Ketahuan

"Boleh sekali, Vik. Manager area brand kita bahkan mendesakku untuk memintamu kembali bekerja!" Suara nyaring Lolita di ujung telepon menyapa pendengaran Vika.

"Syukurlah, jika aku masih diterima oleh perusahaan."

"Haha, tentu saja diterima. Jaman sekarang mana mau lulusan Cumlaude sepertimu bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl)," gurau Lolita.

"Oke, besok aku akan langsung bekerja. Siapa besok yang masuk pagi?"

"Fany. Besok aku libur."

"Uh, idolaku!" seru Vika.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya Vika menutup teleponnya. Dari ekor matanya, ia bisa melihat Nova sedang melemparkan tatapan sinis penuh permusuhan.

"Pekerjaan rendahan aja dikerjain!"

"Apa maksudmu?"

"Yaaa ... SPG! Rendahan!"

"Tenaga penjual Kamu sebut rendahan? Di dunia ini tidak ada yang namanya pekerjaan rendahan, Kak. Yang ada adalah pola pikir Kakak yang terlalu sederhana dan rendahan!" ujar Vika.

Mendengar ucapan Vika, membuat Nova naik pitam. Ia mulai mendekati Vika dan menatapnya tajam. Tangan Nova menggantung di udara bersiap mendarat mulus di pipi Vika. Untung saja Mahen datang di waktu yang tepat.

"Nova!" teriak Mahen.

Mahen melangkah lebar menghampiri kedua istrinya itu. Ia menggenggam pergelangan tangan Nova, lalu menautkan jemarinya dengan jari Nova.

"Sudahlah, jangan mempersulit dirimu sendiri. Jangan melakukan hal sia-sia seperti itu. Acuhkan saja dia, biarkan ia bertindak sesuai keinginannya asal tidak menyinggung kita berdua." Mahen meredam emosi Nova, perempuan itupun patuh tanpa perlawanan.

.

.

.

Pagi itu Vika dikejutkan dengan keberadaan sebuah motor bebek yang terparkir di depan rumah. Dilihat dari sisi manapun, motor itu sangatlah mirip dengan motornya yang hilang beberapa bulan lalu.

Untuk memastikan bahwa itu motornya, Vika membuka jok motor. Ternyata memang itu adalah motor Vika, di bagasi terdapat tempelan stiker kuda poni dengan glitter.

"Hihi, kamu apakabar bebek! Mama merindukanmu!" ucap Vika sambil mengelus body motornya layaknya mengelus anak kecil.

"Ehm!" Mahen berdehem melihat tingkah konyol istri keduanya.

Sebuah senyum menghiasi bibir Vika. Ia mencoba mendekati Mahen untuk menanyakan perihal si bebek.

"Kak Mahen, terima kasih motornya," ucap Vika sambil senyam-senyum tak jelas.

"Kebetulan saja ada yang menawarkan motor bekas, jadi kubeli," jelas Mahen.

"Apa ... Kak Mahen tau kalau motor ini adalah motorku yang hilang?" tanya Vika memastikan dugaannya benar.

"Mana aku tahu? Aku membelikan motor karena tidak mau nantinya kau merengek minta antar kesana kemari!" kilah Mahen.

"O .... " Vika ber-O ria sambil manggut-manggut.

"Yang jelas terima kasih yaa, Kak. Entah kebetulan atau tidak yang jelas aku sangat berterima kasih." Vika mengucapkan terima kasih sembari tersenyum ke arah Mahen.

Dalam sepersekian detik, sebuah kejutan ringan hinggap di hati Mahen. Lelaki itu sempat terpesona dengan senyum lembut istri keduanya itu. Tapi semua itu ia tepiskan. Mahen tidak mau membagi cintanya untuk orang selain Nova.

.

.

.

Keseharian Vika sekarang lebih berwarna, tidak monoton seperti yang sudah-sudah. Setiap hari ia bisa bercanda bersama Fany dan Loli.

Vika benar-benar menjaga kewarasan mentalnya sesuai isi perjanjian. Uang bulanan mengalir deras di rekeningnya. Saldo di ATM-nya bahkan kini menyentuh delapan digit. Tapi saldo disana sama sekali tidak berkurang.

Vika lebih memilih menggunakan uang jerih payahnya sendiri. Toh, Fany dan Loli adalah tipe sahabat yang sangat sederhana. Mereka hanya mengajak nongkrong di warung pecel lele, atau membeli martabak lalu dimakan di kamar kos Fany atau Loli.

Tapi sesekali mereka akan menonton film di bioskop. Atau nongkrong di kafe untuk numpang Wi-Fi. Persahabatan ketiganya memang sesederhana itu.

***

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Perjanjian pernikahan sudah berjalan selama tiga bulan. Vika sudah mulai asyik dengan dunianya sendiri ketika berada di luar rumah. Tapi kebahagiaan di luar sana hanya bertahan sampai depan gerbang rumah Mahen.

Sesampainya di rumah, ia akan kembali menjadi Vika yang menyedihkan dan kesepian. Nova masih sering mengganggunya saat Mahen tidak di rumah. Memberi Vika setumpuk pekerjaan, dan mempersulit semuanya. Akibatnya, Vika sering terlambat saat bekerja.

Sore itu Vika berencana nongkrong di kafe bersama Fany. Ia sudah bersiap dengan dress selutut bermotif bunga. Rambutnya sedikit ikal dikucir kuda lalu dihiasi dengan pita berwarna merah.

Saat melangkah keluar kamar, Vika berpapasan dengan Mahen yang sedang membuat mi instan di dapur. Tadinya ia tidak ingin memperdulikannya. Tapi, ia tidak bisa karena Mahen sering sekali mengkonsumsi mi instan. Ia mendekati Mahen yang mulai mengaduk mi dengan bumbunya.

"Jangan sering-sering makan itu, kalau Kakak nggak mau penyakitan di usia tua," ucap Vika.

Gerakan aduk mengaduk yang Mahen lakukan berhenti. Lelaki tampan itu menatap sinis ke arah Vika.

"Terserah, sih. Lagipula nanti waktu Kak Mahen tua bukan aku yang urus!" ucap Vika sambil melenggang keluar dapur.

***

Setelah membelah jalanan ibukota selama lima belas menit, akhirnya Vika sampai di sebuah kafe. Ia memesan smoothies mangga dengan wipe cream melimpah diatasnya. Mata Vika terpaku pada ponsel pintarnya.

"Dor!" Fany menepuk pundak Vika bermaksud mengejutkan sahabatnya itu.

"Gagal!" ejek Vika.

"Benar kata Loli, di belakang kepalamu ada matanya!" ujar Fany.

"Sini duduk," ucap Vika sambil menepuk sofa kosong di sampingnya.

"Kata Bu Angel, pekan ini ada penambahan SPG baru," ucap Fany sambil mengunyah cheese cake.

"Syukurlah," ucap Vika.

"Mbahmu! Kita jadi nggak punya lemburan!" gerutu Fany.

Vika hanya nyengir menanggapi keluhan Fany. Ia bisa mengerti karena Fany harus membiayai sekolah adiknya. Lemburan merupakan hal yang paling dinantinya.

"Oya, aku mendengar rumor bahwa Pak Mahen menikah lagi!" ucap Fany.

"Uhuk!" Mendengar ucapan Fany, Vika yang tengah asyik menikmati minuman pun tersedak.

"Kenapa sih, Vik?" tanya Fany sambil menepuk punggung Vika.

Vika menenggak air mineral yang dibawa Fany hingga tandas tak tersisa. Gadis itu mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Ka-kamu tahu darimana, Fan?"

"Oh, itu ... rumor sih, dari selentingan orang manajemen gedung."

"Jadi nggak ada yang melihat atau mengetahuinya secara pasti kan?" tanya Vika.

"Sepertinya tidak. Tunggu!" Mata Fany terbelalak menemukan kejanggalan.

"Ke-kenapa?"

"Kenapa Kamu peduli tentang pernikahan kedua pak Mahen?" tanya Fany curiga.

"Ha! Nggak lah! Aku cuma kaget aja," kata Vika sambil mengalihkan pandangan ke gelas berisi smoothies yang tinggal separuh.

"Jangan-jangan Kamu naksir pak Mahen?" goda Fany sambil melemparkan senyum jahil.

"Nggaklah! Amit-amit!" ucap Vika sambil memukul kepala dan meja di depannya berulang kali.

"Husssttt! Jangan amit-amit, nanti beneran cinta, loh!" ucap Fany diikuti gelak tawa.

.

.

.

Sepulang dari kafe, Vika memiliki mood yang begitu baik. Ia memasuki rumah Mahen sambil bersenandung. Gadis itu masuk ke kamar sempitnya lalu merebahkan diri ke atas kasur.

Mendadak Nova membuka pintu kamar tanpa permisi. Seketika good mood Vika menguap entah kemana.

"Apa?" tanya Vika tanpa menatap Nova.

Nova melemparkan sepotong gaun berbahan brukat ke arah Vika. Matanya melotot, tangannya menyilang di depan dada, lalu mulai berbicara dengan nada penuh kemarahan.

"Kalau kerja itu yang bener! Lihat gaun itu!"

Vika duduk, kemudian meraih gaun brukat berwarna marun itu. Ada lubang agak besar di bagian dadanya. Sepertinya bekas disetrika dengan suhu panas.

"Bukan aku yang mencuci gaun ini," ucap Vika membela diri.

"Lalu siapa? Hantu?"

"Binatu mungkin? Vika ingat betul tidak pernah mencuci gaun ini," ucap Vika sembari menyerahkan gaun itu kepada Nova.

"Alasan! Jangan berkilah! Aku mau sekarang juga kamu cari gantinya!" Nova menarik kasar lengan Vika.

"Kak! Jam segini mana ada toko yang masih buka!"

"Aku tidak peduli! Dapatkan gantinya, dan jangan kembali sebelum mendapatkannya!"

Mendapat perlakuan kasar dan tuduhan tak berdasar, tentu saja Vika memberontak. Berulang kali ia mencoba melepaskan cengkraman tangan Nova. Tapi setiap bisa lepas, dengan cepat Nova meraih kembali tangannya.

Kegiatan tarik menarik itu berlangsung hingga ruang tamu. Nova mendorong tubuh Vika hingga tersungkur di lantai. Tanpa diduga, ternyata Bu Winda sudah berdiri di ruang tamu sambil berkacak pinggang.

"Ada apa ini?" tanya Bu Winda kaku.

"Ma-mama kapan datang? Kok, nggak bilang kalau mau ke rumah?" tanya Nova gugup.

"Suka-suka aku dong, mau kesini kapan? Toh, ini rumah anakku!"

Vika berdiri dibantu oleh Bu Winda. Kepalanya terus menunduk, bukan karena takut. Ia menunduk karena malu ibu mertuanya menyaksikan kondisinya yang menyedihkan.

"Vika, ada apa?"

"I-itu, sebenarnya salah paham, Ma .... "

"Salah paham macam apa?"

"Kak Nova mengira aku merusakkan gaun pestanya."

Kini pandangan Bu Winda beralih kepada Nova. Perlahan ia melangkah mendekati Nova.

"Jangan bertindak semaumu, apa Kau lupa darimana Kau berasal?" ucap bu Winda.

Mendengar ucapan Bu Winda, Nova terbelalak. Tubuhnya bergetar hebat dan pupil matanya melebar. Kenangan buruk masa lalu kembali mencuat dari memori otaknya. Bu Winda mendekati Nova, kemudian berbisik.

"Apa perlu aku ingatkan lagi?"

Nova hanya mematung, ucapan Bu Winda seperti mantra. Setelah itu, Bu Winda meraih tangan Vika lalu menggandengnya.

"Vika, mulai hari ini kamu tinggal bersama mama dan papa. Biar Mahen yang datang ke rumah. Pantas saja kamu tak kunjung hamil, pasti disini Kamu merasa tertekan!" ujar bu Winda.

Vika diam tak menjawab. Bu Winda mengajaknya pergi begitu saja. Setelah mereka berdua keluar rumah, tubuh Nova merosot. Ia menangis sesegukan. Ia tidak mau kembali ke kehidupan lamanya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah tetap bertahan dalam rumah tangganya apapun yang terjadi.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

kcng lupa kulitnya 😂🤣😘💗👍

2023-04-06

1

Saras Wati

Saras Wati

Nova ternyata juga bukan dari keluarga kaya...makanya belagu begitu jadi orang kaya

2022-11-04

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

makanya jgn sombong Nova dr tempat kumuh aja belagu.

2022-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 Kemalangan yang Bertubi
2 Kemalangan Yang Bertubi Bagian 2
3 Lunas
4 Mataku!
5 Pulang Ke Rumah
6 Dies Natalis
7 Ijin Untuk Berpacaran
8 Ketahuan
9 Mahen Sakit
10 Pencuri
11 Perjodohan
12 Retaknya Sebuah Persahabatan
13 Ternyata Dia ...
14 Kejutan di Hari Ulang Tahun
15 Cemburu
16 Bukan Begini Perjanjiannya!
17 Kisah Keluarga Dirgantara
18 Calon Mahen Junior
19 Ibu, Vika Pulang
20 Rindu
21 Salam Perpisahan
22 Welcome To Bandung
23 Lahirnya Si Bayi Tampan
24 Perjuangan Vika Untuk Vincent
25 Berita Buruk
26 Mogok Kerja
27 Pembatalan Sepihak
28 Biang Kerok
29 Kembali Ke Rumah Mahen
30 Tes DNA
31 Dia Anakku!
32 Sebuah Kecelakaan
33 Maura
34 Chen
35 Kecelakaan Lain
36 Menemui Chen Diam-diam
37 Papa
38 Bertemu Kembali
39 Dia adalah Papamu ...
40 Petisi Nova
41 Meriang (Merindukan Kasih Sayang)
42 Bertemu Papa
43 Mari Berkemah
44 Mari Berkemah 2
45 Khilaf
46 Gara-gara Miki
47 Kembali Jatuh Cinta
48 Adik Vincent
49 Setengah Mati
50 Ranjang yang Kembali Dingin
51 Terulang Lagi
52 Kembali Ke Persembunyian
53 Ingin Papa Baru
54 Ingin Tidur Bersama
55 Ingin Pulang
56 Vonis Dokter
57 Donor Untuk Vincent
58 Kasus Lama
59 Terima Kasih, Ma ...
60 Karma Buruk
61 Ayah Maura adalah ...
62 Secuil Kisah Nova
63 Ayahku Bukan Seorang Pembunuh!
64 Keponakan Baru
65 Mendadak Kencan
66 Lelaki Misterius
67 Sebuah Lamaran
68 Talak
69 Pacaran Setelah Menikah
70 Akhir yang Bahagia
71 Karya Baru: Luna and The Dire Wolf
72 Pemandu Hati Pengganti
73 Kepingan Hati di Langit Qatar
74 Rahasia Kehamilan Violetta
75 Novel Baru: Revenge of The Ugly Lily
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Kemalangan yang Bertubi
2
Kemalangan Yang Bertubi Bagian 2
3
Lunas
4
Mataku!
5
Pulang Ke Rumah
6
Dies Natalis
7
Ijin Untuk Berpacaran
8
Ketahuan
9
Mahen Sakit
10
Pencuri
11
Perjodohan
12
Retaknya Sebuah Persahabatan
13
Ternyata Dia ...
14
Kejutan di Hari Ulang Tahun
15
Cemburu
16
Bukan Begini Perjanjiannya!
17
Kisah Keluarga Dirgantara
18
Calon Mahen Junior
19
Ibu, Vika Pulang
20
Rindu
21
Salam Perpisahan
22
Welcome To Bandung
23
Lahirnya Si Bayi Tampan
24
Perjuangan Vika Untuk Vincent
25
Berita Buruk
26
Mogok Kerja
27
Pembatalan Sepihak
28
Biang Kerok
29
Kembali Ke Rumah Mahen
30
Tes DNA
31
Dia Anakku!
32
Sebuah Kecelakaan
33
Maura
34
Chen
35
Kecelakaan Lain
36
Menemui Chen Diam-diam
37
Papa
38
Bertemu Kembali
39
Dia adalah Papamu ...
40
Petisi Nova
41
Meriang (Merindukan Kasih Sayang)
42
Bertemu Papa
43
Mari Berkemah
44
Mari Berkemah 2
45
Khilaf
46
Gara-gara Miki
47
Kembali Jatuh Cinta
48
Adik Vincent
49
Setengah Mati
50
Ranjang yang Kembali Dingin
51
Terulang Lagi
52
Kembali Ke Persembunyian
53
Ingin Papa Baru
54
Ingin Tidur Bersama
55
Ingin Pulang
56
Vonis Dokter
57
Donor Untuk Vincent
58
Kasus Lama
59
Terima Kasih, Ma ...
60
Karma Buruk
61
Ayah Maura adalah ...
62
Secuil Kisah Nova
63
Ayahku Bukan Seorang Pembunuh!
64
Keponakan Baru
65
Mendadak Kencan
66
Lelaki Misterius
67
Sebuah Lamaran
68
Talak
69
Pacaran Setelah Menikah
70
Akhir yang Bahagia
71
Karya Baru: Luna and The Dire Wolf
72
Pemandu Hati Pengganti
73
Kepingan Hati di Langit Qatar
74
Rahasia Kehamilan Violetta
75
Novel Baru: Revenge of The Ugly Lily

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!