Tawa Loli yang pecah menarik perhatian beberapa pelanggan. Berulang kali Vika memberinya kode untuk diam dengan jari telunjuk. Mulut Loli mendadak bungkam begitu mendengar suara pemilik store menyapa telinganya.
"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Mahen.
"Mati aku!" batin Vika.
"I-itu, Pak. Saya ..., "
"Loli sedang menertawakan kebodohan saya, Pak." Vika memotong pembicaraan Loli.
"Sebodoh itukah Kamu? Sampai temanmu yang tidak pintar ini menertawakanmu?" ucap Mahen dengan senyum sinis.
"Pak!" seru Vika.
Kekesalan Vika mulai memuncak, tanpa sadar Vika melayangkan sebuah tamparan ke pipi Mahen. Ditatapnya lelaki itu dengan mata yang membara.
"Apa Bapak biasa berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain? Bodoh atau tidak pintar bagaimana yang Pak Mahen maksud? Bukankah lebih bodoh orang yang suka mempermainkan perasaan orang lain?" ucap Vika dengan bibir sedikit gemetar karena menahan amarah.
"Apa perlu saya ingatkan bagaimana cara kerja bumerang? Dia akan kembali kepada orang yang melemparnya!" seru Vika.
Melihat luapan amarah Vika, Mahen hanya bungkam. Ia mengelus pipinya yang panas karena tamparan Vika. Kemudian ia tersenyum miring.
"Lebih bodoh lagi orang yang bertindak tanpa memikirkannya dahulu. Ikut aku ke kantor manajer!" seru Mahen.
Sedetik kemudian, Vika tersadar. Gadis itu baru sadar jika sudah melakukan kesalahan besar. Akhirnya Vika melangkah lesu menuju kantor manajer.
Tangan Vika gemetar ketika memegang tuas pintu didepannya. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Permisi, Pak." Vika mulai melangkah masuk. Sosok Mahen yang begitu dingin menyapa penglihatan Vika.
"Jadi apa sudah menyadari kesalahanmu?" Mata Mahen seakan menusuk jantung Vika.
"Maaf, Pak. Saya sudah menampar Bapak di depan umum." Vika menunduk menyesali perbuatan kasarnya.
"Bukan, bukan itu. Aku tidak mempermasalahkan tamparanmu yang tak seberapa itu," ucap Mahen.
Vika yang tadinya menunduk, kini kepalanya tegak menatap bingung ke arah wajah Mahen.
"La-lalu apa kesalahan saya, Pak?"
Mahen beranjak dari kursinya dan mendekati Vika. Setiap selangkah ia maju, Vika mundur selangkah. Begitu terus sampai tubuh Vika menabrak tembok dibelakangnya. Wajah Mahen mendekat, terus mendekat, dan semakin dekat. Kemudian ia berbisik.
"Mempermainkan perasaan seperti apa yang Kamu maksud?"
Suara lirih Mahen membuat bulu kuduk Vika meremang. Tanpa sadar Vika menahan nafasnya.
"Jadi, apa Kau mulai memiliki perasaan kepadaku?" tanya Mahen sambil menatap tajam Vika dan mengukir senyum miring.
"I-itu .... "
Ceklek...
Tanpa disangka pintu terbuka, sontak Vika dan Mahen melihat ke arah pintu. Disana Bu Sofia sudah mematung karena terkejut.
"Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak tahu kalau ..., " ucap Bu Sofia gugup.
Dengan santai Mahen mundur tanpa merasa malu sedikitpun. Beda halnya dengan Vika yang langsung lemas, tubuhnya merosot.
"Ini tidak seperti yang Bu Sofia lihat," ucap Mahen dengan suara yang tenang lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Vika yang malu setengah mati, membungkuk kepada Bu Sofia lalu setengah berlari untuk keluar dari ruangan itu.
.
.
.
Keesokan harinya Fany yang sedang bekerja dikejutkan oleh kedatangan seorang pelanggan yang tampan. Gadis manis itu begitu terpesona. Jantungnya berdetak lebih kencang melihat ketampanannya.
"A-ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Ah, saya mencari sepatu kasual,"
"Sebelah sini, Pak. Silahkan," ucap Fany sambil menunjukkan koleksi brand-nya.
Sementara lelaki itu memilih sepatu, mata Fany tak lepas dari wajah tampannya.
"Fan," sapa Vika. Melihat sahabatnya itu tak menanggapi, Vika menepuk pantat Fany.
"Sialan! Kurang ajar!" seru Fany.
Melihat kekesalan Fany, Vika nyengir kuda.
"Asem! Bikin kaget saja Kamu! Kupikir om-om mesum kemarin lusa datang lagi!" gerutu Fany.
"O ... tapi sepertinya kalau yang nepuk pantatmu mas-mas macem dia, Kamu ga keberatan ya?" goda Vika sambil menunjuk lelaki yang sedari tadi diperhatikan Fany.
Menyadari kedatangan Vika, lelaki itu menoleh lalu tersenyum. Vika mengangguk sopan dan membalas senyuman lelaki itu. Kemudian si lelaki tampan berjalan ke arah Fany dan Vika.
"Cari apa Tuan Penguntit?"
"Hehe, astaga, Kamu masih memanggilku demikian? Aku Raja," ucap lelaki itu sembari mengulurkan tangan.
"Ah, saya Vika," ucap gadis itu membalas uluran tangan Raja.
"Saya Fany."
"Bagaimana, Pak? Sudah ketemu dengan sepatu yang cocok?" tanya Fany.
"Iya, sepatu ini ukuran 42. Untuk partner kerjaku." Raja menunjukkan sepasang sepatu kasual dengan tali berbahan canvas.
"Biar aku yang ambilkan!" seru Vika.
Gadis itu sengaja berlama-lama mencarikan sepatu untuk Raja. Ia tahu betul bahwa Fany sangat tertarik dengan Raja. Sikap Fany yang ketus kepada laki-laki berubah 180 derajat saat berbicara dengan Raja.
Sepatu dengan ukuran yang diminta Raja sudah di tangan Vika. Tapi ia enggan untuk segera mendekat. Dipandanginya dari kejauhan, Fany terlihat sangat bahagia ketika berbicara dengan Raja. Terkadang mereka tertawa bersamaan.
"Heh, kamu ngapain, Vik?" tanya Loli.
"Ssstttt ... aku sedang mencium aroma bunga asmara yang sedang mekar," ucap Vika sembari mengendus seakan mencium sesuatu yang sangat harum.
Sontak Loli menoleh ke arah Fany dan Raja. Seketika ia mengerti apa yang dimaksud oleh Vika.
"Wah, aku baru menyadarinya. Mereka berdua terlihat sangat serasi!" seru Loli.
Vika hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapi komentar Loli.
"Kita jodohin aja mereka!" seru Loli.
"Setuju!"
Akhirnya rencana perjodohan mereka dimulai. Setiap Raja datang untuk membeli sepatu, Fany lah yang diminta untuk melayani. Vika bahkan meminta nomor ponsel Raja untuk diberikan kepada Fany.
.
.
.
"Mahen, Vika, bisa bicara sebentar setelah makan malam?" tanya Bu Winda.
"Ada apa, Ma?" Mahen balik bertanya.
"Nanti saja, makan dulu."
Begitu makan malam selesai Bu Winda, Mahen, dan Vika menikmati teh hangat dan beberapa camilan di sekitar kolam renang.
"Belum ada tanda-tanda kehamilan?" tanya Bu Winda langsung ke intinya.
"Belum, Ma," jawab Vika.
"Semua butuh proses, Ma." Mahen melengkapi jawaban Vika.
"Sepertinya ada yang salah."
Mendengar ucapan ibu mertuanya, keringat dingin mengucur membasahi tubuh Vika. Ia takut jika ibu keduanya itu mengetahui bahwa ia dan Mahen tidak pernah melakukan hubungan suami istri.
"Vika!" seru Bu Winda.
"I-iya, Ma." Jantung Vika berdegup makin kencang melihat ekspresi curiga Bu Winda.
"Jangan-jangan, kamu nggak minum jamu-jamuan yang mama kasih?"
"Eh? Minum kok, Mah. Vika minum setiap hari, sampe pengen muntah rasanya!" ceplos Vika.
Mendengar ucapan Vika, Bu Winda melotot. Sedangkan dari ujung matanya, Vika bisa melihat Mahen tengah menahan tawa. Akhirnya Vika menoleh ke arah Mahen dan menatapnya tajam. Seketika Mahen berdehem, lalu memberi kode kepada Vika bahwa sang ibu mertua masih memelototinya.
"Jadi, maksudmu? Jamu buatan mama nggak enak? Gitu?"
"Hehe, ya maaf, Ma. Kan namanya jamu pasti pahit? Jadi pasti Vika akan mual juga walaupun jamu-jamu itu dibuat oleh orang lain," ucap Vika.
"Mati aku, salah bicara!" batin Vika.
Setelah hari itu Bu Winda mendesak Vika dan Mahen untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan. Hasilnya semua baik-baik saja.
.
.
.
Tak terasa sudah sebulan lebih sejak Raja mulai berbelanja sepatu di outlet tempat Vika bekerja. Fany juga terlihat sangat senang ketika membahas tentang Raja. Setiap hari mereka saling bertukar pesan.
"Perasaanmu ke Raja gimana, Fan?"
"Em, gimana ya? Susah dijelaskan!" ucap Fany.
"Apakah jatuh cinta serumit itu?" ucap Vika sambil bertopang dagu.
"Kau akan berdebar saat melihatnya, bahkan hanya mendengar namanya saja membuat jantungmu hampir meledak." Fany memegang dadanya sendiri untuk meredam gejolak jantungnya yang tak tahu diri.
"O ... seperti itu .... "
Fany hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum. Kemudian sebuah ide muncul di otak Vika yang tak seberapa besarnya itu.
"Bagaimana kalau, Kamu coba ungkapin perasaanmu ke Kak Raja?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Vika. Sebuah mantra yang akhirnya membuat persahabatannya dan Fany akan retak di kemudian hari.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
makin seru aja, para cewe
2022-04-24
0
auliasiamatir
like mendarat di setiap episodenya thor...
jangan lupa di gagah di lapakku.
CINTA TAK PERNAH MATI
2021-12-18
1