Vika menggenggam tangan sahabatnya. Berharap ego Fany melunak setelah menunjukkan ketulusannya.
"Percayalah padaku untuk terakhir kalinya!" pinta Vika.
"Nggak! Siapapun akan tahu jika kalian memiliki perasaan yang sama, ketika melihat kalian bersama!"
Akhirnya Vika menggunakan kartu terakhirnya. Ia menghela napas lalu tertunduk.
"Kau salah Fany! Sebenarnya aku ... sudah menikah!" seru Vika.
"Apa? Vik, Kamu pikir pernikahan itu lelucon?" ucap Fany sambil tersenyum sinis. Ia belum mempercayai ucapan Vika.
"Aku serius. Aku sudah menikah! Bagaimana lagi cara yang harus aku lakukan agar kamu percaya, Fan!" teriak Vika frustasi. Gadis itu langsung jongkok sambil menutup wajah cantiknya dengan kedua telapak tangan. Isakan mulai keluar dari bibirnya.
Melihat tingkah Vika, akhirnya Fany luluh. Diraihnya pundak sahabatnya itu.
"Maaf. Aku menyalahkanmu karena sudah ditolak oleh Kak Raja," sesal Fany.
"A-aku benar-benar tulus membantumu, Fan. A-aku tidak ada maksud untuk mempermainkanmu," ucap Vika di tengah isakannya.
Tanpa sepengetahuan mereka, sepasang telinga telah mendengar percakapan keduanya. Raja yang tadinya ingin menyapa Vika saat berlari keluar toko, malah mengetahui fakta yang membuat hatinya kacau.
"Menikah?" ucap Raja lesu.
Ya, sebenarnya yang Raja sukai bukan Fany, melainkan Vika. Ia kalah sebelum berperang. Namun, rasa penasaran menggebu-gebu dalam hati Raja. Ia harus tahu siapa suami dari wanita pujaannya itu.
.
.
.
Akhirnya Fany dan Vika kembali baikan. Vika meminta agar Fany menjaga rahasia mengenai status pernikahannya. Fany mendesak sahabatnya itu untuk mengetahui siapa suaminya.
"Vik, sebenarnya siapa suamimu?" desak Fany.
"Fan, jujur aku tidak bisa mengungkapkannya. Karena aku tidak yakin pernikahanku akan bertahan lama. Aku terpaksa menikah karena suatu hal," ucap Vika lesu.
"Hah ... baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi untuk bercerita lebih banyak. Sekali lagi aku minta maaf karena sikap kekanakanku membuatmu tidak nyaman."
Vika hanya mengangguk sambil mengulaskan senyum manisnya.
Beberapa hari kemudian, saat Vika pulang kerja. Raja mengikuti Vika secara diam-diam. Jalanan yang dilewati gadis itu sangat familiar bagi Raja. Alangkah terkejutnya Raja ketika mengetahui Vika pulang ke Rumah Besar.
"Malam, Pa, Ma," sapa Vika kepada kedua mertuanya.
"Sudah makan?" tanya pak Theo.
"Sudah kok, Pa. Sebelum pulang, Vika makan bareng teman kerja."
"Hari ini Mahen nggak pulang ke rumah?" tanya Bu Winda.
"Nggak, Ma. Kak Mahen pulang ke rumahnya sampai akhir pekan," jawab Vika sambil tersenyum tipis.
"Vik, kamu sepertinya terlalu sibuk bekerja sampai Mahen lebih sering pulang ke rumahnya," ucap Bu Winda.
"Ma, sudahlah. Jangan terlalu mencampuri kehidupan rumah tangga Mahen. Harusnya Mama lebih tahu bagaimana sifat Mahen. Semakin ia dikekang, anakmu itu akan semakin memberontak!" seru pak Theo.
Mendengar perdebatan kedua mertuanya, Vika memilih bungkam. Namun, ia juga tidak berani beranjak dari sana. Rasanya tidak sopan jika tiba-tiba pergi begitu saja. Setelah adu mulut ringan mertuanya berhenti, barulah Vika pamit.
"Pa, Ma, Vika ke kamar dulu ya?"
"Iya. Istirahat sana, Kamu terlihat begitu lelah," ucap pak Theo.
"Iya, Pa."
"Tunggu, besok bisa ambil libur?" tanya bu Winda.
"Bisa, kenapa, Ma?"
"Besok, Mama buatkan janji dengan dokter kandungan. Kamu dan Mahen sepertinya harus segera memeriksakan diri," kata bu Winda.
"Baik, Ma."
Sebagai menantu yang baik, Vika hanya mengikuti semua alur yang sudah diciptakan mama mertuanya itu. Dia hanyalah tokoh pendukung yang sebentar lagi hengkang dari drama keluarga Dirgantara. Vika tidak mau ambil pusing masalah anak, semenjak menandatangani kontrak pernikahan dengan Mahen.
Keesokan harinya, saat Vika dan Mahen benar-benar berangkat ke dokter kandungan ditemani Bu Winda, serangkaian tes dilakukan untuk mengetahui kondisi rahim Vika dan kualitas benih Mahen dalam kondisi baik.
"Sebenarnya di usia pernikahan Kalian masih wajar belum ada tanda kehamilan. Tetapi memang tidak salahnya merencanakan kehamilan sedini mungkin. Asalkan Kalian sudah siap secara mental dan materi, it's okay!" Seorang dokter bernama Hans menjelaskan.
"Iya, Dok. Saya mengerti, sebenarnya kami juga belum terburu-buru. Masih ingin menikmati masa-masa berduaan. Tapi beda halnya dengan orang tua kami," ucap Mahen dengan ekspresi yang teramat serius.
Melihat ekspresi Mahen membuat Vika sedikit tersenyum geli. Tanpa sadar ia terkekeh kecil yang membuat kedua lelaki di ruangan itu menatapnya.
"Hehe, maaf. Silahkan lanjutkan, Dok," ucap Vika sambil berusaha menahan tawanya.
"Jadi sesuai hasil pemeriksaan, kondisi kalian secara fisik baik-baik saja. Seharusnya akan lebih mudah dalam mendapatkan keturunan," jelas dokter Hans.
Setelah melakukan konsultasi selama setengah jam, akhirnya mereka berpamitan.
"Baiklah, saya rasa cukup untuk hari ini. Jangan lupa untuk menghindari stres, makan makanan bergizi, dan jangan merokok," kata dokter Hans.
"Terima kasih, Dok," ucap Mahen dan Vika bersamaan.
"Haduh, bagaimana bisa hamil kalau tidak berhubungan intim?" ucap dokter Hans sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Begitu Mahen dan Vika keluar dari ruang konsultasi, Bu Winda langsung menyerang mereka berdua dengan deretan pertanyaan layaknya wartawan. Adegan interogasi ala penyidik berlangsung sepanjang perjalanan.
Setibanya di rumah, mereka dikejutkan oleh kedatangan seorang tamu. Seorang lelaki tampan dengan postur tinggi dan badan tegap seperti Mahen sudah duduk manis sambil bergurau dengan pak Theo.
"Raja!" seru Vika, Mahen, dan Bu Winda bersamaan.
Lelaki itu menoleh ke arah pintu, kemudian berdiri. Mahen melangkah lebar menghampiri Raja. Sesampainya di depan Raja, Mahen memberikan sebuah pelukan kepada Raja.
"Kapan kembali?"
"Sebenarnya sudah lama, tapi memang aku sedang sibuk merintis bisnis. Jadi baru bisa mengunjungi kalian sekarang," ucap Raja.
Vika hanya terbengong melihat adegan di depan matanya itu. Ia terhenyak ketika Pak Theo memanggil namanya.
"Vika!" seru Pak Theo.
"I-iya, Pa." Vika berjalan menghampiri Pak Theo.
"Kenalkan, dia Rajawali. Adik Mahen yang kuliah di Amerika," ucap Pak Theo.
"Ah, iya, Pa. Tapi sebenarnya kami sudah mengenal sebelumnya," ucap Vika polos.
"Ha? Kok, bisa?" tanya Pak Theo.
"Dia pelanggan di tempat saya bekerja, Pa."
"Hahaha, kebetulan sekali! Ternyata dunia ini tak selebar daun cabe!" ucap pak Theo.
"Daun kelor, Pa!" Mahen dan Raja mengoreksi ucapan ayahnya bersamaan.
Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama, penuh canda tawa. Hanya Vika dan Bu Winda yang sedikit bicara.
.
.
.
Malam itu Vika tidak bisa tidur karena merindukan ibunya. Ia memutuskan untuk duduk di taman belakang sambil menikmati segelas cokelat hangat. Ketika sedang asyik menghitung bintang, tiba-tiba Raja berdehem.
"Kak Raja? Belum tidur?" tanya Vika.
"Belum, aku tidak terbiasa tidur di tempat asing. Akan butuh beberapa hari untuk beradaptasi."
"Ternyata Kak Raja, adik Kak Mahen. Benar-benar diluar dugaan," ucap Vika.
"Banyak sekali hal di dunia ini yang tak terduga." Raja menatap langit yang dipenuhi gemerlap bintang.
"Iya, Kak Raja benar."
Tanpa sengaja, Mahen melihat mereka dari jendela kamar. Sebuah perasaan tidak suka mencuat dari dalam hatinya. Mahen mengetikkan deretan huruf di ponselnya, lalu mengirimkannya kepada Vika.
Tak lama kemudian, Vika membaca pesan itu.
"Kak, Vika masuk dulu, ya? Besok Vika masuk shift pagi," pamit Vika.
"Ya, tidurlah," ucap Raja.
Akhirnya Vika masuk ke dalam rumah terlebih dulu. Setelah masuk kamar, Mahen menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Apa?" tanya Mahen dengan nada ketus.
"Tidak ada apa-apa. Kok, Kak Mahen belum tidur?" tanya Vika.
"Bukan urusanmu!"
"O ... baiklah, aku mau tidur dulu. Selamat malam, Kak." Vika langsung menuju sofa di pojok ruangan.
"Hm," ucap Mahen singkat.
.
.
.
Bersambung...
***
Haiii, daku hadir menyapa kelen. Pasti diantara kalian ada yang bertanya-tanya, kok bisa dokter Hans mengetahui bahwa Vika tidak berhubungan badan dengan Mahen?
Jadi...
FYI, saat melakukan pemeriksaan sebelum program hamil dokter akan memeriksa lingkar panggul dengan metode vaginal touche (bisa tanya ke Mbah google yaa apa artinya). Jadi, dokter Hans langsung mengetahuinya karena selaput dara Vika masih utuh.
Terima Kasih sudah setiaaa membersamai Second Wife sampai detik ini ...
Aku mencintai kalian banyak sekali ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
dokter chet magen biar tau dianya
2022-04-24
0
Lanang sejati
yaaah
2021-12-19
1