SYSTEM KEKAYAAN BERKEDIP
Matahari masih belum terbit, Yosep dan ibunya sudah bangun untuk memanen padi di sawah. Mereka berdua sudah bersiap ke sawah. Dinginnya udara pagi yang menusuk tak mengendurkan semangat Yosep untuk pergi ke sawah.
"Mi, kalau masih sakit biar aku saja yang pergi ke sawah. Mimi istirahat saja di rumah, nanti aku belikan obat di warung ya mi!" pinta Yosep dengan raut wajah yang sedih.
(note author : kebiasaan orang di Indramayu memanggil kedua orang tua mereka untuk ayah adalah mama, sedangkan ibu adalah mimi).
"Sudah yos, tidak apa-apa mimi masih kuat kok!" bantah ibu Yosep dengan tersenyum, Ibu Yosep tak mau membuat khawatir anak kesayangannya itu.
"Kalau mimi masih merasa sakit, nanti ngomong ya sama Yos. Biar nanti Yos antar pulang ibu ke rumah."
"Ya yos, tenang saja ibu kuat kok. Yos jangan khawatir." ibu Yosep menarik hidung anak kesayangannya itu.
Mereka berdua bergegas pergi ke sawah membawa sabit untuk memanen padi. Mereka memanen padi hanya berdua saja karena sawah ibunya Yosep hanya ukuran 150 meter persegi.
Waktu sudah menunjukan jam 11.30 matahari mulai naik, pemuda dengan tubuh tegap, kulit sawo matang, hidung mancung, mukanya seperti orang arab. Ya itu adalah Yosep sedang mengangkat padi di sawah untuk dikumpulkan.
"Mi, aku mencangkul dulu tempat untuk menaruh padinya ya. Biar enak menaruh tumpukan padinya, tidak roboh nantinya."
"Ya, anaku. Mimi istirahat dulu."
Yosep meninggalkan ibunya yang duduk di bawah pohon beringin besar, wajahnya sedikit pucat. Yosep mencangkul tanah, merapikan akar potongan padi yang masih menjulang, tapi lagi enak-enaknya mencangkul.
"Pletak!" Suara cangkul menghantam batu kecil yang cukup keras. Cangkul milik Yosep patah gagangnya, sedangkan mata cangkul terpotong jadi dua. Yosep memperhatikan cangkulnya lalu meraba tanah, dan menemukan sebuah batu seukuran kelereng berwarna pelangi.
"Batu yang cukup indah, aku bawa pulang saja. Toh, batu ini juga aku yang menemukan. Tapi cangkulnya jadi rusak, aduh sialan gara-gara batu ini. Awas saja kalau batu ini bisa ku jual, akan aku jual ke pasar jatibarang buat menebus ijazahku yang di tahan sekolah." Yosep meracau gak jelas membangunkan ibunya yang sedang tertidur karena kelelahan di bawah pohon beringin.
"Ada apa yos. kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibunya Yosep. "Ndak apa-apa mi. Cuma cangkulnya rusak, ini tadi menghantam batu, nanti aku betulkan."
"Ya sudah istirahat dulu, udah mau dzuhur."
"Ya mi."
Yosep bergegas membersihkan diri lalu istirahat di bawah pohon beringin. Setelah satu jam istirahat mereka berdua melanjutkan menggiling padi dengan kayu (kalau di Indramayu namanya digebot). Akhirnya jam 5 mereka berdua selesai, kini Yosep mengangkut padinya menggunakan sepeda. Padi yang didapat totalnya 16 karung padi, dengan total timbangan 800 kilogram atau 8 kwintal.
Suasana agak gelap, semua karung padi sudah dihantarkan masuk rumah oleh Yosep.
"Bu dawi! hari ini ibu sudah panen kan." Tanya juragan Darwin dengan berteriak. juragan Darwin adalah juragan pemilik sawah yang disewa oleh Dawi, ibunya Yosep.
"Ya juragan, sudah. Silahkan jika ingin mengambil sewanya." Jawab Dawi dengan wajah sedikit ketakutan. Juragan Darwin tak segan-segan memukul orang jika kondisi hatinya sedang buruk.
"Aku minta dua kali sewa untuk tahun depannya juga semuanya 7 kwintal."
"Tapi juragan ...," ujar Dawi terpotong
"Sudah, tak ada tapi-tapian," bentak Darwin sambil menampar Dawi. Yosep yang melihat geram dan marah, tangannya sudah mengepal dan siap menghantamkan pukulan pada juragan Darwin. Dawi memegang tangan yosep dan menggelengkan kepala memberi isyarat agar jangan melakukannya.
"Hei kau! Jangan diam saja cepat ambil 14 karung padi, jangan diam saja," bentak Darwin memanggil centengnya untuk mengangkut karung padi milik Dawi.
Yosep kesal dan marah, karena baru saja sawahnya panen sudah di ambil semua oleh juragan Darwin. Padahal Yosep berencana untuk menjual beberapa karung untuk menebus ijazahnya yang masih tertahan di SMK N 1 Lelea.
"Jadi orang miskin sangat menyusahkan selalu ditindas dan dihina. Aku berjanji padamu, mi. Suatu saat hidup kita berubah," batin Yosep.
Juragan Darwin pergi bersama 5 centengnya dan membawa 14 karung milik Dawi. "Ayo Yos, masuk! Kita makan," pinta Dawi dengan lembut, tak terasa air matanya mengalir dan wajahnya semakin pucat.
"Mi, ada apa." Yosep memegang dahi Dawi. "Mimi panas lagi ya, ayo istirahat mi di kamar! Nanti makan dahulu, aku buatkan bubur lalu minum obat ya mi." Yosep memapah Dawi ke kamar tidurnya. Rumah Yosep hanya menggunakan pagar bambu dan beratapkan jerami. Hanya ada dua kamar, yaitu kamar Yosep dan Dawi. Kalau mau mandi mereka mandi di sungai dekat sawah.
Yosep mengambil bubur yang sudah di masaknya dan menyuapkannya pada ibunya dengan lembut, penuh kasih sayang, tak terasa air mata jatuh membasahi pipi Yosep. "Kenapa Yos? kamu kok nangis?" tanya Dawi dengan raut muka khawatir
"Ndak apa-apa mi," Yosep menundukan kepalanya.
"Mimi mengerti, maafkan mimi Yos. Mimi tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu, hidup kita susah dan menderita seperti ini. Ijazahmu juga belum di tebus, memang berapa uang yang kamu butuhkan," ujar Dawi sambil menyeka air mata Yosep.
"400.000, mi!"
"Ya sudah, besok kamu jual saja karung padi yang tersisa semuanya ke bos Muhaimin."
"Ya mi. besok aku jual, mimi tidur saja dahulu!" Yosep meminumkan obat ke Dawi lalu menyelimutinya, dan keluar dari kamar Dawi lalu beranjak masuk ke kamar tidurnya sendiri.
Yosep merebahkan tubuhnya di kasur tipis, terbuat dari plastik tebal berisikan kapuk. "Aku sampai lupa benda apa yang aku temukan tadi." Yosep merogoh kantong celananya. "Nanti setelah aku mengambil ijazah di sekolah, aku pergi ke pasar Jatibarang untuk membuat tabungan dan kartu atm. Takut nanti aku sudah kerja ... aku bisa menyimpan uangku di tabungan nanti. Sekalian aku mengecek batu ini di toko perhiasan bernilai, tidak?"
Malam semakin gelap, angin kencang menerpa gubuk Dawi. Yosep yang sedang melihat-lihat batu pelangi itu dan menempatkannya tepat di depan mulutnya, tiba-tiba petir menyambar dan terdengar suaranya sangat keras.
Jdaaar!
"Glek, uhuk,uhuk, uhuk." Yosep terkaget, bola pelangi itu masuk dalam mulutnya dan tertelan. Sehingga membuat Yosep tersedak. "Ah, sial harta berhargaku malah tertelan. Sial! Sial! Sial!" Yosep mengacak-acak rambutnya.
"Tunggu saja besok pas berak, siapa tahu keluar dari perutku ini, benar-benar sial hari ini, hmmm!" Yosep meminum air lalu rebahan lagi dan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara di kepalanya.
[Telolet]
[Selamat datang di system kekayaan : berkedip]
[System akan memulai penyatuan pada tubuh majikan, di mulai 3... 2... 1...]
[0%]
[20%]
[40%]
[60%]
[80%]
[100%]
[Telolet]
[Penyatuan berhasil. Level majikan : pemula (0/1.000.000).]
[Level konversi pemula setiap kali berkedip di hargai 10 rupiah]
[Cara menaikan level dengan menghabiskan uang. Semakin tinggi level semakin tinggi nilai konversi]
[Selamat berjuang menghabiskan uang].
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 381 Episodes
Comments
PECAHAN JIWA MEGAWATI
agate
2024-08-23
0
PECAHAN JIWA MEGAWATI
私の村ではミミが飲んでいます
2024-08-23
0
Amma Pasar
buat yg baru baca ni novel,mending ga usah lanjut,MC nya terlalu naif+gblk
2023-12-24
2