Keesokan paginya, seperti yang telah menjadi keputusan sore kemarin, tanpak Ana dengan menggunakan cemelek sedang menyiapkan sarapan pagi.
Bi Lila yang sedari tadi menyaksikan itu pun merasa tak tega dan memutuskan untuk membantunya.
"Biar Bibi bantu ya?" ucap Bi Lila lalu mengambil beberapa makanan untuk di leletakannya ke meja makan.
"Jangan repot-repot Bi!, ini kan sudah menjadi tugasku" ucap Ana.
"Tidak apa-apa, mumpung pekerjaan bibi sudah siap, jadi tidak ada salahnya jika bibi membantu nona menyiapkan sarapan" jelas Bi Lila.
Ana dan Bi Lila pun mengantar semua makanan yang telah selesai di masaknya ke meja makan.
"Semuanya sudah selesai, nona bisa memangil tuan untuk sarapan" ucap Bi Lila.
Ana yang mendengarnya pun mengangguk mengerti. Baru saja ingin melangkah suara sepatu terdengar sedang menuruni satu per satu anak tangga. Hal itu membuat Ana dan Bi Lila melihat kearah suara.
"Selamat pagi tuan" ucap Ana dan Bi Lila bersamaan.
Bi Lila menatap Ana dari samping.
"Apa saya tidak salah mendengarnya?" gumam Bi Lila dalam hati.
Sementara Arsenio berjalan lurus seakan-akan tidak melihat keberadaan mereka.
"Ada apa Bi?, apa ada yang ingin bibi tanyakan?" tanya Ana yang menyadari Bi Lila yang terus menatapnya.
"Ngak, ngak ada nona" jawab Bi Lila cepat.
"Kalau bibi tidak bertanya biar Ana yang bertanya" ucap Ana menjeda ucapannya.
"Bi, ini kan hari minggu. Apa saya bisa keluar bersama teman-temanku?, ngak lama ko hanya nonton di bioskop saja setelah itu saya langsung pulang" ucap Ana seperti seorang anak sedang meminta izin pada ibunya.
"Kalau soal itu saya kurang tau nona, silakan nona tanyakan hal itu pada tuan" jawab Bi Lila.
"Sudah ku duga, pasti ujung-ujungnya minta izin sama dia😑" gumam Ana dalam hati.
Uhuu... Uhuuu.
Bi Lila yang mendengar itu pun melihat kearah suara.
"Bi Lila!!" pagil Arsenio.
Tanpa menunggu lama, bi Lila pun segerah melangkah menuju meja makan.
"Iya tuan" sahut Bi Lila setelah sampai.
"Mana dia?, suruh dia kesini sekarang!!" pinta Arsenio dengan suara meninggi.
"Baik tuan" jawab Bi Lila lalu melangkah, langkahnya terhenti saat Ana tiba.
Arsenio menatap Ana dengan penuh amara, hal itu membuat Ana tidak berani menatap wajahnya.
"Ngapai berdiri di situ?, cepat kesini dan lihat makanan seperti apa yang kau suguhkan!" pekik Arsenio.
Ana yang mendengarnya dengan ragu-ragu berjalan mendekat lalu melihat beberapa menu makanan yang di masaknya.
Ana menatap seluruh makanan yang telah ia siapkan semuanya nampak biasa saja.
"Apa yang salah dengan makanan ini?" gumam Ana dalam hati.
"Apa makanan seperti ini pantas saya makan?" tanya Arsenio tanpa menurunkan nada suaranya.
Berlahan tubuh Ana begetar karena takut, ini kali pertamannya ia di bentak seseorang dengan suara tinggi.
Ana diam tidak memberi repon apapun.
"Hey!, apa kau tidak dengar kalau saya sedang bertanya?" ucap Arsenio lagi.
"Maaf" ucap Ana gemetar.
"Cih, kau selalu saja mengandalkan kata maaf. Kau pikir kata maaf dapat menyelesaikan masalah ha?". ucap Arasenio menjeda ucapannya.
"Buktinya saja kita tetap menikah, dan hal itu membuat saya muak!. Kau tau? semua itu terjadi karena kecerobohanmu dan selalu mengandalkan kata maafmu itu!!". sambung Arsenio.
Sementara Ana menundukan kepalannya, tubuhnya gemetar dan air mata berlahan mulai membasahi pipinya.
"Bi Lila!" pagil Arsenio.
"Iya tuan" sahut Bi Lila.
"Singkirkan makanan ini dari atas meja!" pinta Arsenio sambil menunjuk makanan yang di maksudnya.
"Baik tuan" jawab Bi Lila.
Bi Lila pun memberikan isyarat agar pelayan lainnya segera ikut membantunya.
Arsenio menatap Ana sekilas lalu dengan langkah cepat ia pun kembali ke kamar.
Bi Lila yang melihat itu dengan cepat berjalan menghampiri Ana.
"Apa nona baik-baik saja?" tanya Bi Lila.
Ana menggaguk sebagai jawaban dengan posisi yang masih sama.
"Jangan di ambil hati dengan ucapan tuan barusan, tuan akan bersikap seperti itu jika moodnya kurang baik. Nona duduk dulu biar saya dan teman-teman lain yang akan memasak untuk tuan" jelas Bi Lila panjang lebar.
Ana kembali mengaguk sebagai jawaban lalu berjalan menuju ruang tamu.
Melihat hal itu, Bi Lila kembali ke dapur.
"Ayo cepat! . Tuan belum makan dari semalam, jadi kerjanya jangan lambat!" ucap Bi Lila.
Mendengar itu, pelayan lainnya segera membagi tugas agar makanannya cepat siap.
Di saat yang bersamaan tanpak Ana duduk sendiri, pandangan lurus kedepan dan air mata terus membasahi pipinya.
"Ya semua yang di katakan bapak benar, aku memeng ceroboh, akulah awal dari segalah masalah yang berujung sebuah pernikahan. Lantas mengapa aku sedih?" batin Ana.
Di waktu yang bersamaan seorang masuk dan menyapanya.
"Selamat pagi nona" sapa Rangga yang kini sudah berdiri di depannya.
Ana yang mengetaui itu dengan cepat menghapus air matanya lalu segera bangkit dari duduknya.
"Pagi" jawab Ana sambil tersenyum.
"Ada yang bisa saya bantu?" sambung Ana.
"Kasihan nona Ana, pasti tuan melimpahkan amaranya pada nona Ana" batin Rangga.
"Saya ingin mengantar berkas ini pada tuan" jawab Rangga.
"Ohiya, silakan. Tuan ada di atas" ucap Ana.
"Baiklah, saya izin naik ke atas" ucap Rangga lagi.
Ana menggaguk sebagai jawaban. Sementara Rangga berjalan menuju tempat yang di maksud.
Tok... Tok.
"Siapa?" tanya Arsenio dari dalam.
"Saya tuan" sahut Rangga.
Arsenio yang mendengarnya pun segera bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju pintu.
"Bagaimana?, apakah Klien dari perusahaan Y, sudah bisa menerima hasil akhirnya?" tanya Arsenio lalu berjalan menuju ruang kerja di ikuti oleh Rangga.
"Sudah tuan. Dan ini mereka juga telah menandatangani kontrak kerjanya" jawab Rangga sambil memberikan dokumen yang di maksudnya.
Arsenio menerima dokumen itu lalu duduk di sofa yang berada di ruang kerjanya.
Dibukannya dokumen itu dan dibacanya.
"Bagus, kedepannya kejadian seperti itu jangan sampai terulang lagi!, usahakan bagaimana pun caranya klien tetap merasa nyaman bekerja sama dengan perusahaan kita" jelas Arsenio.
"Baik tuan, saya akan usahakan kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi di masa-masa yang akan datang". Jawab Rangga.
"Bagus, saya percayakan semua kepadamu".
"Baik tuan, karena semuanya sudah selesai, saya izin kembali" ucap Rangga.
Arsenio mengganguk sebagai jawaban. Sementara Rangga pun berjalan keluar dari ruang kerja tuannya tak lupa menutup kembali pintunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments