Dengan langkah setengah berlari Ana menuju ke salah satu kelas yang saat itu terlihat ramai.
Kana yang dari tadi memperhatikan pintu masuk kelas, segerah bangkit dari tempat duduknya saat melihat Ana.
"Ana, kamu baik-baik saja kan?" tanya Kana, saat Ana berada tepat di sampingnya.
"Aku mendengar suara tabrakan, apakah kamu menabrak sesuatu?" sambung Kana.
Ana mengangguk sebagai jawaban dan duduk di kursi tepat di samping kana.
Kana menarik tangan Ana lalu memeriksanya.
"Tapi kamu baik-baik saja kan?. Tidak ada yang luka?" tanya Kana lagi.
"Saya baik-baik saja. Tapi mobil yang saya tabrak ada beberapa goresan dan saya harus memperbaikinya," jawab Ana.
Kana melepaskan tangan Ana lalu kembali duduk.
"Syukurlah, kamu baik-baik saja” ucap Kana sedikit menjeda ucapannya.
“Ini semua karena salahku" sambung Kana merasa bersalah.
Ana menatap Kana dari samping.
"Itu bukan salahmu ko, akunya saja yang kurang berhati-hati" ujar Ana.
“Tapi aku yang menelfonmu, karena itu fokusmu jadi terbagi. Coba saja kalau aku tidak menelfonmu tadi, kamu pasti tidak akan menabrak mobil orang” tutur Kana.
"Ngak perlu merasa bersalah, toh aku baik-baik saja kan?” ucap Ana.
“Oh iya, kenapa Pak Burhan belum juga masuk?. Sudah lewat sepuluh menit loh, biasanya dia datang tepat waktu" ucap Ana berusaha mengalihkan pembicaraan.
Kana mengeluarkan buku dari tasnya lalu meletakannya ke atas meja.
“Hmm dengar-dengar sih pak Burhan tidak masuk di kelas kami lagi” jawab Kana.
“Loh memangnya kenapa?”
“Kalau soal itu aku kurang tahu. Tapi, tadi sih aku dengar dari teman yang lain, katanya ada dosen baru yang menggantikan Pak Burhan” jelas Kana.
Ana mengeluarkan botol air minum dari tasnya.
"Hmm, gitu ya?" ucap Ana lalu meminum beberapa teguk air.
"Selamat pagi" sapa seorang pria yang baru saja masuk.
Semua orang yang mendengarnya melihat kerah suara termasuk Kana dan juga Ana.
"Pagi" jawab mereka secara bersamaan.
“Uhuhu”
"Iss…isss hati-hati kalau minum, keselek kan jadinya" ucap Kana sambil mengusap punggun Ana.
"OMG!. Dia dosen barunya?, wow dia sangat tampan" ucap teman-teman kelas Ana dan juga Kana.
Ana dengan cepat membersikan meja belajarnya dengan tisu.
"Gawat" ucap Ana pelan.
"Apanya yang gawat?" tanya Kana.
"Laki-laki yang ada di depan adalah orang yang aku tabrak mobilnya tadi tepat di pintu masuk kampus" jawab Ana.
Ana pun berusaha menyembunyikan diri di balik punggung teman-temannya yang duduk di depan mereka.
“Kamu yakin dia orangnya?” tanya Kana tak percaya.
“Iya Na, dia orang yang sama” jawab Ana.
“Semoga dia tidak melihat ke arah sini” ucap Ana pelan.
“Selamat pagi semuanya” sapa pria itu lagi.
“Pagi…”
“Perkenalkan nama saya Arsenio, saya dosen baru di kampus ini” ucap Arsenio kemudian menjeda ucapanya.
“Saya rasa kalian semua sudah tahu, mulai hari ini dan seterusnya saya yang akan mengajarkan mata kuliah ini di kelas kalian. Mohon kerjasamanya!” sambungnya.
Clarissa menatap lurus ke arah Arsenio sambil tersenyum.
"Pak, bolehkah saya bertanya?" tanya Clarissa sambil mengangkat tangannya.
"Ya silahkan" jawab Arsenio mempersilakan.
Lagi-lagi Clarissa tersenyum dan berkata.
“Maaf sebelumnya, mungkin pertanyaan saya sedikit sensitif. Tapi saya dan teman-teman sangat ingin tahu. Apa bapak sudah menikah?" tanya Clarisa.
Kana yang mendengarnya pun menampakan muka masam.
"Dasar Clarissa!, ngapai bertanya seperti itu?. Itu kan prifasi orang" ucap Kana tidak suka.
Tanpa ragu Arsenio menjawab.
“Untuk saat ini belum, tidak tahu jika besok” jawabnya tanpa ekspresi.
"Ada pertanyaan lagi?. Kalau sudah tidak ada, saya akan mulai pelajarannya" lanjut Arsenio sambil membuka buku yang di bawahnya dari rumah.
Karena tidak punya pertanyaan lagi. Arsenio mulai menjelaskan materi pembelajaran.
Semua orang tampak fokus mendengarkan penjelasannya, termasuk Kana.
Kana melirik ke arah Ana yang masih dengan posisi yang sama.
“Apa kamu tidak lelah jika terus-terusan seperti itu?” tanya Kana sedikit berbisik.
“Lelah sih, tapi mau bagaimana lagi?. Kalau dia sampai melihatku bisa-bisa aku di keluarkan dari kelas” jawab Ana.
Ana pun mencoba memerbaiki duduknya.
“Udah jangan perdulikan aku, kamu perhatikan saja apa yang di jelaskannya lalu jangan lupa mencatatnya dengan rapi, aku akan meminjamnya nanti” sambung Ana.
“Ana, pak Arsenio melihat ke arah sini loh” ucap Kana sambil menatap lurus ke depan.
“Benarkah?” tanya Ana tak percaya.
“Iya, mana mungkin aku bohong” jawab Kana dengan posisi yang sama.
“Yang memakai baju berwarna biru deretan ke empat boleh berdiri?” pinta Arsenio.
Ana yang mendengarkannya pun menatap baju yang sedang dia kenakan.
“Apa dia sedang berbicara denganku” batin Ana.
Semua orang yang juga ikut mendengarkan ucapan Arsenio pun melihat ke arah yang dimaksud.
“Ana, bapak menyuruhmu berdiri” ucap Kana.
“Habislah aku..”ucap Ana lalu dengan ragu-ragu berdiri dari tempat duduknya sambil tersenyum.
Dengan ekspresi dinginnya Arsenio menatap Ana.
"Apakah kau memperhatikan apa yang saya jelaskan barusan?" tanya Arsenio.
“Iya pak” jawab Ana ragu.
"Apakah kamu yakin?, bukankah dari tadi kau bersembunyi di belakang temanmu?" tanya Arsenio lagi.
“Ah itu Pak…, tapi saya mendengarkan semua yang bapak sampaikan” jelas Ana.
“Baiklah, silahkan duduk!”
“Perhatian untuk semuanya!. Jika saya sedang menjelaskan materi pembelajaran, tolong jangan saling bicara!, apalagi bersembunyi. Semuanya tetap fokus ke depan!.” sambung Arsenio.
"Baik Pak"
Arsenio kembali melanjutkan materi pembelajaran yang sempat tertunda hingga jam pelajaran berakhir.
Satu per satu mahasiswa meninggalkan kelas, berbeda halnya dengan Clarissa. Ditatapnya Arsenio lalu berjalan ke arahnya.
“Pak, bolehkah saya menyalin materi yang bapak jelaskan tadi?. Saya mempunyai materi yang belum sempat saya tulis” ucap Clarisa.
"Tentu saja, beri saya flash disknya" ucap Arsenio.
Clarisa tersenyum sambil memberikan flash disk yang dipegangnya.
“Na, ayo cepet! mumpung bapak masih sibuk" ucap Ana sambil menarik tangan Kana dan berjalan menuju pintu keluar.
"Berhenti di sana!" pinta Arsenio tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.
Clarisa yang mendengarnya menoleh ke belakang. Sementara Ana dan Kana menghentikan langkah mereka dan berbalik.
"Kami Pak?" tanya Ana ragu.
"Apakah ada orang lain selain kalian di sana?" ucapnya.
Arsenio menatap Clarissa lalu mengembalikan flash disknya.
"Ini sudah selesai" ucap Arsenio.
"Terima kasih pak" ucap Clarissa lalu berjalan menuju pintu tak lupa menatap tajam ke arah Ana dan juga Kana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments