Hari-hari berlalu seberti biasanya, begitu juga dengan waktu yang di berikan oleh Arsenio pada Ana.
Hari ini adalah hari dimana Ana harus membayar biaya perbaikan mobil milik Arsenio.
Seperti biasanya Ana berangkat ke kampus pagi itu tanpa ragu, dia telah memenuhi biaya yang sudah disepakati, hanya tinggal membayarnya saja.
“Hay Ana” sapa Roby yang merupakan teman sekelas Ana.
“Hay” jawab Ana sambil tersenyum.
“Sepertinya kamu cukup bahagia hari ini” tebak Roby sambil berusaha mengimbangi langkah Ana yang cukup cepat saat itu.
“Tentu saja, kita harus terlihat bahagia setiap harinya” jawab Ana asal sambil menatap Roby dari samping.
“Tapi hari ini auramu terasa berbeda dari hari-hari sesudahnya” ucap Roby lagi.
“Apaan sih, menurutku sama saja” jawab Ana.
“Ana..” pangil Kana.
Ana dan Roby yang mendengarnya menoleh ke belakang. Sementara Kana berjalan lurus ke arah mereka.
“Aku memanggilmu tadi loh di tempat parkir. Tapi sepertinya kamu tidak mendengarnya” ucap Kana setelah sampai.
“Maaf, mungkin aku terlalu bersemangat hari ini” jawab Ana lalu kembali berjalan masuk ke kelas di ikuti oleh Roby dan juga Kana.
“Apa biayanya sudah cukup?” tanya Kana to the poin.
“Ya, dan aku akan membayarnya setelah kelas selesai” jawab Ana sambil tersenyum.
“Syukurlah kalau begitu” ucap Kana.
“Apa sih yang kalian bicarakan?” tanya Roby bingung.
“Ada deh, rahasia. Sudah sana kembali ke tempat dudukmu. Sebentar lagi Pak Arsenio datang loh” tutur Kana.
“Iss sama teman sekelas saja main rahasia-rahasiaan” tutur Roby lalu melangkah pergi.
Beberapa menit kemudian, Pak Sutanto masuk ke dalam kelas. Semuanya terlihat binggung termasuk Ana dan juga Kana.
“Selamat pagi” sapa Pak Sutanto yang juga merupakan dosen di kampus mereka.
“Pagi Pak”.
“Langsung saja, bapak ke sini hanya ingin menyampaikan pesan dari Pak Arsenio.
Karena beliau mulai hari ini sampai seminggu kedepan belum bisa masuk, karena ada urusan pribadi. Dan beliau menitip pesan agar tugas hari ini tetap di kumpulkan. Dan…”
Pak Sutanto memandangi seluruh mahasiwa yang ada di sana, seperti sedang mencari seseorang.
“Ana. Kamu di tugaskan untuk mengumpulkan semua tugas teman-teman dan kamu yang akan membawahnya ke rumah Pak Arsenio” sambung Pak Sutanto sambil menatap ke arah Ana.
“Saya?” tanya Ana dengan jari telunjuk diarahkan padanya.
Sementara Clarissa yang juga mendengarnya pun menoleh ke kebelakang lebih tepatnya ke arah Ana dengan tatapan tidak suka.
“Ya kamu. Pak Arsenio memintamu mengantarkan tugas itu hari ini setelah kamu menyelesaikan kelas hari ini” tutur Pak Sutanto.
“Hanya itu yang ingin bapak sampaikan, silakan kalian lanjut belajar” ujar Pak Sutanto lalu pergi meninggalkan kelas yang mulai kembali ramai.
“Kenapa harus aku coba?. Kanapa bukan Clarissa saja, dia kan ketua” ucap Ana sambil menatap Kana dari samping.
“Hmm, bisa jadi pak Arsenio ingin sekalian kamu datang membayar uang perbaikan mobilnya, sudah seminggu kan?” tebak Kana.
“Bisa jadi seperti itu, tapi aku tidak tahu dimana rumahnya, nomor hpnya saja aku ngak punya” ucap Ana.
“Tuh, minta sama Clarissa pasti ada nomornya” ucap Kana sambil menunjuk ke arah Clarissa.
"Ini tugas saya, dan juga nomor Pak Arsenio. Ingat!. Pastikan tugas saya sampai ke tangan Pak Arsenio," ucap Clarissa dengan wajah masam.
"Terima kasih. Akan saya pastikan tugas anda sampai ke tangan Pak Arsenio" jawab Ana sambil sedikit menekan kalimat yang diucapkannya.
“Baguslah kalau begitu” ucap Clarissa lalu pergi.
Setelah Clarissa pergi, satu per satu teman kelas Ana datang mengumpulkan tugas yang di maksud Pak Arsenio di meja Ana termasuk Roby.
“Sepertinya kamu cukup dekat ya dengan Pak Arsenio, sampai-sampai kamu diperbolehkahn datang ke rumahnya” ucap Roby tanpa eksperesi. Meletakan tugasnya ke atas meja Ana lalu melangkah pergi.
“Dia kenapa sih?” tanya Ana.
“Ya mana aku tahu” jawab Kana sambil mengangkat kedua bahunya.
“Dasar aneh” ucap Ana sambil menyusun rapi tugas-tugas temannya.
Beberapa jam kemudian, kelas Ana dan Kana pun selesai, tampak keduanya berjalan menuju parkiran.
“Hubungi saja Pak Arsenio dan meminta alamat rumahnya” pinta Kana di selah-selah langkah mereka.
“Benar juga. Tolong bantu aku pegang buku-buku ini, aku akan mencoba menghubunginya” pinta Ana.
Kana pun mengambil buku-buku yang dimaksud Ana.
“Bagaimana?, apa Pak Arsenio mengangkatnya?” tanya Kana penasaran.
Ana pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, lalu kembali menelfon yang kedua kalinya.
“Isss, malah di tolak” ucap Ana mendengus kesal.
“Mungkin Pak Arsenio sedang sibuk” ucap Kana.
Selang beberapa menit suara notifikasi pesan berbunyi. Ana yang mendengarnya pun dengan cepat membaca isi pesan.
“Siapa?” begitu kiranya isi pesan yang baru saja masuk.
Kana yang penasaran dengan isi pesannya juga ikut melihat ke layar ponser Ana.
“Berarti selain orangnya dingin, Pak Arsenio juga tipe pria yang tidak asal menerima panggilan dari nomor tidak dikenal. Hmm, idaman aku banget” ucap Kana.
“Idaman apanya, giliran pria dingin kamu sukai. Tuh, Aryo yang sudah jelas-jelas menyukaimu malah kamu abaikan. Selerah yang aneh"gerutu Ana.
“Udah ngak usah ngomel-ngomel, cepat balas pesannya sekalian tanya lokasi rumahnya, tangganku mulai pegal nih” ucap Kana.
“Iya, ini mau di balas” jawab Ana.
Selang beberapa menit suara notifikasi kembali berbunyi, dengan cepat Ana melihat isi pesan begitu juga dengan Kana yang ikut melihat karena penesaran.
“Pak Arsenio sudah mengirimkan alamat rumahnya, ya udah tunggu apa lagi cepat sana antar” ucap Kana.
Ana dan Kana pun menuju mobil milik Ana. Setelah selesai meletakan buku-buku di dalam mobil Kana pun menutup pintu mobil.
“Hati-hati ya?” ucap Kana sambil melambaikan tanganya.
“Iya, kamu juga hati-hati” ucap Ana lalu melajukan mobilnya menuju alamat yang diberikan Arsenio.
"Hay ka😊, jangan lupa like dan komen pada setiap episod yang disukai 😍😘.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments