Arsenio pun mengeluarkan kembali ponselnya dari saku celanannya lalu menelfon seseorang.
Lima menit kemudian Ana keluar dari kamar mandi dengan baju kameja milik suaminya yang ia kenakan.
"Pak" pangil Ana yang membuat Arsenio segerah melihat kerahnya.
"Sepertinya bajunya kebesaran, lihat tanganku sampai tidak kelihatan seperti ini" ucap Ana sambil menunjukan legan baju yang di maksudnya.
Arsenio diam dan terus menatap Ana dengan baju kemejanya yang Ana pakai.
"Pak?" pagil Ana yang mengakibatkan Arsenio tersadar dari lamunannya.
"Saya juga lihat" ucap Arsenio lalu dengan cepat berjalan menuju ranjang dan mengambil selimut lalu dilemparkannya pada Ana.
"Aduh" ucap Ana saat selimut berhasil menutupi tubuhnya.
"Pakai itu!, jagan pernah melepaskannya sebelum saya memintanya!" pinta Arsenio dengan raut wajah merona.
Ana mengerutkan dahi bingung. Sementara Arsenio dengan langkah setengah berlari menuju kamar mandi.
"Ada apa?, kenapa harus memakai ini?" gumam Ana dalam hati.
Walaupun tidak mengerti, Ana tetap mengikuti perinta suaminya untuk tetap menggunakan selimut menutupi tubuhnya.
Selang beberapa menit Arsenio pun keluar dari kamar mandi, dan dengan cepat memutar bola matanya mencari keberadaan Ana.
Tatapannya berhenti pada Ana yang duduk di sofa, hampir saja tidak terlihat di karenakan selimut yang digunakannya untuk menutupi tubuhnya.
Arsenio pun menghela nafas panjang lalu berjalan menuju lemari.
Tring....
Suara bel pintu berbunyi, hal itu membuat Ana dan juga Arsenio melihat kerah pintu.
"Biar saya yang buka!. Kamu tetap diam disitu dan jangan kemana-mana!" ucap Arsenio pada saat Ana yang baru saja ingin bangkit dari duduknya.
Arsenio pun melangkah menuju pintu, lalu membukannya.
"Selamat malam tuan, ini baju untuk nona Ana" ucap salah satu karyawannya.
"Apa kau yakin bajunya akan muat?" tanya Arsenio dingin.
"Iya, saya yakin tuan. Dan saya minta maaf atas kelalayan saya dalam memilih baju buat nona Ana".
"Kali ini saya maafkan. Tapi ingat!, kejadian seperti ini jangan sampai terulang lagi" jelas Arsenio.
"Baik tuan".
"Ya udah kau boleh pergi!" ucap Arsenio.
"Baik, permisi tuan".
Arsenio kembali masuk dengan tas belanjaan di tangan kanannya. Hal itu tak luput dari pandangan Ana.
"Ganti bajumu!" pinta Arsenio lalu melemparkan tas belanjaan kearah Ana, Dengan cepat Ana segera menangkap belanjaan itu.
Ana membuka tasnya lalu dilihatnya isi dari tas belanjaan itu.
"Tunggu apa lagi?, ayo cepat ganti!" ucap Arsenio dengan suara sedikit meninggi.
"Baik pak, saya ganti sekarang" jawab Ana lalu dengan cepat berjalan menuju kamar mandi lalu mengganti pakaiannya.
Setelah berhasil menganti pakaian Ana pun kembali ke tempat awalnya. Karena meresa lelah, mereka pun tertidur dengan posisi Arsenio tidur di ranjang dan seperti biasanya Ana tidur di sofa.
Ke esokan harinya, Arsenio dan Ana kembali ke rumah sakit untuk mengunjungi Alin.
Karena keadaan Alin semakin membaik, Arsenio dan Ana pun berpamitan untuk kembali ke kota X.
Sesampainya di bandara mereka pun di jemput oleh Rangga.
"Pak" pangil Ana yang membuat Arsenio menghentikan langkanya lalu berbalik menatapnya.
"Saya ada mata kuliah dua jam lagi, apa saya bisa naik taksi saja dan langsung menuju kampus?" tanya Ana.
"Saya pikir, saya sudah pernah memberitahumu mengenai hal ini. Jika di luar, kita hanyalah dosen dan mahasiswa tidak lebih dari itu, jadi lakukanlah apa yang kau ingin lakukan tidak perlu memberitahuku" jelas Arsenio lalu masuk ke dalam mobil yabg telah di bukakan pintu oleh Rangga.
Ana diam, mendengar ucapan suaminya. Kemudian berjalan untuk menemukan taksi.
Setelah berhasil menemukan taksi, Ana pun masuk lalu hendak menutup pintu, akan tetapi lebih dulu di tahan oleh Arsenio.
"Bapak?, ada apa ya?" tanya Ana sambil menatap Arsenio.
"Rangga" pangil Arsenio, sementara tatapan Ana beralih pada Rangga, yang berjalan menghampiri mereka.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Rangga setelah sampai.
"Beri saya satu kartu!" pinta Arsenio.
Rangga yang mendengarnya segera mengeluarkan kartu yang di maksud tuanya lalu mememberikannya.
"Ini tuan kartunya" ucap Rangga. Sementara Ana yang menyaksikan itu pun mengerutkan dahi bingung.
"Ambil ini!" pinta Arsenio sambil memberikan kartu Atm pada Ana.
"Buat saya?" tanya Ana.
"Menurutmu?" tanya Arsenio balik.
Ana pun mengambil kartu ATM yang di berikan oleh suaminya.
"Terima kasih pak" ucap Ana.
"Rangga tolong krimkan pin untuknya!" pinta Arsenio dan kembali menuju mobil lalu masuk.
"Pinnya sudah saya krimkan nona" ucap Rangga.
"Terima kasih pak" ucap Ana lagi.
Rangga pun mengangguk.
"Permisi nona" ucap Rangga lalu kembali masuk ke dalam mobil.
Ana pun menutup pintu mobilnya.
"Ayo jalan pak!" ucap Ana.
"Baik nona" jawab pak supir.
Di perjalana, Ana menatap Kartu Atm dengan terus membolak-balikan kartu itu.
"Ternyata ada sisi baiknya juga" gumam Ana dalam hati.
Mobil melaju menuju kampus, sementara Ana menatap jalanan yang nampak ramai melalui jendela.
Setelah satu jam dalam perjalanan, taksi pun berhenti di tepat di depan kampus.
"Pak, tunggu sebentar ya, saya mau ke Atm situ" ucap Ana sambil menunjuk ke arah Atm yang di maksudnya.
"Iya nona, silakan" jawab supir taksi.
Ana pun turun dari mobil lalu menuju Atm, setelah selesai Ana pun kembali untuk membayar ongkos taksinya.
Setelah selesai membayar ongkos taksi Ana berjalan memasuki kampus.
"Hay Ana" sapa Maya yang membuat teman-teman yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing kini melihat kearahnya termasuk Roby dan juga Kana.
"Hay" jawab Ana canggung.
"Ohiya, pada hari itu, waktu pak Arsenio datang ke sini".
"Ana..., sini aku ingin memberitahumu sesuatu. Buruan kesini!" ucap Kana sebelum Maya menyelesaikan ucapanya.
"Ah iya, aku kesana sekarang" sahut Ana.
"Maya, aku ke sana dulu ya" sambung Ana.
Ana pun berjalan menghampiri Ana, sementara Maya diam sambil menatap Ana dan Kana secara bergantian.
"Belum juga selesai ngomong udah main pangil saja😏" gumam Maya dalam hati.
"Huuf, syukurlah kamu cepat memangilku kalau tidak, aku tidak tau harus menjawab apa dengan pertanyaan Maya" ucap Ana lalu duduk tepat disamping Kana.
"Sudah ku duga pasti Maya akan tetap bertanya kepadamu secara langsung.
Sepertinya Maya sudah mencurigai, so kita harus hati-hati" tutur Kana.
Dalam waktu yang bersamaan dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus memantau mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments