Di perjalanan Kana sekilas melihat kearah Ana yang menatap lurus ke arah jalan.
"Terus gimana nih?, mau mampir ke rumahmu atau langsung pulang?" tanya Kana.
"Mampir aja Na, aku ingin sekali ketemu mama" jawab Ana.
"Baiklah" ucap Kana sambil fokus menyetir.
Kana kembali melirik Ana.
"Ana!" pagil Kana dengan tatapan lurus ke depan.
"Hmm, ada apa?" tanya Ana sambil menatap Kana dari samping.
"Kamu ngak kepikiran dengan kata-kata Roby tadi?, kalau aku sih kepikiran. Dia tanpak serius loh saat ngomong gitu" ucap Kana menjeda ucapanya.
"Kalau apa yang di ucapkan Roby tadi beneran, gimama?" sambung Kana.
"Ngak mungkinlah!, kamu juga tau sendiri, Roby itu seringkali bercanda. So jangan terlalu di ambil hati jika dia gomong" tutur Ana.
"Benar juga katamu, bisa saja kan tadi dia asal ngomong saja" ucap Kana mengiyakan.
"Nih, dikit lagi udah mau sampai, apa kamu sudah memberitahukan ibumu kalau hari ini kamu mampir?" tanya Kana.
"Aku ngak bilang-bilang sama mama, biar saja jadi kejutan" jawab Ana.
"Hmm baiklah".
Beberapa menit kemudian Kana menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Ana.
"Makasih ya Na, sudah mengantarku" ucap Ana.
"Iya sama-sama" jawab Kana sambil tersenyum.
"Eh, atau kamu mau mampir dulu?" tanya Ana menawarkan.
"Lain kali saja, aku mau langsung pulang saja. Ohiya, sampaikan salamku pada ibumu ya!" ucap Kana.
"Baiklah, kamu hati-hati ya?" ucap Ana lalu turun dari mobil tak lupa membawa tasnya.
Sementara Kana mengagguk sebagai jawaban.
Kana kembali melajukan mobilnya menuju rumah dan Ana berjalan masuk ke dalam rumah.
Di waktu yang bersamaan tanpak Arsenio keluar dari ruang kerjanya diikuti oleh Rangga dari belakang.
"Setelah selesai rapat, apa jadwal selanjutnya?" tanya Arsenio di selah-selah langkah mereka.
"Untuk hari ini, rapat sekarang merupakan jadwal terakhir tuan" sahut Rangga.
Mendengar itu Arsenio diam dan terus malangkah menuju ruangan rapat.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 16.00, Rapat pun berakhir. Arsenio pun bergegas pulang dengan diantar oleh Rangga.
Setelah cukup lama dalam perjalanan, mobil yang dikendarai oleh Rangga memasuki halaman kediaman keluarga Saguna dan berhenti tepat di depan rumah.
Seperti biasanya Rangga lebih dulu turun untuk membukakan pintu mobil buat tuannya.
"Silakan tuan" ucap Rangga mempersilakan.
"Terima kasih" ucap Arsenio sambil merapikan jasnya.
"Sama-sama tuan" sahut Rangga dengan sedikit menunduk.
Arsenio pun melangkah masuk dan langsung di sambut oleh Bi Lila dan beberapa pelayan lainnya sementara Rangga kembali ke rumahnya.
"Selamat datang tuan" ucap Bi Lila dan beberapa pelayan lainnya hampir bersamaan.
"Apa dia sudah pulang?" tanya Arsenio.
"Nona Ana belum pulang tuan" jawab Bi Lila.
"Istri macam apa dia?, suami pulang kerja bukannya di sambut eh malah keluyuran" gumam Arsenio dalam hati.
"Bi Lila!".
"Iya tuan" sahut Bi Lila.
"Tolong beritahu dia, mulai besok setiap kali saya pulang dari kantor dia harus ikut menyambutku!" pinta Arsenio lalu hendak melangkah masuk.
"Baik tuan" jawab Bi Lila.
Arsenio kembali berbalik menatap bi Lila.
"Dan lagi satu, beritahu dia jika saya pulang dan dia terlambat menjemput atau tidak ada di rumah, hukumannya adalah membersihkan seluruh rumah tanpa di bantu yang lain!" jelas Arsenio dingin.
"Baik tuan, akan saya sampaikan" jawab Bi Lila yang masih dapat di dengar oleh tuannya.
Bi Lila dan beberapa pelayan lainnya pun saling melihat.
"Kasihan nona Ana" ucap salah satu dari mereka.
"Iya betul kasihan nona Ana, padahal dia anak yang baik" sambung yang lainnya.
Bi Lila yang mendengarnya pun diam sejenak sebelum berkata.
"Sstttttt, jangan asal ngomong!. Jika di dengar oleh tuan, kalian dalam masalah besar" jelas Bi Lila.
Semuannya yang mendengarkan pun diam.
"Silakan kalian lanjutkan pekerjaan masing-masing!" pinta Bi Lila.
Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 19.00, Arsenio berjalan keluar dari kamarnya.
Arsenio menatap Bi Lila yang berdiri di depan pintu hendak mengetuk pintu kamarnya.
"Tuan, makan malamnya sudah siap" ucap Bi Lila.
"Kemana perginya?, apa sampai sekarang dia masih belum pulang?" tanya Arsenio dingin.
"Nona ada sudah pulang, dan sekarang lagi bantu-bantu di dapur" jawab Bi Lila.
Arsenio kembali melanjutkan langkahnya dan berlahan menuruni anak tanga diikuti oleh Bi Lila.
"Jam berapa dia pulang?" tanya Arsenio lagi.
"Sekitar satu jam, setelah tuan pulang" jawab Bi Lila.
Arsenio berjalan menuju dapur, dan benar saja yang di katakan Bi Lila Ana bersama pelayan lainya di dapur.
Para pelayan yang menyadari ke datangan Arsenio pun segera memberi jarak antara mereka dan juga Ana.
"Bibi..., ini simpan di man..." ucap Ana menjeda ucapannya pada saat berbalik menatap para pelayan.
"Bapak?" sambung Ana.
Arsenio menatapnya dengan tatapan dingin.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?".
"Membantu bibi-bibi ini menyiapkan makan malam" jawab Ana dengan kepala ditundukan.
Pandangan Arsenio beralih pada pelayan-pelayan yang bertugas di dapur.
Bi Lila yang menyadari itu dengan cepat berjalan mendekati Arsenio.
"Maaf tuan, saya sudah melarang nona Ana untuk ikut membantu tapi nona Ana memaksa agar bisa ikut membantu" jelas Bi Lila.
Arsenio memberikan isyarat agar Bi Lila diam. Pandanganya kembali tertuju pada Ana.
"Siapa yang menyuruhmu bekerja di dapur?" tanya Arsenio.
"Tidak ada yang menyuruh pak, saya sendiri yang ingin membantu" jawab Ana pelan.
"Keginginan sendiri ya!?. Baiklah mulai dari detik ini sampai dengan kedepannya kaulah yang bertugas di dapur!" ucap Arsenio menjeda ucapannya.
Pandangan Arsenio beralih pada para pelayan yang bertugas di dapur.
"Dan kalian saya pecat!" sambung Arsenio tegas.
Ana yang mendengar itu pun mengangkat kepalannya menatap lurus kearah suaminya.
"Maaf Pak, ini kesalahan saya, tapi saya mohon jangan pecat bibi-bibi ini" ucap Ana.
Arsenio berbalik lalu berjalan menuju meja makan tanpa memperdulikan ucapan Ana.
Ana yang melihat itu pun mengikuti langkahnya.
"Pak, saya mohon jangan di pecat bibi-bibi itu. Saya mengaku apa yang saya lakukan salah pak tapi mohon jangan pecat mereka" ucap Ana.
Arsenio menarik salah satu kursi lalu duduk. Ditatapnya Ana yang kini berdiri tepat di sampingnya.
"Memangnya kau siapa?, berani-beraninya mangatur saya!" ucap Arsenio.
Ana diam, ya ia sadar dia bukan siapa-siapa di rumah ini. Tapi dialah yang membuat para pelayan kehilangan pekejaannya.
"Kenapa diam?" sambung Arsenio tanpa memalingkan pandangannya dari Ana.
Setelah cukup lama diam Ana pun memberanikan diri menatap Arsenio lalu berkata.
"Ya saya sadar, saya bukan siapa-siapa di rumah ini, saya juga sadar kalau saya hanya menumpang di rumah ini dan juga saya tidak berhak untuk mengatur bapak. Tapi dipecatnya bibi-bibi itu adalah kesalahan saya" ucap Ana sedikit mendeja ucapannya.
"Saya terima sekalipun harus menggantikan posisi mereka bekerja di dapur, tapi saya mohon jangan di pecat bibi-bibi itu" sambung Ana yang ikut di saksikan oleh para pelayan termasuk Bi Lila.
Arsenio diam, mendengar ucapan Ana. Setelah cukup lama diam Arsenio kembali menatap para pelayan yang tadinya ia pecat.
"Baiklah jika itu maumu, mereka tidak jadi saya pecat akan tetapi dipindahkan" ucap Arsenio dan bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi.
"Huuuf" Ana bernafas lega mendengar ucapan Arsenio.
Bi Lila pun berjalan mendekati Ana di ikuti oleh pelayan lainnya.
"Apa nona Ana tidak apa-apa dengan semua pekerjaan itu?" tanya Bi Lila serius.
Ana tersenyum lalu berkata.
"Saya tidak apa-apa, selagi bibi-bibi masih bisa bekerja di sini".
Mendengar ucapan Ana Bi Lila dan pelayan lainnya pun menatapnya iba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments