PLAAAAKKKK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi porselen Nova. Tubuh perempuan itu membatu. Rasanya seperti mimpi buruk baginya. Mahen yang selalu sabar dan lembut, kini dengan mudahnya menamparnya.
Disisi lain, Mahen yang merasa jengkel mendadak merutuki dirinya sendiri yang telah melakukan kekerasan terhadap Nova. Tapi egonya terlalu tinggi untuk meminta maaf.
"Aku bilang nanti aku akan menjelaskannya, tapi Kau memaksaku berbuat lebih." Mahen meninggalkan Nova yang masih membatu.
Setelah sosok lelaki yang ia cintai hilang di balik pintu, mendadak kaki Nova lemas. Ia menangis sejadi-jadinya.
Sejak hai itu, Mahen dan Nova saling diam. Sudah tak ada lagi panggilan sayang diantara keduanya. Ranjang yang hampir tiap malam terasa hangat dan menyenangkan, kini berubah menjadi ranjang yang dingin. Jika biasanya mereka tidur dengan berpelukan, sekarang menjadi beradu punggung.
"Tidak usah menungguku pulang, hari ini aku akan menginap di Rumah Besar," ucap Mahen.
"Terserah," jawab Nova singkat.
.
.
.
"Vik, nanti aku nebeng ya?" pinta Loli.
"Oke, tapi aku nggak mampir ya? Ada janji," ucap Vika sembari tersenyum penuh arti.
"Cie, janji? Sepertinya aku mencium aroma bunga asmara yang sedang bermekaran," ledek Loli sambil mengembang kempiskan hidungnya.
"Ih, apaan, sih." Vika tersipu malu sembari mencubit pinggang Lolita.
Setelah mengantarkan Loli, Vika langsung pulang. Sepanjang perjalanan Vika selalu tersenyum bahagia. Ia tahu sedang dinanti oleh seseorang. Hal itu tentu saja membuat hati Vika begitu bahagia.
Sesampainya di Rumah Besar, Vika langsung memasukkan motor bebeknya ke garasi. Ketika membuka pintu yang menghubungkan garasi dan dapur, ia melihat Raja sedang memasak mi instan.
"Hmm, wangi!" seru Vika.
"Sudah pulang? Mau kubuatkan sekalian?"
"Boleh, aku mau mi goreng," ucap Vika.
"Siap, Bos! Sana mandi dulu, bau asem!" kata Raja sembari mengibaskan telapak tangannya di depan hidung.
Saat hendak pergi ke kamar, Vika melihat Mahen yang tengah fokus dengan layar televisi. Lelaki itu sedang bermain konsol game. Jantung Vika berdegup begitu kencang. Jedag-jedug layaknya suara bass pada musik DJ.
"Apa hanya aku yang selalu berdebar setiap melihatnya?" batin Vika.
Seusai membersihkan badan, Vika langsung menyusul Raja dan Mahen di ruang tengah. Kedua lelaki yang masih asyik bermain game itu tidak menyadari kehadiran Vika. Tanpa bertanya, Vika langsung menyambar piring berisi mi goreng di atas meja.
"Yeay! Aku memang!" seru Raja.
"Ck, curang Kamu!"
"Curang palamu!" seru Raja.
Vika hanya terkekeh mendengar adu mulut dua lelaki dewasa itu. Karena tidak bisa mengontrol tawanya akhirnya Vika tersedak.
"Uhuk!"
Sontak Mahen dan Raja menoleh. Melihat Vika terbatuk-batuk, Raja menepuk punggung perempuan itu. Sedangkan Mahen berlari ke dapur mengambilkan air putih.
"Gimana? Sudah enakan?" tanya Raja.
"Sudah. Terima kasih, Raja," ucap Vika sambil tersenyum.
Adegan saling lempar senyum antara Vika dan Raja ternyata disaksikan oleh Mahen. Lelaki itu tanpa sadar meremas botol mineral yang ia genggam. Hatinya terasa begitu gundah melihat keakraban istri dan adiknya. Namun, bukan Mahen namanya jika tidak bisa menyembunyikan perasaannya.
"Nih, minum!" Mahen membukakan tutup botol air itu kemudian menyodorkannya kepada Vika.
"Terima kasih, Kak," ucap Vika sambil tersenyum.
Kegiatan bermain game kembali berlanjut. Dalam sepuluh kali permainan, Mahen hanya berhasil menang sekali. Karena muak terus mengalami kekalahan, Mahen membanting joystick yang sedari tadi ia gunakan.
"Gara-gara joystick sialan ini, kalah terus aku!" gerutu Mahen.
"Haduh, Bro. Jangan salahkan alatnya! Memang dari dulu kan skill bermainmu payah!" ejek Raja.
"Vik, tolong bikinin kopi, dong!" pinta Mahen.
Karena tidak mendengar sahutan dari Vika, akhirnya Mahen menoleh.
"Lah, tidur dia!" ucap Mahen.
"Kecapekan dia, ajak ke kamar saja."
Mahen kemudian menggendong tubuh ramping Vika. Setelah sampai kamar, ia direbahkan di atas kasur. Perasaan damai menelusup ke hati Mahen ketika melihat istri keduanya itu tidur. Wajah cantik alaminya begitu mempesona. Seketika Mahen merasa menyesal telah mengabaikannya selama ini.
"Apa yang harus aku lakukan?" lirih Mahen.
Mahen sedang mengalami sebuah dilema yang rumit. Perasaan sayang mulai tumbuh sejak malam panasnya bersama Vika. Tapi disisi lain, satu bulan lagi masa kontrak pernikahannya dengan Vika akan berakhir. Sebuah ide muncul di benak Mahen.
"Apa aku hamili saja dia," batin Mahen dengan senyum jahil.
Saat ingin melancarkan aksi menghamili Vika, mendadak ia berhenti. Kepalanya menggeleng berulang kali.
"Kalau tanpa ijin sama aja aku memperkosa Vika, dong?" pikir Mahen.
Setelah hati dan otaknya lelah berdebat, akhirnya Mahen menyusul Vika tidur.
.
.
.
Vika menggeliat karena merasa sesak napas. Saat matanya terbuka, ia terbelalak. Di depan matanya terpampang dada bidang milik Mahen. Ia mendongak, terlihat wajah damai Mahen dengan dengkuran halusnya. Perlahan tangan jahil Vika menyusuri wajah tampan suaminya itu. Karena ulahnya, akhirnya Mahen kembali terjaga.
"Apa Kau sedang menggodaku?"
"I-itu ... anu ...," ucap Vika tergagap.
Mahen menggulingkan tubuh Vika. Lelaki itu menatap lembut netra istrinya.
"Apa boleh?" tanya Mahen.
Pipi Vika tiba-tiba bersemu merah, ia tahu kemana arah pembicaraan Mahen. Mendapat persetujuan dari Vika, niatnya untuk menghamili istrinya kembali mencuat. Sehingga terjadilah perpaduan kasih mereka yang kedua.
Disisi lain, seorang perempuan tengah menikmati ranjangnya yang dingin. Kantung mata dan suasana hati kacau, akhir-akhir ini menemani harinya. Nova tengah memikirkan cara agar Mahen kembali kepadanya. Namun, otaknya seakan beku. Sebuah telepon dari nomor tak dikenal masuk, Nova mengusap layar ponselnya keatas.
" ... "
"Siapa?"
" ... "
"Bagaimana Kamu bisa tahu?" tanya Nova dengan mata terbelalak.
" ... "
Mendengar ucapan sang penelepon, sebuah senyum licik terbit di bibir Nova. Percakapan itu berlanjut hingga fajar menjelang.
.
.
.
Suatu hari Vika dan Raja tak sengaja bertemu di sebuah kafe. Saat itu Vika sedang ada janji dengan Loli untuk mengerjakan laporan akhir bulan.
"Loh, Vik, lagi ngapain disini?"
Vika yang sedang sibuk membalas pesan dari Lolita mendongak.
"Eh, aku sedang menunggu Loli," jawab Vika sambil tersenyum.
"Boleh duduk disini?" tanya Raja.
"Tentu saja."
Mereka berdua berbincang sambil sesekali tertawa lepas. Keceriaan mereka berdua terhenti ketika Mahen tiba-tiba datang.
"Kak Mahen!" seru Vika. Ia terkejut karena kedatangan suaminya yang mendadak.
Tanpa disangka sebuah tinju mendarat di pipi Raja. Sampai-sampai adiknya itu tersungkur ke lantai. Vika langsung menahan lengan Mahen agar tidak berbuat lebih.
"Kak, Kamu kenapa?" tanya Vika seraya terus menahan lengan suaminya.
"Aku mau memberinya pelajaran!" seru Mahen.
Raja mulai bangkit dan menatap tajam ke arah Mahen. Ia mengusap pelan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Maksud Kak Mahen pelajaran apa?" tanya Raja dengan nada dingin.
"Sudahlah! Aku tahu maksudmu menemui Vika di luar rumah! Pantas saja akhir-akhir ini sering datang ke Rumah Besar!" teriak Mahen.
"Sepertinya Kakak salah paham," kata Raja.
"Kak, tenanglah. Kita bicarakan baik-baik. Sebenarnya, kami tak sengaja bertemu," jelas Vika panik.
Seakan tak mendengar ucapan Vika, Mahen mengibaskan lengannya. Hal itu membuat tubuh Vika terlempar hingga menabrak kursi dibelakangnya.
"Awww!" pekik Vika.
"Vika!" Raja berteriak dan segera berlari menghampiri perempuan yang ia cintai dalam diam itu.
Sedangkan Mahen hanya mematung. Ia baru menyadari bahwa telah menyakiti Vika. Dari tempat ia berdiri sekarang, Mahen hanya bisa memandang Raja yang tengah membantu Vika berdiri.
"Vik, bisa jalan?" tanya Raja.
"Bisa, Raja." Vika berusaha berdiri dibantu Raja.
Mata Vika sedikit mengembun, ia menatap Mahen penuh kesedihan. Vika tak menyangka Mahen bertindak seceroboh itu. Bahkan tidak mau mendengarkan penjelasan darinya.
Raja memapah Vika berjalan keluar kafe. Ia berencana membawa perempuan itu pulang ke Rumah Besar.
"Berhenti!"
.
.
.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
mahen kapok. rasa lain kan yg msh virgin sm yg udh bolong di cuek ngatain,
2022-04-24
1
auliasiamatir
mahen munafik, awalnya aja, sok setia, di kasih sekali Ama Vika, nagih.. weeekkkk
2021-12-20
0