"......." Yosep terdiam karena bimbang sebenarnya Yosep menyukai Rany tapi juga ada perasaan suka sama Zahra. "Ya, beritahu tante Mala. Aku akan melihat dulu keadaan Zahra di dalam."
Yosep juga adalah kepala dokter di rumah sakit Budi Asih Tecnology, wajar saja ia ingin memastikan Zahra yang berada di ruang IGD baik-baik saja. Rany sedang mengabari tante Mala dan menceritakan kronologi yang terjadi bahwa Zahra ditusuk temannya sendiri.
"Maaf sus, bagaimana keadaan Zahra teman saya?" tanya Yosep yang sudah masuk ruangan IGD.
"Maaf mas, sebaiknya mas menunggu di ruang tunggu. Biar kami yang menangani!" ucap suster dengan wajah jutek.
"Tapi-"
"Sudah mas jangan tapi-tapian, silahkan mas keluar!" potong dokter Wahyu dengan raut mula kesal.
Yosep dengan wajah datar keluar ruangan. "Kenapa Yos kok malah keluar? Kamu kan kepala dokter di rumah sakit ini?" tanya Rany bingung.
"Tidak apa-apa, biar dokter yang di dalam yang menangani," jawab Yosep dengan raut muka sedikit sedih, karena beberapa saat Yosep mengaktifkan byakugan melihat Zahra banyak mengeluarkan darah, dan menurut pengamatan Yosep, Dokter Wahyu salah dalam penanganan pertama. Membuat luka Zahra darahnya semakin deras keluar.
"Sepertinya ada yang tidak beres," gumam Rany dalam batin.
"Ran, di ruang rahasia ada banyak tanaman obat sederhana kan? Aku akan kesana! Aku mau membuat pil kelabang darah dan pil bintang laut," tanya Yosep.
"Ada, ini bawa kartu identitasmu untuk akses ruangan rahasia, sandinya 337591. Aku sudah mendaftarkan kamu sebagai staf VVIP di rumah sakit ini!" jawab Rany.
"Terima kasih, Ran." Yosep langsung bergegas menuju ruangan rahasia bawah tanah rumah sakit Budi Asih Technology. Yosep langsung membuat pil kelabang darah dan pil bintang laut dengan tungku Wijayanaga secepatnya dan kembali lagi ke ruang IGD.
Yosep berhasil membuat 5 pil kelabang darah dan 3 pil bintang laut. Yosep dan Rany langsung menerobos masuk ke ruangan IGD, wajah Zahra semakin pucat karena kekurangan darah. "Permisi dok!" Yosep langsung meminumkan pil bintang laut ke Zahra yang sudah mulai hilang kesadaran untuk menutup lukanya.
Luka Zahra hanya dalam 30 detik langsung menutup sempurna dan kulitnya tetap mulus sedia kala. Reaksi pil yang dibuat Yosep sangat cepat karena efektifitasnya 100%.
Zahra sudah pingsan, Dokter Wahyu dan 2 suster, yaitu suster Muna dan suster Nilam sedikit kesal terhadap sikap Yosep yang menyerobot untuk mengobati pasiennya.
"Kamu lagi, berani-beraninya kamu mengganggu kami yang sedang mengobati pasien!" bentak Dokter Wahyu.
"Dokter Wahyu jangan lancang, dia adalah kepala dokter sekaligus Wakil Direktur IT and Program dirumah sakit pusat Budi Asih Technology ini!" bentak Rany dengan wajah marah dan geram. "Mulai besok dokter Wahyu saya pecat!"
"Baik, saya terima jika saya dipecat, asal saya ingin lihat bocah udik ini bisa menyembuhkan pasien ini hanya dalam waktu satu minggu!" tantang Dokter Wahyu. "Tapi jika bocah udik ini gagal, naikan jabatan saya jadi kepala dokter dan bocah udik ini harus di usir dari rumah sakit ini!"
"Dokter Wahyu anda lancang sekali!" teriak Rany semakin marah.
"Sudah Ran, kasihan Zahra butuh istirahat. Aku akan buat Zahra sembuh dalam 5 menit," ucap Yosep sambil menyeringai jahat.
"Ha-ha-ha ... jangan mimpi bocah udik!" cibir dokter Wahyu, suster Nilam dan suster Muna serentak.
Yosep memasukan pil kelabang merah ke mulut Zahra dan mengelus rambut Zahra dengan penuh kelembutan seperti seorang suami pada istrinya. Lalu menekan kedua telapak kaki Zahra dengan kedua jempolnya, untuk menyalurkan energi tenaga dalam.
"Ehem ... ehem!" Rany berdehem keras dalam hatinya merasa terbakar cemburu dengan perlakuan Yosep ke Zahra.
Setelah 5 menit tubuh Zahra yang dingin kembali menghangat dan wajahnya yang pucat kembali cerah, bibirnya yang pink pucat kembali menjadi pink kemerahan.
Zahra membuka matanya dan langsung duduk seperti orang yang segar bugar, sehat walafiat. "Syukurlah, sudah sadar. Zahra boleh pulang hari ini!" ucap Yosep tersenyum penuh kemenangan.
"Apa?! Hei, bocah udik, jangan mempermainkanku ya. Kamu pikir hanya dengan dua pil seperti itu bisa langsung sembuh?" ucap Dokter Wahyu sangsi.
"Kalau dokter tidak percaya silahkan cek kondisi Zahra!" jawab Yosep dengan muka datar.
Dokter Wahyu mengecek kondisi Zahra yang sudah duduk di ranjang IGD, alangkah terkejutnya dokter Wahyu dengan kondisi Zahra, detak jantungnya normal, tekanan darahnya juga normal, dan luka tusukannya sudah menyatu bahkan seperti tak ada luka sedikitpun.
Dokter Wahyu langsung berlutut dikaki Yosep dan memegangnya kuat. "Maafkan saya kepala dokter, maafkan saya. Diri ini khilaf tak tahu mana gunung mana lembah. Saya mohon jangan pecat saya!"
"........" Yosep terdiam dengan muka datar.
"........" Zahra juga terdiam dengan muka bingung.
"Dokter Wahyu anda jangan menelan kembali ludah yang kau jatuhkan ke tanah. Perjanjian adalah perjanjian, mulai sekarang kau dan dua suster itu saya pecat tanpa pesangon!" teriak Rany geram. "Saya akan memberitahukannya ke papah, saya juga sudah mendengar banyak laporan buruk tentang anda, dokter Wahyu."
"Jangan pecat saya nona." Suster Nilam memohon dengan raut wajah iba.
"Ya nona jangan pecat saya. Mohon nona, anak saya butuh biaya banyak untuk kuliah." Suster Muna juga memohon dengan raut wajah pucat pasi.
"Sudahlah Ran. Zahra juga sudah sembuh tak perlu di perpanjang lagi, biarkan saja nanti saya sendiri yang akan memberikan hukuman untuk dokter Wahyu tentang prinsip-prinsip kedokteran," tegas Yosep dengan wajah menyeringai.
Mereka semua keluar dari ruang IGD, Yosep menuju bagian administrasi membayarkan biaya pendaftaran dan perawatan Zahra totalnya 2.5 juta. Kalau dipikir-pikir lucu juga ada seorang dokter membawa pasiennya sendiri, memeriksanya sendiri, dan membayarkan biaya pengobatan pasiennya dari uangnya sendiri.
"Zahra! Zahra! kamu tak apa-apa nak?" ucap Bu Mala dengan raut wajah panik sambil berlari ke dalam ruang tunggu rumah sakit dan langsung memeluk Zahra lalu melepaskannya.
"Sudah tidak apa-apa bunda. Mas Yosep yang telah menyembuhkanku!"
"Nak Yosep dimana sekarang?"
"Dia sedang berada di bagian administrasi bunda untuk membayar biaya perawatan Zahra," Jawab Zahra.
"Ibu harus banyak berterima kasih padanya, sudah dua kali dia menyelamatkanmu."
"Itu juga berkat Rany bunda yang telah membawa Zahra kemari dengan mobilnya."
"Terima kasih Nak Rany, sudah menolong Zahra!"
"Sama-sama tante! Zahra juga sahabatku, lagipula tante juga sudah aku anggap ibuku sendiri jadi jangan sungkan tante!" ucap Rany sambil memegang tangan Mala.
"Zahra juga sudah boleh pulang tante sekarang jadi tidak perlu di rawat. Oh, ya Randy juga teman kampus Zahra yang sudah menusuk Zahra sudah diamankan securiti dan sedang dibawa ke kantor polisi." Lalu Rany melepaskan genggaman tangannya.
"Alhamdulillah, syukurlah! mari Zahra kita pulang!" ajak Mala.
"Tunggu bunda, tunggu mas Yosep dulu!" sergah Zahra.
"Oh ya bunda lupa. Sekalian bunda juga mau mengganti biaya pengobatan yang sudah dibayarkan nak Yosep." Mala tersenyum lalu menepuk jidatnya.
Yosep datang dengan muka datar. "Ibu sudah sampai?" tanya Yosep.
"Ya nak Yosep. Ibu buru-buru kemari setelah mendapat kabar dari Rany. Makasih sudah menyelamatkan Zahra, biayanya berapa untuk pengobatan Zahra?" tanya Mala.
"Sudah ibu tak perlu diganti. Saya ikhlas menolong Zahra."
"Tapi nak-"
"Sudah tidak apa-apa, Zahra juga sudah boleh pulang. Maaf bu aku gak bisa hantar Zahra pulang, motorku tertinggal di parkiran. Universitas Wiralodra," potong Yosep.
"Ya tidak apa-apa. Nak Yosep sudah cukup banyak membantu kami, sekali terima kasih," ucap Mala sambil menganggukan kepalanya sebagai tanda terima kasih.
"Sama-sama ibu tidak perlu sungkan. Aku akan pergi dahulu untuk mengambil motor."
"Ya nak, hati-hati di jalan."
"Tunggu Yos. Biar aku hantarkan kamu ke universitas, jam segini angkutan umum sudah tidak ada yang beroperasi," ucap Rany sambil memperlihatkan jam di tangan kirinya yang mulus, menunjukan pukul 22.30 WIB.
"Ya terima kasih!" Yosep mulai berjalan keluar menuju parkiran rumah sakit Budi Asih Technology.
"Tunggu mas!" Zahra berjalan cepat dan menghadang Yosep yang sedang berjalan.
"Ada apa Zahra?"
"......" Zahra terdiam lalu memegang kedua tangan Yosep. "Terima kasih mas," ucap Zahra dengan mata berkaca-kaca lalu mencium pipi kanan Yosep dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Yosep. Kemudian memeluk Yosep dengan erat dan meneteskan air mata bahagia.
"Sepertinya Zahra juga menyukai Yosep. Akankah aku harus berbagi cinta dengannya? Karena aku selalu merasa sakit ketika Zahra selalu berdekatan dengan Yosep," batin Rany dengan rasa sakit yang tak berdarah.
"......" Yosep hanya terdiam dengan wajah datar dan pipinya memerah karena dipeluk dan dicium Zahra. Yosep melepaskan pelukan Zahra.
"Jangan seperti ini. Malu dilihat orang!" ucap Yosep dengan nada datar lalu meninggalkan Zahra menuju Mobil Rany. Perasaan Yosep saat ini tidak karuan antara Zahra dan Rany siapa yang ia sukai sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
Ahmad Tamby
sabar,jgn emosi& jaga tuuh omongan.kalo gaaa suka,liatin ajaaa,bicara goblok ,kalau anda pinteeer,cobaa buat cerita yg bagus.sifat anda cerminan hati anda yg terisi nafsu SYAITON.Okeee/Tongue//Tongue//Tongue/
2024-09-25
0
Amma Pasar
awal kehancuran sebuah novel,MC nya gblk+naif
2023-12-24
1
Nuri Maulidia
rankep donk adil
2023-10-28
0