Kedua tangannya menopang dagunya, Mar termenung memikirkan pertemuan pertamanya dengan ayah kandungnya, sesaat terbesit rasa rindu, ia ingin sekali bertemu dengannya lagi tapi disisi lain ia juga bingung bagaimana mengatakannya ke ayahnya, terlebih sebelumnya ia sudah terlanjur berucap tidak ingin kembali ke ayahnya. Mar bingung apa yang seharusnya ia lakukan, memilih mengikuti perasaannya atau mengabaikannya.
" Lagi memikirkan sesuatu? " Andrew mendekatinya.
" Yah.. rasanya ingin bertemu lagi dengan ayah " masih termenung, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk ke meja.
" Kamu bilang sendiri kalau kamu tidak ingin kembali dengannya "
Mar terkejut mendengar perkataan Andrew " Aku bilang aku hanya ingin bertemu dengannya, tapi kalau memikirkan tentang kembali padanya.. " Mar terdiam sesaat kemudian ia berkata " aku masih tidak tau, aku bingung "
Tidak ada respon dari Andrew, Mar berpikir kalau mungkin tidak seharusnya ia bercerita padanya tentang hal ini, ia merasa tidak enak padanya " Maaf kalau aku menambah beban padamu dengan bercerita tentang masalah ini "
Andrew tersenyum " Tidak masalah, justru sebaliknya aku malah menghargai perasaanmu, utarakan apa saja yang ada di pikiranmu padaku kapan pun kamu mau sampai kamu merasa lebih baik "
" Terima kasih " ucapnya sambil tersenyum.
" Mau berangkat bersama? " seperti biasa Andrew selalu menawarkan berangkat bersama-sama, namun Mar teringat hari ini ia ada janji dengan Fera mau membeli bahan masakan untuk persediaan di kafe, ia menggelengkan kepalanya " Tidak bisa, hari ini aku ada janji dengan Fera, kami akan belanja bahan masakan untuk persediaan di kafe "
Andrew menghela nafas.
" Oke kalau gitu aku berangkat duluan ya "
Mar mengangguk " Hati-hati. "
Mar menunggu di depan kafe, Fera mendekatinya " Ayo berangkat "
Mereka berdua naik bis, dalam perjalanan menuju ke supermarket Fera berbisik di telinganya " Mar, sebenarnya aku ingin mengajakmu ke rumahku "
Mar mengangguk " Oke nggak papa, kapan? "
Fera melirik ke arahnya " Ya kalau kamu nggak sibuk ya nanti "
" Oke " ucapnya.
Selama berbelanja Fera dan Mar sama-sama sibuk memilih-memilah bahan apa saja yang diperlukan untuk besok, kemudian selesai berbelanja Mar singgah di rumah Fera.
" Duduk dulu Mar, mau minum apa? " tanya Fera.
" Kalau ada aku mau teh botol "
" Oke, tunggu sebentar ya "
Rasanya matanya semakin terasa berat, Mar memutuskan memejamkan matanya sebentar, mungkin ia kelelahan setelah berbelanja tadi. Mar mematung ditempat saat seseorang tiba-tiba memeluknya dari arah belakang, ia menoleh dan menemukan wajah sesosok pria sudah bersandar di pundaknya, sangat dekat sampai dirinya menahan napas.
" Ada apa denganmu? santai saja, aku tidak akan memakanmu "
Sekelebat bayangan dari arah samping tiba-tiba muncul, Mar kemudian tersadar ia sudah berada di tempat yang berbeda. Sosok itu tidak menampakkan wajahnya, hanya bagian punggungnya yang terlihat olehnya.
" Pada akhirnya tetap saja aku yang akan pergi "
Mar tidak tau apa yang telah terjadi yang ia rasakan matanya terasa berair hingga air matanya keluar dari kelopak matanya. Ibu jarinya perlahan mengusap air matanya " Menangis tidak ada gunanya, jaga dirimu baik-baik ya "
Begitu bayangan itu menghilang air matanya kembali berjatuhan semakin deras, perasaannya sangat terluka, ia terduduk lemas dibawah, disisi lain dirinya tidak tau kenapa ia bereaksi seperti ini.
" Mar.. Mar.. " Mar langsung terbangun, ia memegang kepalanya sembari mengerang " Ah.. Fera, maaf aku tertidur "
" Nah.. katanya dia tiba-tiba dia ada urusan mendadak, jadi dia memintaku datang kesini "
Mar merasa suara orang ini tidak asing, tapi ia tetap bertanya " Siapa kamu? "
" Kamu lupa sama aku? aku Sam, temannya Fera "
Mar teringat suaranya, tidak salah lagi orang dihadapannya ini memang temannya Fera.
" Maaf saya pikir anda adalah orang yang tidak saya kenal " ia bangun dari kursi dengan rasa malu lalu memanggil Fera, tapi tidak ada jawaban darinya Mar khawatir apa terjadi sesuatu padanya.
" Dimana Fera? "
" Katanya ada urusan mendadak, dia tidak ingin membangunkanmu jadi dia langsung pergi "
Mar mengangguk paham.
Sam terkekeh " Aku pikir aku sudah memberitahumu tadi, oh ya.. kita ini sudah jadi teman lo jadi jangan pakai bahasa formal lagi, oke?? "
" Ah ya juga ya.. " Mar tersenyum malu. " Jadi apa yang kamu lakukan disini? " tanyanya penasaran, " tunggu sebentar, kalau gitu seharusnya aku menelponnya sekarang juga " Mar berusaha menghindar, namun tangannya bergerak lebih cepat daripada kakinya.
Sam memegang lengannya " percuma, dia tidak akan mengangkatnya. Kamu tau kalau dia lagi sibuk, dia pasti akan mematikan dering ponselnya "
Mar kembali berpikir, bagaimana kalau dia perginya lama, ia mulai merasa tidak nyaman. Tenang.. tetap tenang.., gumamnya.
Tiba-tiba Sam menariknya, Mar langsung terduduk di kursi.
" Itu.. eum.. dia menyuruhku untuk memeriksa kucingnya, kemarin dia cerita kalau kucingnya mulai susah makan mungkin dia berpikir kalau ada gangguan pencernaan pada kucingnya jadi dia memanggilku untuk.. " Sam diam-diam melirik ke arahnya.
" Kucing yang malang, pasti dia sangat kesakitan " Mar merasa sedih.
Sam mendadak terbatuk-batuk, seketika Mar tersadar, ia cepat-cepat merapikan rambutnya, sementara tangannya bergegas membersihkan air liurnya.
" Jadi.. sepertinya aku harus memeriksanya dulu, kamu mau kembali ke kafe atau pulang ke rumah? " Sam berjalan mendekatinya.
" Setelah dari sini aku mau menaruh bahan di kafe dulu, selanjutnya aku akan pulang ke rumah "
" Kebetulan aku juga mau ke arah kafe, mau pergi kesana bersama? "
Mar berpikir, kemudian ia langsung setuju " Boleh "
Sam mengambil beberapa perlengkapan kemudian kembali masuk ke dalam, dia melihat Mar lagi minum " Kamu tunggu disini, kalau aku sudah selesai aku kabari lagi nanti "
.
.
Seseorang mengamati kedua orang yang sedang berinteraksi dari kejauhan, tatapannya tajam, dia segera bergerak begitu melihat kedua orang itu mulai menjauh. Dia keluar dari lokasi kemudian menelepon seseorang " Terus awasi dia, jangan sampai lengah " perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments