Setelah beberapa menit Ana dan ketiga pelayan termasuk Bi Lila telah menyelesaikan ritual makanya.
Mereka pun merapikan meja makan di bantu oleh Ana. Walaupun Bi Lila sudah melarangnya untuk membantu tapi Ana bersikeras untuk tetap membantu mereka.
"Bi, kemana perginya pemilik rumah ini?. Dari tadi saya tidak melihat siapapun selain bibi" tanya Ana sambil menatap Bi Lila dan ketiga pelayan lainnya.
"Tuan Nicholas, Nyonya Sarah dan juga Nyonya Alin berangkat ke Amerika tadi sekitar jam 10. Dan tuan muda lagi ada urusan kantor" jelas Bi Lila.
"Maksud bibi, tuan muda itu pak Arsenio ya?" tanya Ana lagi.
Bi Lila pun menganguk.
"Benar Nona".
"Lo bukankah pak Arsenio itu seorang dosen, pak Arsenio dosen di kampus saya lo, ko sekarang jadi pekerja kantor?" tanya Ana bingung.
"Kalau soal itu, silakan nona tanyakan langsung pada tuan muda" ucap Bi Lila.
"Hmm, mana berani aku bertanya seperti itu" gumam Ana dalam hati.
"Nona, di bagian bekang rumah ini ada taman, jika nona Ana merasa bosan, nona bisa mengunjung taman belakang" ucap Bi Lila, berharap Ana tertarik melihatnya.
"Benarkah?, bolehkah saya melihatnya sekarang?" ucap Ana bersemangat.
"Tentu saja nona, mari saya antar" ucap Bi Lila.
Ana pun tersenyum lalu mengikuti langkah Bi Lila. Sebelum melangkah pergi Bi Lila memberikan isyarat agar pelayan lainnya segerah meyelesaikan tugasnya masing-masing.
Sepanjang perjalanan menuju taman Ana sesekali melihat sekeliling rumah yang nampak besar dengan dekorasi yang nampak elegan.
"Rumahnya sangat besar. Aku bisa saja hilang jika tidak di temani bibi" gumam Ana dalam hati.
"Kita sudah sampai nona" ucap Bi Lila.
Ana menghentikan langkahnya pandanganya melihat hampir keseluruhan sudut taman yang tertata rapi dan hampir di penuhi bunga dan juga pohon.
"Waah, tamannya besar. Dan bibi lihat bunga itu, cantik kan?" ucap Ana sambil menunjuk bunga yang di maksudnya.
"Benar nona, bunga itu adalah salah satu dari sekian banyaknya bunga yang di sukai nyonya Alin" jelas Bi Lila.
"Oh nyonya Alin pencinta bunga juga ya?" tanya Ana lagi.
"Iya nona, semua bunga yang ada di sini adalah bunga pilihan nyonya Alin sendiri".
"Bisakah saya berjalan mengelilingin taman?. Saya ingin melihat bunga-bunga lainnya" tanya Ana.
"Bisa nona".
Mendengar itu pun Ana berjalan memasuki taman, langkahnya terhenti lalu berbalik menatap Bi Lila.
"Bi, saya tidak akan hilang kan? jika berkeliling-keliling di taman ini, habisnya tamannya sangat luas" ujar Ana.
"Tidak nona, semua jalannya akan berakhir kembali disini" jawab Bi Lila.
"Hmm, baiklah" ucap Ana lalu kembali melanjutkan langkahnya. Sementara bi Lila kembali melanjutkan pekerjaannya.
Satu jam telah berlalu, mobil yang di kendarai Rangga memasuki halam rumah dan berhenti tepat di depan rumah.
Seperti biasanya Rangga lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil buat tuannya.
"Silakan tuan" ucap Rangga.
"Terima kasih" ucap Arsenio.
"Sama-sama tuan" jawab Rangga.
Arsenio berbalik menatap Rangga.
"Besok saya pergi ke kampus, jadi kamu tidak perlu datang menjemput" ucap Arsenio.
"Baik tuan".
Arsenio pun melangkah masuk yang langsung di sambut oleh bi Lila.
"Apa yang dia lakukan selama saya pergi?" tanya Arsenio sambil berjalan menuju sofa.
"Setelah selesai makan siang nona Ana membantu kami merapikan meja makan tuan" jawab bi Lila sambil mengikuti Arsenio dari belakang.
"Hanya itu?" tanya Arsenio lalu duduk di salah satu sofa.
"Iya tuan, dan sekarang nona Ana lagi jalan-jalan di taman belakang" jelas Bi Lila.
"Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu!" ucap Arsenio.
"Baik tuan".
Arsenio beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju taman belakang.
Sesampainya di taman Arsenio memutar bola matanya mencari keberadaan Ana.
"Dasar boca!" ucap Arsenio saat berhasil menemukan Ana.
Arsenio berjalan menghampiri Ana yang saat ini berdiri di atas kursi taman.
"Apa yang sedang lakukan?" tanya Arsenio yang membuat Ana segera berbalik melihat kearah suara. Hal itu membuat Ana kehilangan keseimbangan tubuhnya.
Bruk.
"Aw, aduh... Aduh pinggangku" rintih Ana.
"Dasar ceroboh!. ngapain coba kau berdiri di kursi?" ucap Arsenio.
Ana pelan-pelan berdiri sambil memegang pinggangnya.
"Saya ingin memperbaiki posisi bunga itu" jawab Ana sambil menunjuk bunga yang di maksudnya sementara Arsenio melihat kearah yang di tunjuk Ana.
"Terus bapak datang dan saya terjatuh" sambung Ana.
Arsenio menatap Ana tanpa ekspresi. Ana yang menyadari hal itu pun tak berani menatapnya.
"Jika begitu, lain kali kau saja yang merawat taman ini. Jadi pak Adi tidak perlu lagi repot-repot merawatnya" ucap Arsenio.
Ana mengakat kepalanya agar bisa menatap wajah suaminya.
"Benarkah?. Bapak mengizinkan saya merawat taman ini?" tanya Ana antusias.
Arsenio menghela nafas dengan kasar saat melihat respon Ana.
"Tau ah, ngomong sama kau membuat saya pusing" ujar Arsenio lalu melangkah pergi.
Ana yang mendengarnya pun binggung.
"Apa yang salah?" gumam Ana dalam hati.
Ana pun berjalan mengikuti Arsenio yang kembali masuk.
***
Jarum jam sudah menunjukan pukul 03.00. Terlihat Ana berjalan mondar-mandir di depan pintu kamarnya dan juga Arsenio.
Disaat yang bersamaan Arsenio keluar dari kamar dan menatapnya bingung.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Arsenio yang berhasil menghentikan Ana.
Ana pun berbalik menatapnya.
"Pak, ini kan sudah sore. Terus saya mau mandi, tapi baju saya masih di rumah" ucap Ana menjeda ucapanya.
"Terus?".
Ana tersenyum lalu kembali melanjutkan ucapannya.
"Apakah saya bisa pulang untuk mengambil baju?" sambung Ana.
"Tidak perlu!. Di dalam lemari sudah baju" ucap Arsenio lalu melangkah pergi.
Ana diam sejenak dan melangkah masuk lulu mengecek apa yang di ucapkan suaminya barusan.
Dan benar saja setelah ia membuka lemari pakaian, ia melihat banyak baju wanita di sana.
"Hmm🤔,selain dingin pak Arsenio juga mempunyai kesukaan yang unik yaitu mengoleksi baju-baju wanita. Menarik nih jika di ceritakan pada Kana yang menyukainya". gumam Ana dalam hati.
Setelah cukup lama diam Ana memutuskan untuk segerah mandi sebelum Arsenio kembali masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments