Tersembunyi

Suara jarinya mengetuk-ngetuk meja, setelah itu terdengar suara helaan nafas panjang, " Jadi.. sampai dimana tadi? "

Mar menuangkan teh ke dalam dua gelas, lalu duduk di kursi.

" Tiket liburan " ucapnya.

" Ohh ya, dia pernah berjanji padaku, kalau aku berhasil mengalahkannya dia akan memberiku tiket liburan. "

Mar menaruh gelasnya di meja, " Kalian bertaruh? " tanyanya penasaran.

" Ya, saat itu kami masih di sekolah menengah dan dia berkata seperti itu padaku, siapa yang tidak mau dikasih tiket liburan gratis? "

" Memang sebelumnya apa yang kakak lakukan? "

" Aku berhasil memikat hati wanita sedangkan dia tidak berhasil, " Fera terkekeh,

Mar mengangguk " Oh begitu.. "

" Kenapa reaksimu gitu? harusnya kamu ikut senang, karena aku akan dapat dua tiket "

Tangannya meraba-raba mencari tasnya, melihat itu Andrew membantu mendekatkan tasnya " Kenapa firasatku tidak enak? " batinnya.

" Selamat untukmu dan untuk pacar barumu " Mar tersenyum.

" Dia tidak bisa ikut pergi "

" Apa terjadi sesuatu padanya? "

Andrew menggelengkan kepalanya " Tidak terjadi apa-apa, " perlahan tangannya menyentuh kepalanya, dia mengacak rambutnya " sekarang istirahatlah " ucapnya. Mar menepis tangannya dari kepalanya " aku tau " ucapnya, Andrew terkekeh.

Paginya seperti biasa Mar pergi ke kafe, sampai di depan kafe begitu tangannya menekan gagang pintu, rupanya pintunya masih terkunci. Ia teringat biasanya yang pertama datang adalah Lusi, jadi setelah dipikir sekarang yang memegang kunci adalah Fera. Akhirnya ia menunggu didepan kafe, " Mar.. " ini pasti suara Fera.

" Fera "

Fera menghampirinya " Bukannya kamu harusnya pergi liburan sekarang? "

" Liburan? sekarang itu waktunya kerja, bukan waktunya liburan " ucapnya.

" Tapi kemarin aku udah kasih tiketnya ke Andrew "

Mar semakin tidak mengerti " Tiket apa? " kemudian ia teringat ucapan Andrew semalam " apa maksudmu tiket liburan? " tanyanya.

" Ya itu maksudku.. Mar jangan bilang dia tidak memberimu tiketnya? "

Sementara pelanggan belum ada yang datang, Mar mencuri sedikit waktu untuk membaca buku kesukaannya. Disaat ia mulai membaca buku, ia akan selalu tenggelam ke dalamnya, melalui kata-kata yang disampaikan penulis ia seperti merasakan secara langsung apa yang dirasakan penulisnya.

Tok.. Tok..

Mar terperanjat, ia langsung berdiri " Maaf, apa anda menunggu dari tadi? " tanyanya, ia merasa bersalah.

" Tidak, saya baru saja sampai disini. Saya pesan 1 Espresso dan 1 steak " ucapnya.

Mar tersenyum " Silahkan ditunggu pesanannya "

" Fera, ada pesanan 1 Espresso dan 1 steak " ucapnya.

"Oke, kalau gitu bisakah aku minta nomor ponselmu?"

.

.

Mar mempertanyakan kembali apa yang ia dengar barusan " Maaf, apa yang anda katakan? "

" Aku bilang, boleh tidak aku minta nomormu? "

Tiba-tiba perasaan aneh mulai muncul di benaknya, Mar semakin tidak tenang " Mar.. aku mencarimu kemana-mana, ternyata kamu disini " suara Andrew tiba-tiba terdengar jelas di telinganya.

" Selamat datang, oh Andrew! waktu yang tepat, sekarang bawa Mar keluar " Fera tiba-tiba mendorong punggungnya.

" Aku tidak mau! " tolaknya.

" Kamu harus pergi, nanti tiketnya hangus kalau nggak dipakai sayang kan? " Fera terus mendorong punggungnya ke depan, dia melihat Andrew mematung " Kenapa ekspresi mu gitu? cepat bawa dia pergi "

" Dia tidak mau pergi, jadi jangan paksa dia " ucap seseorang.

Fera menoleh, dia melihat ke belakang lalu kembali memandang Andrew, matanya Fera nampak bertanya-tanya sedangkan Andrew hanya diam, raut wajahnya berubah menjadi dingin.

Fera mengintip dari balik jendela, dia berbisik " Apa mereka saling mengenal? "

Kedua bahunya terangkat " Aku tidak tau "

Begitu melihat Andrew akan masuk ke dalam, Fera cepat-cepat menarik Mar kembali ke tempatnya semula.

" Kalian saling mengenal? " Fera berbisik.

Andrew tidak menjawab, dia justru memanggil Mar

" Mar ayo berangkat sekarang! " suaranya mulai terdengar seperti memaksa.

Mar tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, ia hanya mematuhi ucapannya meski sebenarnya ia merasa tidak menyukai nada suaranya tadi, dia seperti berubah setelah bertemu dengan orang asing itu.

" Kamu mengenal pria tadi? " tanyanya.

Andrew melirik ke Mar, kemudian kembali fokus melihat ke jalan " Bagaimana kamu bisa tau kalau orang itu pria? "

" Suaranya terdengar lebih berat daripada suara wanita pada umumnya, jadi aku pikir dia itu pria " ucapnya. Mar mengambil camilan di dalam tasnya.

" Jangan bertemu dengannya lagi " Andrew memperingatkannya, Mar semakin penasaran " Apa orang itu berbahaya? "

" Ya, dia sangat berbahaya "

" Oke, aku berjanji " ucapnya, tapi entah kenapa ia merasa Andrew sedang menutupi sesuatu darinya, tidak tau apakah orang itu berkaitan dengan masa lalunya, kini karena hari liburan mereka Mar tidak akan bertanya lagi tentang orang itu bahkan meski ia penasaran tentang identitasnya.

"Enaknya makan apa ya nanti? mau makan sesuatu?" tanya Andrew.

" Aku pingin beli camilan lagi " ucapnya.

Andrew menolak " Jangan banyak-banyak beli camilan, kamu itu sudah gendut jangan tambah gendut lagi nanti jadi tidak ada yang menyukaimu "

Mar mendengus, " Aku tidak segemuk itu, pokoknya aku mau beli camilan lagi nanti. "

Andrew tertawa, " Oke oke, jangan marah. "

Seseorang berjalan sangat cepat masuk ke dalam ruangan, dia mendekat sambil memandang punggung orang itu, " Sebelum masuk biasakan mengetuk pintu dulu " Andrew merapikan buku-buku yang ada di lacinya.

Suara ketukan sepatunya mengisi keheningan di ruangan, " Aku sudah bilang padamu sebelumnya, jangan langsung datang kesana. Itu terlalu beresiko. "

" Apa urusanku kini menjadi urusanmu juga " Andrew berbalik menghadapnya, wanita itu menghela nafas " Tidak, ini memang bukan urusanku tapi sebagai teman Aku hanya ingin.. "

Andrew menatapnya tajam, " Kamu tidak perlu khawatir, kamu cukup membantuku dengan menyelesaikan tugasmu. "

" Oke, itu terserah padamu. Aku hanya penasaran, apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaannya kalau dia tau kebenarannya? "

Andrew memandangnya, " Aku tau.. "

" Lagipula cepat atau lambat, dia juga akan tau dengan sendirinya. Ingat mantra itu ada batasan waktu, jadi meskipun aku tidak pergi kesana dia tetap akan menyadarinya " Andrew mengalihkan pandangannya ke arah lain, " Aku tau.. aku tau.. dia akan membenciku " ucapnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!