" jawab Ana.
"Soal izin?, tidak perlu khawatir aku akan meminta izin langsung sama ibumu" ucap Roby.
kana dan Ana pun saling bertatapan.
"Ngak perlu, biar aku saja!" ucap Ana cepat.
"Iya, nanti aku juga ikut membantunya agar mendapat izin" sambung Kana.
"Baiklah jika begitu".
Pesanan mereka pun datang, Kana, Ana dan juga Roby pun menyantap makan siangnya sambil berbincang-bincang.
Setelah selesai, mereka pun kembali ke kelas untuk mengikuti kelas berikutnya.
Di saat yang bersamaan Tampak Arsenio buru-buru keluar dari ruanganya lalu berjalan munuju kelas Ana.
"Permisi" ucap Arsenio, hal itu membuat semua mahasiswa melihat kearahnya termasuk Kana dan juga Ana.
"Iya, ada yang bisa saya bantu pak?" tanya dosen yang saat itu mengajar lalu datang menghampiri Arsenio.
"Maaf sebelumnya menggagu pak. Saya boleh meminjam satu masiswa di sini?" tanya Arsenio.
"Oh tentu saja pak, silakan".
"Semoga bukan aku orangnya" ucap Ana pelan yang masih dapat di dengar oleh Kana.
"Yang pakai baju coklat deretan ke tiga boleh ikut saya sebentar!" ucap Arsenio sambil menatap Ana.
Semuanya pun melihat kerah yang di maksudnya termasuk Clarissa dan juga Roby.
"Kenapa harus dia sih?, kan aku ketuanya kenapa bukan aku saja" gerutu Clarissa.
"Saya pak?" tanya Ana memastikan.
"Siapa lagi kalau bukan kau di deretan itu?" ucap Arsenio dingin.
"Udah, sana pergi!" bisik Kana.
Ana pun berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri Arsenio.
"Kalau begitu saya permisi pak" ucap Arsenio.
"Iya silakan pak".
Arsenio pun menarik tangan Ana lalu membawahnya pergi. Hal itu disaksikan oleh semua teman kelas Ana.
"Aduh, gawat nih. Pasti sembentar lagi aku akan diserbu oleh berbagai pertanyaan" gumam Kana dalam hati.
"Memangngya ada hal apa?, dan kenapa harus Ana" gumam Roby.
"Mohon perhatiannya, saya akan melanjutkan kembali materinya".
Semuanya tampak fokus berbeda halnya dengan Roby dan juga Clarissa.
Di saat yang bersamaan Arsenio terus menarik tangan Ana dan membawa masuk ke dalam mobilnya.
"Kita mau kemana pak?" tanya Ana.
"Tidak perlu banyak bertanya, duduk diam dan pasang sabuk pengamannya!" ucap Arsenio dingin.
Arsenio pun melajukan mobilnya keluar dari area kampus. Mobil terus melaju dan Ana memilih diam sambil menatap jalan.
Setelah cukup lama dalam perjalanan mereka pun sampai, dari jauh terlihat Rangga telah menunggu kedatangan mereka.
Melihat kedatangan tuannya Rangga segerah menghampiri mereka. Sementara Arsenio dengan cepat turun dari mobil.
"Ini tuan, semuanya sudah saya urus sesuai perintah" ucap Rangga.
"Baik terima kasih. Jam berapa keberangkatannya?" tanya Arsenio.
"Sekitar setega jam lagi tuan" jawab Rangga.
Sementara Ana di dalam mobil menatap kedua lelaki itu dengan binggung.
"Ngapain dia membawahku kesini?, aku kan bisa ketinggalan materi" guamam Ana dalam hati.
Arsenio menatap Ana yang tetap diam di dalam mobil.
"Ngapain masih di dalam?, ayo cepat keluar!" ucap Arsenio dengan suara sedikit tinggi dari biasanya.
Mendengar itu pun, Ana segera keluar dari mobil tak lupa membawa ponselnya ikut keluar.
"Ngapai kau di dalam?, kau tidak lihat kita sudah sampai?" ucap Ardenio dengan nada suara yang sama.
"Maaf pak" ucap Ana pelan sambil merunduk, tidak berani manatap wajah suaminya.
Sementara Rangga yang menyaksikan itu memilih diam dan tidak mau ikut campur.
"Tolong kamu hendel semua pekerjaan kantor selama saya tidak ada dan lapor pada saya perkembanganya!" pinta Arsenio.
"Baik tuan" jawab Rangga.
Pandangan Arsenio beralih pada Ana yang sedari tadi diam.
"Ayo!" ucap Arsenio. Ana pun mengangkat kepalanya lalu menatap Arsenio.
"Hati-hati tuan" ucap Rangga.
Arsenio pun mengaguk lalu melangkah pergi di ikuti oleh Ana.
"Memangnya kita mau kemana sih?" gumam Ana dalam hati.
Arsenio berbalik menatap Ana.
"Kenapa jalanmu lampat sih?, ayo cepat!" pinta Arsenio, Ana pun sedikit berlari agar dapat mengimbangi langkah Arsenio.
"Maaf pak, memangnya kita mau kemana?" tanya Ana ragu.
"Amerika" jawab Arsenio singkat.
"Amerika?, tapi pak. Saya tidak membawah apapun selain hp" ucap Ana.
Arsenio menghentikan langkahnya lalu kembali menatap Ana dengan tatapan tajam.
"Bisakah kau diam?, dan ikut saja kemana saya pergi!" ucap Arsenio dengan penuh penekanan pada setiap kata yang di ucapkannya.
"Bisa pak" jawab Ana pelan.
Mereka pun kembali berjalan dan naik ke dalam pesawat.
"Hay ka😊, Terima Kasih telah membaca karya ini🤗, Jangan lupa like dan komennya pada setiap episod yang disukai, dengan begitu Author akan semangat dalam membuat ceritanya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments