Setelah menempuh perjalanan jauh, Ana menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah.
Ana menurunkan kaca jendela mobilnya dan melihat alamat di dinding yang merupakan pagar rumah mewah itu.
“Kalau dilihat-lihat, alamatnya sudah benar” ucap Ana sambil menatap layar ponselnya dan dinding tempat alamat tertera secara bergantian.
Seorang satpam yang melihatnya pun datang menghampirinya.
“Ada yang bisa saya bantu nona?” tanya satpam itu.
Ana segera turun dari mobilnya.
“Iya Pak” jawab Ana.
“Apa benar ini rumah Pak Arsenio?” tanya Ana.
Pak Adi mengaguk lalu bertanya.
“Apa nona sudah membuat janji?”
Ana berpikir sejenak lalu menjawab.
“Sudah Pak. Pak Arsenio yang meminta saya datang kesini untuk mengantar tugas kuliah kami Pak”.
“Baiklah, kalau begitu silakan masuk” ucap Pak Adi sambil membuka lebih besar pintu pagarnya.
“Sebentar ya Pak, saya ambil tugas kuliahnya dulu” ucap Ana lalu berjalan menuju tempat yang dimaksudnya.
“Mari saya antar” ucap Pak Adi lagi.
Ana pun mengangguk setuju lalu mengikuti langkah Pak Adi.
“Nona, silakan lewat di sebelah sini” pinta Pak Adi sambil menunjukan arah yang dimaksunya.
“Baik, terima kasih Pak” ucap Ana sambil tersenyum.
Pak Adi pun tersenyum lalu kembali ke pos jaga.
Ana berlahan masuk melewati pintu yang nampak besar. Hal itu tak luput dari pandangan seorang wanita yang merupakan asisten rumah tangga di keluarga Saguna.
Wanita itu pun berjalan menuju ruang keluarga.
“Nyonya, di depan ada tamu” ucap Bi Lila.
Alin menatap Bi Lila sekilas lalu berkata.
“Bawah dia masuk!” pinta Alin yang saat itu sedang mengobrol dengan orang tuanya.
“Baik Nyonya” .
Bi Lila pun kembali menghampiri Ana. Ana yang mendengar langkah kaki seseorang pun melihat kearah suara.
“Maaf nona, lewat sebelah sini” ucap Bi Lila.
Ana pun menganguk setuju lalu mengikuti Bi Lila dari belakang.
Alin, Nicholas dan juga Sarah pun menatap Ana.
“Ada yang bisa di bantu?” tanya Alin yang merupakan ibu dari Arsenio.
“Perkenalkan nama saya Ana, saya salah satu mahasiswa Pak Arsenio” ucap Ana ragu sambil tersenyum.
“Ooo, mahasiswa Arsenio” ucap Nicholas dan Sarah hampir bersamaan.
“Saya ke sini atas perintah Pak Arsenio untuk mengantar tugas kuliah kami” sambung Ana.
“Bi tolong antarkan dia ke ruang kerja Arsenio” pinta Alin.
“Baik nyonya” jawab Bi Lila.
“Kamu tunggu di sana saja ya?, sedikit lagi Arsenio kembali” ucap Alin sambil tersenyum.
Ana pun mengangguk setuju.
“Mari saya antarkan” ucap Bi Lila.
Ana pun mengikuti Bi Lila dari belakang dan tiba di depan sebuah ruangan.
“Di sini ruangannya, silakan masuk” ucap Bi Lila.
“Terima kasih” ucap Ana sambil tersenyum.
Ana pun berlahan membuka pintu ruangan tersebut lalu masuk. Ana terkagum-kagum dengan isi ruangan yang tertata rapi dengan dekorasi yang tampak elegan.
“Ternyata Pak Arsenio orang berada, jadi tak heran harga perbaikan mobilnya mahal” gumam Ana dalam hati.
Ana meletakan buku-buku yang di pengangnya di atas meja yang berada di sudut ruangan.
Karena merasa penasaran, Ana pun memutuskan untuk melihat-lihat hampir seluruh sudut ruangan termasuk foto-foto yang tertata rapi di salah satu dari sekian banyaknya lemari.
Di waktu yang bersamaan mobil milik Arsenio pun memasuki halaman rumah lalu berhenti tepat di depan rumah.
Arsenio masuk ke dalam rumah dan mendapati ibunya masih berbincang dengan kakek dan juga neneknya.
“Eh sudah sampai ya?, kami baru saja membicarakanmu” ucap Sarah selaku neneknya.
“Iya Nek” jawab Arsenio.
“Oh iya, mahasiswamu cantik-cantik ya, kami sampai terpesona loh saat melihatnya” ucap Nicholas yang merupakan kakek Arsenio.
Sementara Arsenio diam saat mendengarnya.
“Benar apa yang dikatakan kakekmu. Oh iya mama hampir lupa, mahasiswa yang kamu perintahkan mengantar tugas kampus, mama sudah menyuruh Bi Lila mengantarnya ke ruang kerjamu” ucap Alin.
Arsenio yang mendengarnya pun terkejut.
“Mama mengizinkanya masuk ke ruang kerjaku?” tanya Arsenio tak percaya.
Alin pun mengangguk sebagai jawaban.
Tampa menunggu lama Arsenio berjalan menuju ruang kerjanya.
Bruk..
Arsenio membuka pintu dengan keras. Ana yang mendengarnya menoleh ke belakang dengan posisi tangannya memegang bingkai foto yang baru saja ingin dilihatnya.
“Pak Arsenio” ucap Ana.
Suasana ruangan berubah menjadi mencengkam, Arsenio tanpa ekspresi menatap tajam ke arah Ana.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Arsenio sambil melangkah menghampiri Ana lalu dengan cepat meraih bingkai foto yang di pegang oleh Ana dengan kasar.
Hal itu membuat Ana terkejut dan membuatnya kehilangan keseimbangan.
Ana menarik dasi milik Arsenio berharap dia bisa mengimbangi tubuhnya, namun hal itu justru membuat Arsenio juga ikut kehilangan keseimbangan.
Sehingga keduanya terjatuh ke lantai dengan posisi Arsenio berada di atas tubuh Ana.
Karena ruangannya tidak jauh dari ruang keluarga. Alin, Nicholas dan Sarah pun mendengar teriakan Ana saat ingin jatuh.
Ketiganya dengan cepat melangkah ke arah suara.
Sesampainya disana mereka dikejutkan dengan pemandangan di depan mereka.
“Arsenio….” teriak Alin, tubuhnya berlahan gemetar.
Arsenio dan Ana yang mendengarnya pun melihat ke arah suara dengan posisi yang masih sama.
“Apa yang kamu lakukan?” sambung Alin dengan suara keras. Sontak membuat Arsenio berdiri dengan cepat tidak lupa untuk membantu Ana juga.
“Tolong dengarkan penjelasanku dulu, apa yang kalian lihat adalah kesalahan. Jangan salah paham dulu, biar aku jelaskan” ucap Arsenio.
“Diam!” pinta Nicholas.
“Tapi kek..”
“Saya katakan diam ya diam!” ucap Nicholas dengan suara keras.
Melihat kondisi yang semakin menegangkan membuat Ana semakin takut dan memilih untuk tetap diam dengan kepala tertunduk.
“Jika kamu sudah ingin menikah, bukan begini juga caranya” ucap Nicholas.
Arsenio yang mendengarkan pun membulatkan kedua matanya.
“Bu...”.
“Saya tidak mengizinkanmu untuk bicara” ucap Nicholas sebelum Arsenio menyelesaikan ucapannya.
“Buat malu keluarga saja” ucap Sarah yang kini sudah merangkul Alin.
Arsenio yang mendengarnya pun menatap neneknya, rasa kecewa terlihat jelas dari raut wajah neneknya.
"Karena kami telah melihat langsung tindakanmu, sebelum terjadi sesuatu dan akan mencemarkan nama baik keluarga kami. Kamu harus menikahi wanita itu" ucap Nicholas tegas.
“Menikah?” ucap Ana dan Arsenio bersamaan.
“Iya menikah. Kamu tidak perlu khawatir nak, kami tidak akan menyalahkamu jika kebenarannya cucukulah yang bersalah” jelas Nicholas pada Ana.
“Tapi tuan, semua yang tuan lihat adalah suatu kecelakaan. Beri saya waktu untuk menjelaskannya” ucap Ana yang akhirnya berani membuka suara.
“Jangan berusaha membelah Arsenio, jika dia salah ya harus bertanggung jawab” ucap Sarah yang juga ikut bicara.
Sementara Alin diam tanpa membuka suara. Rasa tak percaya masih menyelimuti hatinya saat ini.
“Saya tidak bermasud membelah Pak Arsenio, tapi kenyataannya bukan seperti apa yang telah tuan dan nyonya lihat” ucap Ana berusaha menjelaskan.
“Kami akan datang ke rumahmu dalam waktu dekat ini” ucap Nicholas tanpa memperdulikan ucapan Ana, dalam pikiranya nama baik keluarga adalah hal yang paling penting saat ini.
Ana yang mendengarnya pun menatap Arsenio yang berada tepat disampingnya.
“Pak tolong bicaralah, kalau apa yang dilihat keluargamu barusan adalah kecelakaan yang tidak disengajakan” ucap Ana memohon sambil menggenggam tangan Arsenio berharap dia kembali bicara.
Sementara Arsenio tetap diam, karena dia kenal betul dengan keputusan kakeknya yang tidak akan diubahnyan sekalipun mereka telah menjeleskan hal yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments