Satu minggu telah berlalu, selama itu pula Arsenio sama sekali tidak menampakan dirinya ke kampus. Berbeda halnya dengan Ana yang selalu mengikuti kelas seperti biasanya.
Jarum jam menunjukan pukul 09.00, terlihat Ana duduk di salah satu kursi dari sekian banyaknya kursi di dalam kelas, tatapannya lurus ke depan dengan ekspresi murungnya.
Di waktu yang bersamaan Roby dan Kana masuk ke dalam kelas secara perurutan, Kana di depan dan disusul oleh Roby.
Pandangan Roby segera tertuju pada Ana.
"Kana!" pangil Roby sambil menarik tas milik Kana.
Kana menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Roby.
"Hmm, mau tanya apa?" tanya Kana to the ponit.
"Dia kenapa?. Akhir-akhir ini, aku sering melihatnya murung seperti itu" tanya Roby yang masih menatap Ana.
Mendengar itu, Kana melihat ke arah yang di lihat Roby. Mengetahui bahwa orang yang di maksud Roby adalah Ana, Kana pun menghela nafas panjang lalu berkata.
"Maaf, aku ngak bisa kasih tau!".
Kana kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya.
Mendengar jawaban Kana seketika raut wajah Roby berubah masam. Rasa penasarannya selama seminggu ini belum juga terjawabkan.
Setelah cukup lama diam, Roby kembali melanjutkan langkahnya lalu memilih duduk tak jauh dari Ana.
Selang beberapa menit dosen mata kuliah pun masuk ke kelas, pembelajaran berjalan seperti biasanya hingga jam pelajaran berakhir.
Ana menatap Kana dari samping.
"Na, jangan lupa datang ya!" ucap Ana.
"Jangan khawatir!, aku pasti datang. Mana mungkin di hari spesialmu aku tidak datang" tutur Kana sambil merapikan bukunya lalu memasukannya ke dalam tasnya.
Roby yang juga ikut mendengar percakapan Kana dan Ana pun datang menghampiri mereka.
"Memangnya ada acara apa?. Boleh gabung ngak?" tanya Roby yang kini berada di belakang Kana dan juga Ana.
Mata Ana terbelalak kaget begitu menyadari percakapan mereka di dengar oleh Roby.
"Hey!. Sejak kapan kamu berdiri di situ?" tanya Kana yang kaget akan kehadiran Roby.
"Baru saja" jawab Roby santai.
"Kalian belum menjawab pertanyaanku lo, aku boleh gabung ngak?" sambung Roby.
Kana berdiri dari duduknya lalu mengengam tangan Ana dengan pandangan masih tertuju pada Roby.
"Ngak bisa!" ucap Kana.
Roby yang mendengarnya pun menyeringit heran.
"Lo, memangnya ada acara apa?, ko aku ngak bisa ikut?" tanya Roby.
"Karena acaranya hanya bisa di hadiri oleh perempuan, memangnya kamu perempuan?, bukan kan?. Cepat minggir kita mau lewat" ujar Kana sambil menarik tangan Ana Agar segera ikut denganya.
Roby menatap Kana dan juga Ana, entah mengapa rasa penasarannya semakin bertambah ketika melihat sikap kedua temannya.
"Memangnya ada acara yang hanya bisa di hadiri perempuan?" gumam Roby dalam hati.
Sesampainya di parkiran, Kana melepaskan tangan Ana lalu menghela nafas panjang.
"Syukurlah, dia ngak ikut keluar" ucap Kana sambil menatap Ana dari samping.
"Maaf, kamu harus berbohong, agar tidak mengatakan hal yang sebenarnya" ucap Ana merasa bersalah.
"Kamu juga pasti akan melakukan hal yang sama, jika aku berada di posisi tadi. Tidak ada yang terpenting selain kenyamananmu. So tidak masalah aku berucap bohong" jelas Kana di barengi senyum.
Ucapan Kana membuat Ana terharu, Ana berjalan mendekatinya lalu memeluknya.
"Terima kasih" ucap Ana.
Kana tersenyum sambil menepuk lembut punggung Ana.
"Kamu hati-hati ya?!. Dan jangan lupa istirahat yang banyak!" ucap Kana setelah Ana melepaskan pelukannya.
Ana pun menggaguk sebagai jawaban.
Keduanya pun kembali ke rumah masing-masing.
***
Kediaman keluarga saguna. Tampak begitu sibuk. Beberapa orang terlihat sibuk kesana kemari untuk mempersiapkan semua keperluan pernikahan cucu semata wayang tuan Nicholas Saguna.
Nicholas berlahan menuruni satu persatu anak tangga.
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Nicholas.
Rendy yang merupakan asisten pribadinya pun melangkah mendekatinya lalu mengganguk.
"Sudah tuan, tinggal mengantarkan gaun pengantin ke rumah nona Ana" jawab Rendy.
"Terus bagaimana keadaan Alin?" tanya Nicholas lagi.
"Keadaan Nyonya sudah membaik tuan, saat ini nyonya sedang melakukan pangilan video dengan tuan Gibran" sahut Rendy.
"Lanjutkan pekerjaanmu!" ucap Nicholas lalu berjalan menuju kamar putrinya.
"Baik tuan" sahut Rendy yang masih di dengar oleh Nicholas.
Sebelum memasuki kamar putrinya, Nicholas berbalik menatap Rendy.
"Jangan lupa gaunya di antar, dan pastikan besok pengantin wanitanya datang tepat waktu!" pinta Nichilas.
"Baik tuan" jawab Rendy.
***
Pagi-pagi sekali kediaman Ana terlihat begitu sibuk. Beberapa orang tampak sibuk termasuk Kana, berjalan kesana kemari untuk menyiapkan semua kebutuhan Ana.
"Bagaimana?, apakah Ana telah selesai dirias?" tanya Rany pada Kana.
Kana yang baru saja keluar dari kamar Ana pun berjalan mendekati Rany lalu mengganguk.
"Sudah tante, sebentar lagi Ana akan keluar" sahut Kana.
Rany yang mendengarnya pun menghela nafas panjang, merasa legah.
Bagaimana tidak, jam 03.00 pagi Rendy menghubungi mereka dan mengatakan upacara pernikahannya yang tadinya akan di laksanakan jam 10.00 pagi di majukan ke jam 07.00 pagi.
Dikarenakan tuan Nicholas harus berangkat ke Amerika jam 10.00 pagi dengan acara yang tak kalah penting.
Karena itulah upacara pernikahannya di majukan menjadi pukul 07.00 pagi, Hal itu tentu saja membuat semua orang kalang kabut.
Jarum jam menunjukan pukul 06.00 pagi, tampa menunggu lama mereka pun bersiap-siap untuk berangkat. Hal yang sama pun di lakukan keluarga Saguna.
Dikarenakan perjalanan membutukan waktu 30 menit untuk sampai, Ana dengan rasa kantuknya yang cukup berat memutuskan untuk tidur dengan posisi menyandarkan kepalanya ke bahu Kana.
Rany yang menyadari hal itu pun mebiarkannya untuk tidur beberpa menit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments