...Budayakan follow sebelum membaca...
...🌻🌻🌻🌻🌻...
"Tidak masalah, semua ini memang tugas saya, jika tugas saya hanya duduk manis, bukankah sebaiknya saya menjadi istri direktur!" Rose melirik Eza yang tertangkap basah tengah meliriknya
Deg
Pandangan mata mereka bertemu beberapa saat.
Mata itu?
"Hahahah, kenapa wajah anda tegang sekali pak Alif, anda menganggap ucapan saya serius?"
"Ah..ti...dak Rose!"
"Santailah pak Alif, lagipula pak direktur bukan tipe saya!"
"Hmm", Alif segera duduk dan mulai bekerja.
Begitupun dengan Rose yang langsung mendaratkan pantatnya dikursi. Membuka berkas dan langsung mengerjakan tugasnya. Rose akui jika pekerjaanya begitu banyak, walaupun bisa dengan mudah ia kerjakan, tetap saja akan membutuhkan banyak waktu, bahkan sepertinya ia harus lembur malam ini.
Berkutat dengan berkas yang tidak ada habisnya, membuat Rose tidak menyadari jika sudah tiba waktu makan siang.
"Rose, kami akan meninjau pabrik. Sudah waktunya makan siang, istirahatlah dulu!" ucap Alif
"Saya tidak perlu ikut?"
"Tidak perlu, kami hanya mengecek kondisi disana"
"Baiklah pak"
Setelah Eza dan Alif pergi, Rose melangkahkan kakinya ke meja Eza. Tidak ada yang istimewa dengan meja kerjanya, hanya ada laptop, beberapa berkas dan alat tulis.
Tidak ada foto apapun disini, bukankah dia sudah menikah, bahkan foto istrinya pun tidak ada, aneh.
Rose memilih keluar menuju kantin untuk mengisi perut.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Suasana kantin begitu padat, membuat Rose celingukan mencari tempat duduk.
"Duduklah disini!" seorang perempuan tersenyum sambil menawarkan tempat duduk pada Rose. Dengan senang hati Rose menerimanya.
"Kau karyawan baru?"
"Ya, aku sekertaris direktur" jawab Rose sambil memakan makanannya.
"Benarkah? Wah, senang bisa makan denganmu. Aku Mia" ucapnya mengulurkan tangan
"Rose" jawab Rose menerima uluran tangan Mia
"Pasti senang kan satu ruangan dengan dua pria tampan, ah....andai punya kesempatan aku akan senang sekali" cerocos Mia
"Menurutku biasa saja!"
"Kau tidak tertarik pada salah satu dari mereka?"
"Tidak"
"Sepertinya kau tidak normal!"
"Maksudmu?" tanya Rose
"Semua karyawan menyukai mereka terutama pak Eza, sayangnya dia sudah memiliki istri. Kau tahu? selain tampan, pak Eza itu cool, badannya bagus, aku rasa tititnya juga tak kalah keren!"
Uhuk.....uhuk.....,
"Ini minumlah!!"
Rose segera meraih minumannya
"Kau terlalu vulgar, bahkan kau membayangnya itu? Gila!!" ucap Rose
"Hahaha, maaf. Imajinasiku memang on saat membicarakan pria tampan"
Astaga, kenapa aku harus bertemu dengan wanita seperti ini, bathin Rose
"Senang bertemu denganmu, kalau begitu aku duluan" pamit Rose
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Saat ini Eza dan Alif dalam perjalanan kembali ke kantor. Tidak ada obrolan diantara mereka, dan tidak biasanya Eza diam saja. Alif melirik Eza dari kaca spion.
"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Alif pada Eza.
"Matanya mengingatkanku pada seseorang!"
"Kau tertarik padanya?"
"Tidak" jawab Eza cepat
"Sudah seharusnya kau tidak tertarik padanya Za, ingat Inara. Jangan menyakitinya!"
"Aku tahu" jawab Eza lalu memandang keluar jendela
"Apa perlu aku menyelidikinya? Bukankah terlalu aneh, dia memiliki pendidikan dan pengalaman yang bagus, kenapa mau bekerja diperusahaan kecil. Apalagi kau lihat penampilannya, semua yang dia kenakan adalah barang mahal. Tidakkah ini mencurigakan?"
Eza membenarkan ucapan Alif. Dia memang harus menyelidiki Rose. Tapi kali ini, dia akan melakukannya sendiri.
"Tidak perlu, cukup awasi kerjanya saja. Aku rasa, dia bukan orang jahat!", Eza memutuskan akan menyelidiki sendiri siapa Rose sebenarnya.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
📞 Kau akan pulang malam lagi?
📞 Hm, aku harus lembur malam ini
📞 Baiklah, jangan lupa makan
Inara menghela nafas setelah menghubungi suaminya. Akhir akhir ini Eza memang sering lembur. Ina paham jika Eza sibuk, mengingat perusahaan suaminya yang mulai berkembang. Tapi alasan sebenarnya bukan itu, Ina tahu Eza masih kecewa padanya. Sejak dirinya mengalami keguguran, Eza sedikit berubah. Semua memang salahnya karena kurang hati hati, padahal Eza dan mertuanya selalu menyuruhnya banyak istirahat, tapi Ina ngotot mengerjakan pekerjaannya. Alhasil, dia kelelahan dan berujung kehilangan bayi dalam kandungannya.
Ina ingat jelas bagaimana raut wajah kecewa Eza, begitupun dengan kedua mertuanya. Apalagi sejak awal menikah, Ina tahu jika Novi, ibu mertuanya, kurang menyukainya. Meskipun beliau selalu bersikap baik selama ini.
*Ya Allah, semoga rumah tangga kami segera membaik. Dan semoga aku segera hamil lagi
...🌻🌻🌻🌻🌻*...
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi mereka bertiga masih sibuk dengan pekerjaan masing masing.
"Kita lanjutkan besok, ini sudah larut. Sebaiknya kita pulang!" ucapan Eza membuat Alif dan Rose menghentikan pekerjaannya. Lagipula mereka juga sudah lelah.
Setelah bersiap pulang, mereka berjalan beriringan menuju lift
"Kau dijemput Rose?" tanya Alif
"Saya membawa mobil pak!"
"Maaf kau harus ikut lembur, orang tuamu pasti sedang menunggumu!"
"Tidak ada yang menunggu saya pulang pak!"
Alif dan Eza menoleh pada Rose
"Mama saya meninggal delapan hari yang lalu!"
Ucapan Rose membuat mereka terkejut,
"Maaf Rose kami tidak tahu, dan turut berduka cita atas meninggalnya"
"Terima kasih"
Mereka telah tiba diparkiran, lalu mengendarai mobil masing masing. Tanpa Rose sadari, sejak tadi Eza membuntutinya. Hingga mobil yang dikendarai Rose memasuki halaman rumah yang sangat mewah.
Bukankah ini rumah ayah tiri Inara, Rose tinggal disini? Itu artinya dia adalah anak Irawan Malik, tapi kenapa tidak ada nama Malik dibelakang namanya, apa mungkin Rose merencanakan sesuatu? Aku harus mencari tahu. Bathin Eza
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Tidak terasa sudah satu bulan Rose menjadi sekertaris Eza. Eza akui jika Rose orang yang kompeten dan berbakat, selain itu dia juga cerdas dan terampil. Tidak hanya membantu semua pekerjaannya, Rose bahkan berhasil memenangkan kerja sama dengan dua perusahaan besar. Hal itu membuat perusahaannya semakin terkenal di kalangan bisnis. Bahkan saat ini Alif tengah sibuk membantunya membangun anak perusahaan di luar kota.
Hubungan Rose dan Eza masih sama, hanya sebatas atasan dan bawahan. Eza akan berbicara jika ada hal penting, begitupun dengan Rose.
"Agenda bapak hari ini, bertemu klien dari PT Mandala pukul 10.00 pagi direstoran Nikmat, setelah makan siang ada penandatanganan kerja sama dengan perusahaan Abdi Jaya di hotel Flamboyan"
"Ada lagi?"
"Tidak ada pak"
"Terima kasih"
"Sama sama pak"
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Pertemuan dengan klien berjalan lancar. Dan mereka langsung menawarkan kerja sama, tentu saja kesempatan ini tidak di sia siakan oleh Eza. Dalam mengembangkan bisnis, bukankah perlu memiliki banyak partner.
"Masih ada waktu satu setengah jam, kita kembali ke kantor dulu"
"Baik pak"
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Kepergian Alif untuk mengurus anak cabang perusahaan membuat mereka mau tak mau hanya berdua didalam ruangan. Rose sibuk dengan pekerjaannya begitupun dengan Eza. Pria itu sempat mencurigai niat Rose bekerja diperusaannya, sayangnya hingga kini, tak ada gelagat mencurigakan dari Rose.
"Pertemuan akan berlangsung 30 menit lagi pak, sebaiknya kita berangkat sekarang!"
"Hmm"
Perjalanan menuju hotel membutuhkan waktu 35 menit. Setibanya disana mereka langsung memasuki ruang pertemuan. Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya klien mereka tiba.
"Selamat siang pak Eza, maaf kami terlambat"
"Tidak masalah pak Wibawa, kami juga baru saja tiba!"
"Kalau begitu langsung saja kita tanda tangani perjanjian kerja sama ini"
"Tentu pak"
Penandatanganan kerjasama akhirnya selesai dilakukan,
"Anda beruntung memiliki sekertaris seperri nona Rose, pak Eza"
Eza melirik Rose yang masih dengan wajah datarnya
"Tentu saja pak, dia sangat kompeten dan bisa diandalkan!" puji Eza
"Anda benar, jika saja saya mengenal nona Rose lebih dulu, saya pastikan dia menjadi sekretaris saya!"
"Anda terlalu berlebihan pak" tutur Rose sopan
Eza terus memperhatikan pak Wijaya yang menatap kagum pada Rose. Wanita itu memang memiliki pesona tersendiri, dan Eza mengakui itu. Dia bersikap angkuh namun begitu menarik.
"Kalau sudah tidak ada yang perlu dibahas, kami permisi pak!" ucap Eza sopan
"Ah, tentu saja pak Eza. Silahkan, saya juga masih ada urusan!"
Mereka keluar dari ruang pertemuan,
"Mas!!!"
Eza dan Rose menoleh ketika mendengar seseorang memanggil
"In, kau disini? Sedang apa?"
Inara tersenyum kecut, bukankah semalam ia sudah memberitahu suaminya jika hari ini dia akan mengikuti pameran. Pekerjaannya sebagai perancang busana, membuatnya biasa mengikuti pameran.
Ina beralih menatap perempuan yang bersama suaminya,
"Apa kabar Rose?"
"Saya baik nyonya!"
"Tidakkah kau mau memanggilku kakak, Rose?"
"Maaf nyonya, saya terlahir sebagai anak tunggal, dan saya tidak memiliki saudara!"
Ina sedikit kecewa dengan jawaban adik tirinya,
"Kau bekerja di kantor mas Eza?"
"Dia sekertarisku" bukan Rose yang menjawab, melainkan Eza
"Sejak kapan?"
"Sebulan yang lalu!"
Inara terdiam, sudah sebulan Rose bekerja di kantor suaminya. Tapi Eza tak mengatakan apapun. Apa dia sengaja merahasiakan hal ini? Tapi buat apa? Bukankah Ina sudah memberi tahu Eza tentang Rose, adik tirinya.
"Kalau anda ada urusan dengan istri anda, saya akan kembali ke kantor lebih dulu pak!"
"Tidak, kita akan kembali sekarang!!" jawab Eza, "Aku harus kembali ke kantor In"
"Ya, kembalilah. Pekerjaan kalian pasti masih banyak" jawab Inara.
Eza dan Rose segera meninggalkan loby hotel,
"Tunggulah disini, aku akan mengambil mobil"
"Dimana pak Samsul?" Rose menanyakan keberadaan supirnya
"Sudah kusuruh pulang" jawabnya datar
Tak lama mobil Eza datang,
"Masuklah" ucapan Eza membuat Rose segera masuk kedalam mobil,
Hening, tak ada pembicaraan diantara mereka, hingga Eza menghentikan mobilnya ditepi jalan
"Sebenarnya apa rencanamu mendekatiku?!"
*****
Jeng jeng....
Bab 4 rasanya fell nya kurang ya.... Gimana menurut kalian???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Merie Shashi
up lagi cerita nya 💗💗💗💗💗💗💗 bgt
2021-10-07
0
Yunie
waw...
sdh terbaca oleh eza
langsung sj gas rose...
biar tau ibu mertua eza seperti apa ..
2021-10-07
1
watieeeee_✨
lanjut.. semakin seru...
2021-10-07
0