Kembalinya teman lama

Hagar melihat Fera keluar dari ruangannya, dia menyapanya "Kak, kebetulan sekali kita bertemu disini" dia terkekeh, Fera menghampirinya "Kamu sudah cukup sering kesini, sekarang masih bilang kebetulan?" lalu dia melihat wajah Mar yang terlihat tidak nyaman.

"Apa yang kamu lakukan padanya?"

Hagar melihat arah matanya Fera, ternyata yang dia maksud adalah Mar "Aku tidak melakukan apapun, sungguh!" ucapnya.

Fera mengangguk paham "Baiklah, tapi jangan berlama-lama disini ya karena kamu pasti akan membuat masalah baru, jadi jangan libatkan aku lagi"

Hagar mengacungkan jempolnya "Oke, aku berjanji"

Fera keluar dari kafe, kemudian Hagar kembali melihat wajah Mar.

Mar berbisik "Berhentilah melihat wajahku" meski dia berbisik Hagar masih bisa mendengarnya, dia mengerutkan keningnya "Kamu tau jika aku sedari tadi melihatmu?" dia berbisik dalam hati, bagaimana mungkin??

"Sejujurnya ekspresi wajahmu itu sangat menggangguku" ucapan Mar kembali mengejutkan Hagar, Hagar berhenti tersenyum "Kenapa tidak bilang dari tadi!!" ucapnya malu.

"Sangat memalukan bukan?" Mar terkekeh, dia kembali melanjutkan "Berhentilah membuat masalah Tuan" ucapnya kembali mengingatkan perkataannya Fera tadi.

"Berhentilah mengucapkan itu, ya dia memang sangat senang telah mempermalukan aku" Hagar mengambil uang dari dalam sakunya lalu memberikannya pada Mar.

"Oke aku pergi, jangan katakan itu pada orang lain karena itu adalah aib terbesarku" beberapa orang di kafe melihat Hagar, dia berbisik "Maksudku selain orang disini, kurasa mereka sudah mendengar ucapan nenek itu" Hagar menyindir Fera, Mar tau apa maksudnya.

Jadi mereka adalah saudara kandung

"Aku harus pergi sekarang, sampai jumpa lagi" Hagar langsung keluar dari kafe.

Melihat Hagar telah pergi, Anna langsung menghampirinya "Mar aku dengar dia adalah adiknya Fera" bisiknya.

"Aku tau" kata Mar, Anna terkejut "Sejak kapan kamu tau?"

"Baru saja"

"Hi Anna" sapa Andrew.

"Oh hi Andrew, mau pesan apa?" tanya Anna.

"Seperti biasa, kopi Espresso" Andrew lalu melihat Mar, dia sadar ada yang aneh dengan Mar "Wajahmu itu terlihat aneh, katakan sesuatu, apa tadi terjadi masalah?"

Fera muncul dari belakang Andrew "Ini pasti ulah adikku, ya kan?" ucapnya, mendengar itu Mar cepat-cepat menjelaskan "Tidak, dia tidak melakukan sesuatu yang buruk padaku" mendengar itu membuat Andrew menduga "Oh Hagar mampir kesini tadi?" tanyanya.

"Kakak mengenalnya?" Mar berbisik.

"Ya dia temanku, lucunya kemarin kami bertemu di dekat rumah nenek. Aku pikir dia pembunuh berantai jadi aku membawa kayu besar, niatnya mau aku pukul dia. Tapi setelah dia melihatku, aku sadar ternyata dia adikmu Fera" Andrew terkekeh-kekeh.

"Ngapain dia disana?" Fera kaget, begitupun dengan Mar.

"Dia bilang dia pindah rumah kesana" kata Andrew.

Kata-kata itu mengingatkannya dengan seseorang, Mar menyadari bahwa orang yang mengajaknya bicara kemarin, dia adalah Hagar.

Andrew menghampirinya, dia berkata "Bukannya sekarang waktunya pulang?"

"Ya benar juga, aku bahkan hampir lupa kalau sekarang waktunya pulang" jawab Fera.

Andrew merangkul pundaknya Mar "Ayo pulang" dia terlihat gembira daripada sebelumnya, Mar bertanya-tanya apa yang terjadi pada kakaknya. Tapi dia tidak bertanya tentang itu, dia nggak mau bertanya karena ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

"Oke kak, ayo pulang" ujarnya.

...🌃🌃🌃🌃...

Malam ini Andrew sangat bersemangat, dia bercerita padanya kalau dia akan mendapat pekerjaan yang lebih bagus daripada pekerjaannya saat ini. Mar senang mendengarnya, dia akan mendukung apapun yang kakaknya lakukan.

Sepanjang perjalanan pulang, Andrew masih melanjutkan apa yang dia inginkan. Poin kali ini dia bilang kalau dia akan menjadi bagian keamanan di sebuah rumah yang ternyata pemilik rumah itu adalah seorang aktris.

Andrew berkata "Ada satu rintangan yang harus aku lakukan, rumah itu berhantu jadi aku harus mengusir hantu itu bagaimanapun caranya" Mar menanggapinya "Jika itu pekerjaan sulit kenapa kakak menerimanya?"

"Dia memohon padaku, mungkin karena aku sudah bekerja sangat lama disana jadinya dia ingin aku yang melakukannya"

"Lalu apa yang akan kakak lakukan?" tanyanya.

Andrew terdiam beberapa saat, dia melihat Mar sambil tersenyum "Ya mau gimana lagi, aku harus menerimanya" ujarnya.

Setelah melewati beberapa blok, tangannya Andrew menunjuk ke arah rumah yang gelap. Dugaannya benar, Mar mengangguk paham.

"Semoga beruntung kak" Mar tersenyum.

"Apa saja yang dilakukannya di kafe tadi? Hagar maksudku"

"Aku memukulnya tadi, aku pikir dia berniat buruk padaku jadi aku memukulnya" Mar malu, kemudian dia mendengar Andrew tertawa "Dan aku tidak mengira jika dia adalah adiknya Fera" Mar menyesali perbuatannya, dia menyerangnya seperti menghukum orang jahat. Jika dia minta maaf apa dia akan memaafkannya, sepertinya tidak mungkin.

"Mengapa kamu memukulnya?"

"Tadi dia mendekatiku dari belakang, aku merasa tidak nyaman karena itu aku memukulnya" Ujar Mar.

"Bagus, pukul saja dia. Lagipula dia pasti akan menyusahkan mu"

Mar tertawa mendengar perkataan kakaknya, tapi pada kenyataannya dia memang sudah memukulnya, dia rasa itu sudah cukup. Kesalahan yang cukup fatal, dia berharap Fera tidak tau tentang ini.

...🦋🦋🦋🦋🦋...

Hagar mengolok-olok Fera yang tidak mau menerima takdirnya, pada kenyataannya dia memang sudah menjadi seperti itu setelah dia menemukannya di jalan. Hagar mengomel "Kondisinya memang sudah seperti itu, sungguh aku tidak pernah merusak benda itu!" Fera memandangnya dari lantai bawah "Tidak mungkin, aku menemukannya di kamarmu, dan sekarang kamu masih menyangkalnya?" Fera tidak percaya, Hagar menatapnya tajam "Benda itu memang sudah rusak saat baru sampai disini, jadi berhentilah menuduhku!"

"Aku tidak percaya" Fera memilih pergi setelah perdebatan panjangnya dengan Hagar.

"Oke, pergi saja sana!" ucapnya kesal.

Hagar menyalakan TV, dia terus mengganti saluran hingga dia menemukan sesuatu yang pernah dilihatnya, dia berhenti menekan tombol sesaat setelah dia kembali memastikan jika wujud itu nyata.

"Dia telah kembali?"

Fera mendekatinya "Ya, dia sudah kembali. Saat ini dia dalam perjalanan pulang ke rumah"

Hagar melihat Fera dengan serius "Beneran dia mau kesini?"

"Ya itu benar, jadi jangan membuat masalah di rumah. Oke?" Fera memberinya kesepakatan, dan Hagar menerimanya "Oke, tidak masalah buatku"

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!