Pagi ini Mar dan Andrew telah sampai di depan kafe, saat dia hendak mengambil jaketnya dari Andrew tiba-tiba pintu kafe terbuka, akhirnya dia dan Andrew langsung masuk ke dalam.
Mar mendengar hembusan nafas panjang dari Andrew, dia menduga telah terjadi sesuatu di kafe.
"Ada apa kak?" Mar berbisik, Andrew tertegun sejenak lalu dia berkata "Oke anggap tidak terjadi apa-apa" Andrew melihat Mar, dia mengambil pisau dari kantung jaketnya, kemudian memberikannya pada Mar "Jika terjadi sesuatu, keluarkan ini oke" bisik Andrew.
"Aku harus pergi sekarang, hati-hati ya kamu pasti bisa jaga dirimu sendiri" Andrew cepat-cepat keluar dari kafe, sedangkan Mar masih mencerna kalimat kakaknya tadi.
"Oh Mar, baru sampai?"
"Ya, baru saja" ucap Mar, suara itu terdengar asing di telinganya, dia berpikir siapa orang ini?. Namun pertanyaannya dia simpan, dan kini Mar mencoba untuk tidak terlihat panik.
Dia mulai mempertanyakan identitas orang ini "Siapa anda?" tanyanya dengan sopan.
"Saya Georgie, temannya Fera" orang ini ingin berjabat tangan dengannya, Mar merasakannya namun dia tidak tertarik untuk masuk kedalam jebakannya.
"Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya, ya kan?"
Dia tertegun, siapapun orang ini entah dia merasa telah mengenal dia atau mungkin dia menjadi pelanggan disini, Mar merasa tidak pernah mengenal orang ini sebelumnya.
"Tidak, saya tidak pernah bertemu dengan anda" ujarnya.
Dia Georgie tiba-tiba melempar pernyataan "Bagaimana ini? sampai saat ini Fera masih belum sadar, aku pikir dia terlalu mabuk" mendengar itu seketika Mar tersadar, mungkin ini yang dimaksud Andrew tadi. Dia mengerti sekarang.
Perlahan Mar mengeluarkan pisaunya, lalu dia bergerak maju ke depan "Dimana dia sekarang?" tongkatnya mengetuk-ngetuk lantai, Georgie melihatnya kemudian dia menuntunnya hingga berada di hadapan Fera.
"Ya, dia pasti sangat mabuk. Saya tidak bisa berbuat apa-apa untuknya, tapi mungkin anda bisa mengantarnya pulang"
"Saya? ya anda benar, sepertinya ini akan sangat merepotkan, baiklah saya akan mengantarnya pulang" Georgie menghela nafas lalu mengangkat Fera dengan kedua tangannya, dia kembali melihat Mar sebelum akhirnya dia pergi.
Mar bingung, tetapi dia segera sadar setelah melihat Anna ada di hadapannya. Wajahnya terlihat khawatir, dan Mar merasa kejadian barusan tadi sangat aneh.
"Apa terjadi sesuatu?" Mar bertanya, Anna mengangguk lalu dia berbisik "Tadi kamu masuk ke kafe bersama dengan seseorang, maksudku bukan Andrew, tapi orang lain" Mar kembali berpikir, sesaat dia memikirkan orang asing itu, tapi sepertinya tidak mungkin. Apa tadi itu hanya mimpi? bisiknya dalam hati.
Mar semakin penasaran "Siapa dia? siapa yang mengantarku kesini?" dia tanya lagi, namun tidak ada balasan dari Anna. Dugaannya sepertinya benar, setelah menunggu akhirnya jawabannya keluar "Kalau tidak salah namanya G, ya nama depannya" ucap Anna.
Mar terdiam sebentar, dia langsung meraba-raba seluruh tubuhnya, tiba-tiba bayangan mengerikan terlintas di pikirannya.
"Dia tidak mengatakan apapun lagi selain namanya?"
"Tidak, tapi aku rasa dia orang yang baik" Anna mengambil sesuatu dari meja dapur, lalu dia memberikan minuman padanya "Ini minuman darinya, dia bilang akan lebih baik jika kamu meminumnya" mendengar itu membuat Mar semakin waspada.
"Buang saja minuman itu An" ucapnya.
Kemudian Mar pergi ke dalam, dia mengambil tasnya, saat dia ingin mengambil ponselnya tiba-tiba rekaman suara dari ponselnya berbunyi. Setelah mendengar suara itu, rupanya dia adalah Hagar.
Anna berteriak dari jauh "Suara siapa itu Mar?"
"Hagar" ucapnya.
"Kamu berpikir kalau aku orangnya" Georgie muncul dari sampingnya, dia berbisik "orang yang membawamu kesini adalah Hagar, sedangkan aku harus membawa Fera pulang ke rumahnya, tapi dompetnya ketinggalan disini jadi aku kembali untuk mengambilnya" ucapnya.
Mar menoleh ke samping dan ternyata benar dia sudah ada didekatnya. Mar bergerak mundur ke belakang, lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu.
Dia mengacungkan pisaunya, sekarang Mar merasa sangat tertekan "Jangan mendekat, jika kamu mendekat aku akan menusukmu dengan pisau ini" ancamnya.
"Aku tidak mengenalmu jadi berhentilah mengaku mengenalku!" tangannya gemetar, tapi itu tidak membuat Mar menyerah, dia menggerakkan tangannya ke kanan kiri ke belakang berjaga-jaga kalau dia muncul dihadapannya.
"Anna!! panggil polisi sekarang!" teriaknya.
Georgie bergerak cepat, dia langsung merebut pisaunya Mar kemudian melemparnya. Georgie mencengkram erat tangannya "Dengar, aku sungguh tidak berniat melukaimu. Aku hanya ingin menyelamatkanmu, dan sudah menjadi tugasku untuk melakukannya. Jadi jangan tanya dan ikuti saja apa yang aku katakan, oke?" ucapnya.
"Aku tidak tau maksudmu apa, sekarang keluar dari sini atau aku panggil keamanan" Mar hendak keluar melalui pintu belakang, namun Georgie mencegahnya "Sudah aku bilang, jangan tanya padaku. Tanyakan saja pada ayahmu nanti, ayo ikut aku" ajaknya, Mar menolak "Aku sudah tidak ada hubungan apapun dengan orang yang anda sebut sebagai ayahku, aku tidak mengenalnya dan dia bukan ayahku" ucapnya.
"Tolong pergilah sekarang!" Mar kembali melihat Georgie "Aku tidak butuh bantuanmu"
Saat Mar membuka pintu depan, tiba-tiba seseorang menodongkan senjata kepadanya. Seketika Mar terdiam, kakinya terasa kaku, bahkan tubuhnya tidak bisa digerakkan. Dia mendengar Georgie berteriak padanya, dia hendak menoleh ke belakang, tapi suara ancaman ini sangat mengganggunya. Benda hitam itu dibenturkan ke kepalanya, sekarang Mar benar-benar tidak bisa melakukan apapun.
Hatinya bergemuruh "Apa aku akan mati seperti ini?" bisiknya dalam hati.
...🦋🦋🦋🦋🦋...
Dia mengambil secangkir teh hangat di mejanya, dia membaca buku sambil meminum tehnya. Setelah dia meminum tehnya, dia merasa seluruh isi di dalam tubuhnya memberontak ingin keluar, dia memuntahkan cairan tadi dan juga darahnya.
Dia menyeka darahnya yang masih menempel di bibirnya sambil terkekeh, lalu melempar gelasnya.
"Ini sangat diluar dugaan, tapi ini tidak membuatku takut sama sekali. HAHAHA.. RASANYA AKU AKAN MATI"
Seseorang muncul dibelakangnya, dia membuka jas birunya sambil tersenyum "Ya, waktumu sudah berakhir" ucapnya, dia menyelimutinya dengan jaketnya sambil menatap wajahnya tajam. Dia pergi setelah meninggalkan selembar kertas di mejanya.
"Pergilah ke neraka"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments