Daren tiba-tiba bangkit dan pergi meninggalkan meja makan, dia merasa marah pada Viana, Maya yang melihat hal itu langsung ingin mengejar Daren ke kamarnya tetapi dihentikan oleh Viana.
"Ibu... Biar aku saja yang bicara dengannya"
"Kamu bicaralah baik-baik dengannya, dia pasti sedih"
"Iya bu"
sesampai di kamar Daren, Viana melihat Daren sedang memasukkan buku-buku ke tas sekolahnya, juga terlihat raut wajah Daren yang sedang marah, Daren mengetahui Viana yang memasuki kamarnya, tetapi dia tidak ingin melihatnya.
Pelan-pelan Viana mendekati Daren.
"Daren..maafkan kakak, kakak tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, kakak juga tidak tahu bahwa Jebby akan secepat itu mengajak kakak mengambil surat nikah, kalau kamu tidak suka kakak menikah, kakak akan mengatakan pada Jebby untuk berpisah, kakak tidak ingin adik kakak satu-satunya tidak menginginkan kakak lagi"
Daren mendengar perkataan Viana menghentikan aktivitasnya dan melihat Viana sedang menunduk sedih.
"Kakak...maafkan aku, aku hanya sedih memikirkan kakak akan meninggalkanku dan Asyaa," air mata Daren mulai menetes, melihat adiknya menangis Viana langsung memeluknya dan ikut menangis.
"aku tidak bermaksud meminta kakak berpisah dengan orang itu, aku hanya sedih tidak bisa setiap hari bertemu kakak lagi, kakak juga harus janji sering-sering datang menemui kami"
"Sebenarnya kakak juga tidak ingin meninggalkan kalian, tetapi mau bagaimana lagi..kakak harus ikut tinggal bersama Jebby, nanti kamu juga bawa Asyaa main ke rumah kakak ya"
"Iya aku janji akan bawa Asyaa main ke rumahmu.. tetapi kakak... mengapa kamu tidak membangunkanku tadi saat suamimu ada, Aku jadi tidak bisa melihat pria yang berani merebutmu dari kami"
Viana tersenyum melihat adiknya yang ingin membuat perhitungan dengan Jebby.
tiga hari kemudian
Jebby yang ditemani Viko datang untuk menjemput Viana.. saat Daren turun ke ruang tamu untuk melihat orang yang telah merebut kakaknya itu, Daren terkejut melihat pria yang tiga tahun lalu bertemu dengannya di rumah sakit, di depan kamar Viana saat itu, Daren ingat dengan jelas wajah Jebby saat itu, karena dia sedikit iri karena Jebby lebih tampan darinya. Jebby juga yang melihat kedatangan Daren di ruang tamu juga sama terkejutnya, tetapi dia tidak menunjukkannya, dia juga ingat jelas dengan anak kecil yang tampan tiga tahun lalu di rumah sakit.
Asyaa yang mengetahui kakak Viananya akan pergi dari rumah mereka, reaksinya sama dengan Daren saat mengetahui Viana akan pergi, dia menangis dan tidak mau keluar dari kamarnya.
Maya yang sejak tadi pagi berusaha membujuknya tidak dihiraukan, Viana juga mencoba membujuknya tetapi sama saja, Asyaa tidak mau keluar dari kamarnya.
Viana dan Maya yang tidak mendapat tanggapan apapun dari Asyaa kembali ke ruang tamu.
Daren yang dari tadi diam saja mulai bertanya pada Jebby.
"Kamu yang sudah merebut kakakku?"
"Aku tidak merebutnya, dia akan selalu menjadi kakakmu, kalian juga boleh mengunjungi kami kapan pun kalian mau, dan kami juga akan menyempatkan waktu untuk datang kemari"
"Aku tidak akan mengijinkanmu untuk menyakiti kakakku, jika kau menyakitinya aku akan buat perhitungan denganmu"
Jebby hanya tersenyum mendengar peringatan Daren.
"Aku tidak akan menyakitinya, aku akan berusaha membahagiakannya"
Viana yang sejak tadi berdiri hanya menatap kamar Asyaa terus, dia akan segera pergi tetapi Asyaa tidak mau keluar membuatnya sedih, dia ingin bertemu Asyaa sebelum dia pergi.
"Daren... Tolong kamu jaga Ayah, Ibu dan Asyaa ya"
"iya kakak..aku akan menjaga mereka, kamu jangan khawatir"
Viana memeluk Hasan kemudian memeluk Maya "Ayah ibu jaga diri kalian baik-baik, aku akan sering-sering datang mengunjungi kalian nanti" Suara Viana serak karena menahan kesedihannya.
Viana juga tidak lupa memeluk Daren, dan saat dia akan menarik kopernya, tiba-tiba Asyaa berlari keluar sambil menangis dan langsung masuk kepelukan Viana.
"Kakak.. jangan pergi, Asyaa sedih"
Viana menggendong Asyaa dan berusaha menjelaskannya, bahwa nanti Asyaa boleh datang mengunjunginya, Viana juga nanti akan sering-sering datang. Mendengar penjelasan Viana.. Asyaa yang membenamkan wajahnya di dada Viana mulai berhenti menangis dan mengangkat wajahnya, Viana membersihkan wajahnya yang bulat dengan pipi tembam yang penuh air mata itu dengan tissu. Asyaa yang penasaran dengan orang yang akan membawa kakaknya langsung melihat ke arah Jebby dengan tatapan sinis dan tidak suka, Jebby yang melihat wajah kecil itu seperti ada sesuatu yang gatal di hatinya, tetapi Jebby tidak tahu perasaan apa itu.
"Aku tidak menyukaimu..aku akan menggigitmu jika kamu tidak mengijinkanku menemui kakakku" teriak Asyaa sambil menunjuk Jebby.
Jebby hanya pasrah dan mengiyakan. Mereka yang melihat tingkah Asyaa hanya tersenyum, sedangkan Viko yang di sebelah Jebby terkejut melihat wajah Asyaa yang mirip dengan Jebby. Dia ingin bertanya tetapi takut merusak suasana, Viko berpikir nanti dia akan menanyakannya kepada Jebby jika mereka hanya berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Aqiyu
iihhh gemes kenapa ga ngomong aja sih Asya anaknya
2021-12-07
1