Ana pun berlahan menghapus air matanya lalu pelan-pelan Ana mulai menceritakan kejadian yang di alaminya selepas pulang kuliah.
Kana yang mendengar cerita Ana pun terkejut. Tak habis pikir dengan tanggapan keluarga Arsenio tentang masalah yang menurutnya adalah hal yang sepeleh.
“Kenapa mereka seenaknya memutuskan hal sebesar ini?”.
“Aku pun tak tau Na, aku sudah mencoba menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi tapi keluarga Pak Arsenio seperti tak mendengarya” jelas Ana.
“Aku benar-benar belum mau menikah Na. Tolong beritahu aku apa yang harus aku lakukan sekarang. Terus bagaimana aku menjelaskan hal ini pada mamaku” ucap Ana yang kembali mengeluarkan air matanya.
Kana yang mendengarnya pun menarik Ana ke dalam pelukannya berharap Ana bisa tenang.
Di waktu yang bersamaan, suara ketukan pintu membuat Rany kembali membuka pintu yang kedua kalinya.
“Selamat sore” sapa salah satu dari ketiga pria yang ada di depan pintu.
Rany yang mengenali salah satu dari ketiganya itu pun terkejut.
“Ada hal apa yang membuat mereka datang ke sini?” batin Rany.
“Sore. Silakan masuk tuan?” ucap Rany mempersilakan.
Salah satu dari ketiga pria itu masuk dan duanya tinggal di luar.
“Apakah benar ini dengan rumah Larissa Putri Hana?” tanya Nicholas.
Ya orang yang dikenal Rany adalah Nicholas Saguna sang pengusaha terkenal di kotanya.
“Benar tuan, saya ibunya” jawab Rany.
Nicholas pun segerah mengungkapkan maksud kedatangannya.
“Langsung ke intinya saja, Saya datang ke sini untuk memberitahukan dua hal kepada ibu. Di antara kedua hal ini, ada hal buruk dan ada hal baik. Jadi ibu mau mendengarkan apa dulu?, baik atau buruk?” ucap Nicholas serius.
Rany yang mendengarnya pun ikut menampilkan raut wajah serius. Ia mulai merasa tak enak hati setelah mendengar ucapan Nicholas barusan. Secara, Ia juga bekerja di salah satu cabang perusahaan milik tuan Nicholas.
Setelah cukup lama diam, Rany pun menghela nafas panjang lalu berkata.
“Saya ingin mendengar kabar buruk terlebih dahulu Tuan” ucapnya ragu.
“Baiklah, pertama-tama atas nama keluarga Saguna saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada ibu atas perlakuan cucu saya Arsenio Saguna” ucap Nicholas.
Rany yang mendengarnya pun mengerutkan dahinya.
“Hal apa yang sebenarnya terjadi?” batin Rany sambil menatap Nicholas dengan serius.
Nicholas pun mulai menceritakan kejadian yang baru saja terjadi kemarin secara lengkap tanpa terkurang sedikit pun.
Rany membulatkan matanya, tubuhnya gemetar berusaha menahan amarahnya yang berlahan mulai menguasainya.
“Saya benar-benar minta maaf atas kesalahan putri saya tuan” ucap Rany sambil berusaha menenagkan dirinya.
Nicholas yang mendengarnya pun mengelengkan kepalanya.
“Tidak!. Itu bukan sepenuhnya salah putrimu, cucuku juga ikut bersalah dalam hal ini” jelas Nicholas.
“Itu adalah kabar buruknya. Sekarang apa ibu mau mendengarkan kabar baiknya?” tanya Nicholas.
Rany pun menggaguk setuju.
“Baik, kabar baiknya adalah, izinkan cucu saya mempertanggung jawabkan perbutanya dengan cara menikahi putri ibu” jelas Nicholas.
“Saya harap ibu mempertimbangkan apa yang telah saya sampaikan tadi” sambung Nicholas.
Rany diam, mengingat apa yang dikatakan Nicholas dengan keadaan putrinya yang masih cukup mudah untuk melangsungkan pernikahan.
Di waktu yang sama Ana menatap Kana serius.
“Sepertinya diluar ada tamu, apa kau mendengarnya?” tanya Ana.
“Ya sepertinya begitu” jawab Kana sambil menganguk.
Keduanya berlahan turun dari ranjang lalu membuka pelan pintu kamar dan melihat ke arah ruang tamu.
Seketika Ana membulatkan kedua matanya, denyut jantung Ana berdebar tak mentu, rasa khawatir mulai menyelimuti dirinya. Hal itu tak luput dari pandangan Kana. Ana dengan cepat menutup kembali pintu kamarnya.
“Kenapa?, apa kamu kenal orang itu?” tanya Kana sambil menatap Ana yang berjalan mondar-mandir.
“Pasti mamaku sangat kecewa, apa yang harus aku lakukan” ucap Ana dengan tangan kanan meremas ujung bajunya.
Setelah melihat keadaan Ana dan mendengar ucapannya Ia pun mengerti.
“Kamu tenang dulu, mohon dengarkan aku dulu!” pinta Kana sambil menahan Ana agar berhenti untuk berjalan mondar-mandir.
“Bangaimana aku bisa tenang Na?, mereka serius dengan apa yang telah mereka ucapkan” ucap Ana berusaha menahan tagisnya.
“Dengarkan aku, tarik nafas dalam-dalam lalu berlahan keluarkan melalui mulut” pinta Kana.
Tampa pikir panjang Ana pun menuruti apa yang di ucapkan Kana. Dan benar saja Ana berlahan meresa sedikit tenang.
Melihat Ana mulai tenang, Kana melangkah lebih dekat lalu menatap Ana serius.
“Kita keluar ya?, dan cobalah untuk menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi” ucap Kana.
Ana mengelengkan kepala lalu berkata
“Ngak, aku ngak bisa”.
“Tidak. Kamu harus pasti bisa. Selagi ada ada waktu tidak ada salahnya untuk mencoba”
ucap Kana berusaha menyakinkan Ana.
Setelah cukup lama berpikir Ana pun menyetujui saran Kana dan berlahan berjalan keluar dari kamar di temani oleh Kana.
Nicholas yang melihatnya pun tersenyum, hal itu membuat Rany berbalik menatap Ana yang kini berada di belakangnya.
Tidak menunggu waktu lama Ana berjalan dan berhenti tepat di depan ibunya, lalu berlahan duduk berlutut di depan ibunya.
“Ma, Ana benar-benar minta maaf. Izinkan Ana menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi. Mohon mama percaya pada Ana” ucap Ana dengan air mata mengalir membasahi pipinya.
“Ma, mama dengar aku kan?” ucap Ana saat ibunya tak begreming sedikitpun, tatapan ibunya lurus ke depan tampa ekspresi.
“Saya sudah menjelaskan semua hal ke pada ibumu, jadi maukah kamu menerima pertanggung jawaban dari cucu saya Arsenio Saguna?. Tanya Nicholas pada Ana.
“Ngak!, tidak ada yang perlu di pertanggung jawabkan, toh itu adalah kecelakaan” tutur Ana sambil menatap Nicholas dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.
Setelah melakukan banyak pertimbangan, Rany pun menatap Nicholas serius.
“Saya pikir saya tidak punya alasan untuk menolak cucu dari tuan untuk mempertangung jawabkan perbuatanya” ujar Rany.
Nicholas yang mendengarnya pun tersenyum.
“Keputusan yang baik Rany. Saya sangat menghargai keputusanmu” ucapanya.
Semntara Ana dan Kana tak percaya dengan apa yang mereka dengarnya.
“Tapi ma, mama jangan asal memutuskan, Ana belum menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi” ucap Ana sambil mengengam erat kedua tangan ibunya.
“Tidak ada lagi hal yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah jelas!” ucap Rany tanpa menatap Ana.
“Tapi ma”.
Belum sempat Ana melanjutkan ucapanya, Nicholas segera memotong pembicaraannya.
“Terima kasih telah mempercayakan cucu saya untuk menjaga putrimu, dalam waktu dekat ini orang-orangku akan mengurus segala keperluan pernikahannya” ucap Nicholas.
“Saya rasa semuanya sudah cukup jelas, kalau begitu saya izin pamit” sambung Nicholas lalu berdiri dari duduknya.
“Iya silakan tuan, sekali lagi mohon maaf atas kesalahan putri saya” ucap Rany sambil ikut berdiri dari duduknya.
Nicholas yang mendengarnya pun membalas dengan senyuman lalu melangkah pergi.
“Ma Ana benar-benar minta maaf, tapi tolong percayalah pada Ana kali ini saja” ucap Ana dengan tatapan seduh.
Tanpa berkata apapun, Rany pun melangkah pergi meninggalkan Ana dengan posisi masih berlutut.
“Ma…..Ana benar-benar minta maaf” teriak Ana yang masih dapat didengar oleh ibunya namun Rany bersikap seakan tak mendengarnya.
Kana yang melihat itu pun melangkah menghampiri Ana lalu membantunya untuk berdiri.
“Na, pasti mamaku kecewa, mama menyesal punya anak seperti aku kan?” ucap Ana dengan tatapan seduh dan air mata yang tak henti-hentinya menetes.
Kana lagi-lagi memeluk Ana dengan erat. Tidak ada yang bisa Ia lakukan selain menenagkan Ana.
“Mamamu hanya butuh waktu untuk menerimannya, dan Ia tidak akan menyesal seperti yang dikatakan olehmu, toh kamu anak yang baik” ucap Kana berusaha menenangkannya.
"Hai ka👋, terima kasih telah membaca karya ini😊, jangan lupa komen dan like pada setiap episod yang di sukai, dengan begitu Author akan lebih semangat dalam membuat ceritanya".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments