Berbagai rangakaian acara pun telah selesai di laksanakan, tampak beberapa kerabat keluarga Saguna berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Pak.." pangil Ana pelan.
Arsenio yang mendengarnya pun menatapnya.
"Bolehkah saya duduk sebentar?, kaki saya terasa sakit" tanya Ana dengan raut wajah berusaha menahan sakit.
"Sabar sedikit, sebentar lagi selesai" ucap Arsenio.
"Apanya yang sabar?" ucap Sarah dari belakang.
Ana dan juga Arsenio berbalik menatapnya.
"Nenek?" ucap keduanya hampir bersamaan.
"Kamu tuh gimana sih jadi suami?, istri kesakitan bukan suruh istirahat malah suruh tunggu" ucap Sarah.
"Tapi nek".
"Ngak ada tapi-tapi!, cepat antar dia ke kamar!" pinta Sarah.
"Iya nek" jawab Arsenio malas.
Arsenio pun berjalan lebih dulu lalu disusul oleh Ana.
"Istrinya di bantu dong" ucap Sarah saat melihat Ana kesulitan melangkah sambil memegang gaun yang lumayan panjang.
Arsenio pun berbalik lalu membantu Ana memegang sisa gaunnya.
"Ayo jalan!" pinta Arsenio dingin.
Ana yang mendengarnya pun dengan cepat melangkah sesuai dengan arahan Arsenio.
***
Jarum jam sudah menunjukan pukul 12.00, berlahan Ana membuka matanya, diliriknya sekelingnya.
Ana membulatkan matanya lalu bagun dari tidurnya.
"Aku dimana?" ucap Ana.
Ana diam sejenak, lalu menghela nafas panjang.
"Aduh lupa kalau aku sudah menikah" ucap Ana sambil menepok jidatnya.
Ana memutar bola matanya memandangi ruangan yang nampak besar dan tatapannya berhenti pada jam dinding yang berada tak jauh dari ranjang.
"Jam 12.00?, aku tidak salah melihatnya kan?" ucap Ana sambil mengucek-ngucek matanya dan benar saja apa yang di lihatnya benar.
Ana pun bergegas turun dari ranjang.
"Aduh, sakit" rintih Ana saat berhasil berdiri.
Dilihatnya kaki kanannya yang sedikit memar.
"Waduh, benar-benar ya high hillsnya ngak bagus, kakiku sampai memar begini" geruntu Ana.
Ana pelan-pelan melangkah menuju pintu.
"Nona sudah bagun?" ucap Bi Lila yang baru saja ingin mengetuk pintu tapi Ana lebih dulu membuka pintu kamar.
"Iya bi, saya tidurnya kelamaan ya? " tanya Ana.
Bi Lila yang mendengarnya pun tersenyum.
"Oh iya, mama dan teman saya masih di bawah kan?" tanya Ana lagi.
Bi Lila mengelengkan kepala.
"Sudah pulang nona".
"Ha pulang?".
Bi Lila mengaguk sebagai jawaban.
"La, ko saya di tinggal sih? " ucap Ana cemberut.
Bi Lila kembali tersenyum mendengar ucapan Ana.
"Nona kan sudah menikah dengan tuan muda. Jadi mulai dari sekarang nona tinggal di rumah ini" jelas Bi Lila.
"Memang harus ya saya tinggal di sini?, ngak bisa pulang dong?" ucap Ana.
"Iya nona, nona bisa pulang jika tuan muda mengizinkan nona pulang" jelas Bi Lila.
"Welcome to penjara" gumam Ana dalam hati.
"Ayo nona, makan siangnya sudah siap" ucap Bi Lila.
Ana tersenyum yang membuat Bi Lila bingung.
"Saya tau, Bibi tidak tau nama saya, makannya bibi selalu memangilku dengan sebutan nona" ucap Ana menjeda ucapannya.
"Izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Larissa Putri Hana, bibi bisa pangil saya Ana". sambung Ana sambil tersenyum.
"Saya tau nona, tapi aturanya sudah seperti itu, saya harus memangil nona atau nona Ana" jelas Bi Lila.
Ana yang mendengarnya pun diam dan beraduh dengan pikirannya.
"Terlalu banyak aturan, seperti sekolah saja😑" batin Ana.
"Ayo nona" ucap Bi Lila lagi.
Sesampainya di ruang makan, Ana terkejut dengan banyaknya makanan yang berada di atas meja.
"Silakan nona" ucap Bi Lila mempersilakan.
"Semua makanan ini untuk saya?" tanya Ana tak habis pikir.
Bi Lila mengagguk sebagai jawaban.
"Apa sekarang aturanya saya harus menghabiskan semua makanan ini?" tanya Ana polos.
Bi Lila dan beberapa pelayan yang juga berada di sana pun menunduk berusaha menahan tawanya.
"Tidak nona. Nona Ana bisa makan sesuai dengan keinginan nona saja" jelas Bi Lila.
"Syukurlah jika begitu. Bisa-bisa badanku bisa sebesar kulkas jika harus menghabiskan semua makanan ini" tutur Ana sambil menarik salah satu kursi dari sekian banyak kursi disana.
Lagi-lagi Bi Lila dan pelayan lainnya tersenyum melihat kepolosan Ana.
Ana menatap beberapa pelayan yang berdiri tak jauh darinya lalu tatapannya beralih pada Bi Lila.
"Bi" pagil Ana lalu memberikan isyarat agar Bi Lila segera mendekat kearahnya.
"Iya nona" ucap Bi Lila.
"Mereka yang berdiri di sana, apakah pelayan di rumah ini juga?" ucap Ana pelan.
"Benar Nona".
"Bisahkah saya memangil mereka untuk ikut makan?. Kasihan makanannya jika tidak di makan" ucap Ana yang masih dapat di dengar oleh pelayan lainnya.
Bi Lila diam sejenak di tatapnya teman-temannya lalu kembali menatap Ana.
"Bisa Nona, jika nona Ana mengizinkan mereka untuk ikut makan bersama nona".
Ana pun tersenyum mendengar jawaban Bi Lila.
"Ayo mba" ucap Ana sambil menatap ketiga pelayan yang berdiri tak jauh dari meja makan.
Mereka pun menatap Bi Lila yang merupakan kelapa pelayan di keluarga Saguna, Bi Lila yang mengerti maksud tatapan mereka pun mengaguk mengiyakan agar mereka segera bergabung dengan Ana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments