Angin sepoi-sepoi berhembus mengangkat beberapa helai rambutnya, ia memejamkan matanya " Sejuk kan? duduk di pinggir pantai memang paling menyenangkan " Andrew datang, dia duduk disampingnya. Mar berpikir tangannya pasti membawa sekantong plastik penuh berisi camilan yang ia minta.
" Mana camilanku? " pintanya.
" Aku tidak beli camilan, aku cuma beli sandwich "
Mar mengalihkan pandangannya, diam-diam Andrew mengamati raut wajahnya " Makan camilan terlalu banyak itu tidak sehat, lebih baik makan ini " sarannya, tapi Mar masih kesal.
" Kalau minumannya apa? "
" Yogurt blueberry "
" Minta satu "
Andrew terdiam, sementara Mar menunggunya
" Mana minumannya? "
" Kak? " panggilnya.
Andrew tersadar " Kenapa tiba-tiba? "
" Apanya yang tiba-tiba? "
" Tidak, aku pikir.. kamu sudah banyak minum tadi " ucapnya.
" Kakak lebih aneh hari ini " batinnya dalam hati.
Matahari mulai terbenam, mereka berdua saling mengamati pemandangan dihadapan mereka. Sesaat Mar bergumam " Apa kita pernah kesini sebelumnya? "
Andrew menoleh " Ini pertama kalinya kita kesini "
" Tapi, aku merasa pernah melihat ini sebelumnya " Mar menolehkan kepalanya menghadap Andrew.
Andrew terdiam, melihat wajah Mar dari dekat cukup membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dia memalingkan kepalanya sembari memegang dadanya " Kenapa? apa kamu sakit? " tanyanya.
" Tidak apa-apa " ucapnya.
" Kalau kamu sakit lebih baik kita pulang sekarang "
Andrew menunjuk ke dirinya " Kamu mengulanginya lagi, kita itu bersaudara dan aku bukan orang asing. "
Keningnya berkerut " Apa aku salah berucap? " tanyanya.
" Ya kamu tadi mengucapkannya "
" Oke, maaf kalau gitu " ucapnya, Mar mengambil tas disampingnya " nanti kita tidur dimana? " bisiknya.
" Aku sudah menyewa kamar tadi, kamu sudah mengantuk? "
Mar menguap " Ya, aku sangat mengantuk "
Mereka berdua segera pergi dari pantai menuju ke hotel, dalam perjalanan suasana di dalam mobil hening, Mar kembali menguap sedangkan Andrew fokus menyetir. Penerangan di jalanan yang minim membuatnya sulit untuk melihat jalanan sekitarnya, sesekali Andrew melirik ke Mar.
" Mau musik? "
Mar mengangguk " Boleh " untuk kesekian kalinya Mar menguap lagi " Lagu klasik, aku ingin mendengar lagu klasik " ucapnya.
Andrew memutar tombol radio " Oke, kalau tidak ada lagu yang lain ya? " dia melihat ke arahnya, dan menemukan Mar sudah tertidur.
' River flows in you, sebuah karya yang diciptakan Yiruma ini rupanya diciptakan tahun 2001 dan masuk ke dalam album keduanya yang berjudul First Love. Wah.. rasanya nostalgia ya kalau mendengar musik ini, dulu aku kalau lagi galau suka sekali dengar musiknya. '
' Aduh.. masalah galau karena putus cinta atau jatuh cinta nih? '
' Ya galau karena mengenang cinta pertama lah '
' Oh ya ya, ngomong-ngomong tentang galau aku juga pernah mengalami galau berkepanjangan tapi saat itu aku nggak dengar lagu ini '
' Eh sudah nanti aja ya dilanjutin ceritanya, sesaat lagi musiknya akan kami putar. Selamat menikmati musiknya Bestie '
Percakapan sesaat di radio selesai, musik diputar menemani perjalanan mereka di malam yang sunyi. Andrew sesekali mengamati wajah damainya, tiba-tiba Mar tersenyum, Andrew yang melihat hal itu pun juga ikut tersenyum.
Mar meregangkan tubuhnya, hidungnya mengendus aroma lezat. Matanya setengah terbuka, masih malas bangun ia hendak tidur lagi tapi Andrew berhasil menggagalkan rencananya " Aku beli camilan kesukaanmu, dan juga pizza yang enak. Wah kalau aku yang memakan semuanya pasti lebih lezat " ucapnya.
Seketika matanya terbuka lebar " jahat sekali " ucapnya.
" Mar, gimana kalau habis gini kita pergi keluar? "
Mar berpikir " Mau pergi kemana? "
" Cepat mandi sekarang, terus makan, selesai makan ayo langsung keluar. "
Mar menghela nafas " Oke, tunggu sebentar " ia bangun dari kasur, sebelum ke kamar mandi ia berhenti di depan meja makan " Aku akan makan dulu, terus baru mandi "
" Tidak boleh, mandi dulu baru makan " tangannya mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi, lalu dia menutup pintunya.
Begitu kaca mobil terbuka, hembusan udara segar menghampirinya, Mar menarik nafas dalam-dalam
" Ternyata udara di pedesaan rasanya berbeda dengan di perkotaan " Mar memejamkan matanya
" Kalau boleh memilih, aku ingin tinggal disini " ucapnya.
Andrew melirik " Kamu begitu suka tinggal disini? "
Mar mengangguk.
" Apa masih jauh perjalanannya? "
Andrew mengamati google map di ponselnya
" Sebentar lagi sampai " ucapnya.
Melihat perubahan lampu jalan yang tiba-tiba, Andrew langsung menginjak rem, Mar terkejut
" Hati-Hati, " ia memegang dadanya " tadi itu berbahaya, pelankan saja laju mobilnya. "
" Maaf " khawatir, Andrew memeriksa keadaannya
" Sudah pasang sabuk pengaman? " tanyanya.
" Sudah "
Dari arah belakang mobil mereka, baik Andrew maupun Mar mereka tidak tau apa yang akan terjadi. Andrew sibuk memeriksa keadaannya dan Mar berusaha menenangkan dirinya sendiri. Beberapa menit berikutnya, mobil mereka terdorong ke depan ke tengah-tengah perempatan jalan, tiba-tiba terdengar bunyi klakson dari berbagai arah, tidak terduga dari arah kanan mobil lainnya melaju dengan kecepatan tinggi hendak menghindar namun mobil mereka tetap terkena, mereka terpelanting hingga badan mobil membentur tiang lampu jalan, Andrew dan Mar ditemukan tidak sadarkan diri.
.
.
Mar membuka matanya " Dimana aku? " matanya bergerak ke arah tangannya, di atas tangannya ada selang panjang, pandangannya beralih ke celananya lalu dari arah samping terdengar suara pintu terbuka, " Mar?? " panggil seseorang.
Perlahan matanya bergerak mengarah ke orang yang memanggilnya " Dimana aku? " tanyanya.
"Tunggu sebentar, aku harus panggil dokter sekarang"
Mar memegang tangannya " Dimana Andrew? "
" Istirahatlah dulu, nanti kita bicara lagi " ucapnya.
Mar kembali menutup matanya.
Fera segera keluar dari kamar pasien, dia berlari menuju ke tempat resepsionis, " Fera? " panggil seseorang di belakangnya.
Fera menoleh " Hagar.. "
" Gimana perkembangan Andrew? "
Hagar diam, dia hanya menatap wajahnya. Seorang pria memakai seragam putih berjalan mendekati mereka " Apa terjadi sesuatu Bu? "
Fera mengangguk.
Dokter, Fera dan Hagar masuk ke dalam kamar pasien, dokter memeriksa denyut nadinya sementara Fera dan Hagar mengamati dari belakang. Tiba-tiba Mar membuka matanya, ia melirik ke samping dan matanya tertuju pada sosok berbaju putih selanjutnya mengarah ke Fera.
" Dimana Andrew? " tanyanya.
" Dia ada di kamar pasien " ucap dokter.
Mar menggerakkan tubuhnya, dokter yang menyadari niat Mar langsung menahannya " Saya tau anda khawatir dengannya tapi saya menyarankan anda sebaiknya istirahat dulu sampai tubuh anda dalam kondisi optimal "
" Tapi.. "
Dokter mengelus lengannya " Tenang, dia akan baik-baik saja. Ah.. saya lupa memberitahu anda, kondisinya semakin stabil jadi ada kemungkinan dalam waktu dekat dia akan segera sadar. "
Fera mengangguk " Dengar kata dokter atau kamu akan terjebak disini selamanya " ancamnya.
Setelah mendengar ucapan dokter barusan, ia menghela nafas lega, setidaknya ia bisa mendengar kondisi Andrew baik-baik saja. Dirinya kembali berbaring, pandangannya mengarah ke jendela, hari ini langit terlihat lebih cerah daripada di hari sebelumnya, apa mungkin ini pertanda baik?. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
~ MONOLOG
Melihat dia tersenyum, hatiku terasa senang. Aku menyadarinya jauh sebelum aku bertemu dengannya. Bagaimanapun aku masih berharap dia juga memiliki perasaan yang sama, dimanapun dan kapanpun aku akan selalu berada didekatnya, namun semenjak kehadirannya aku semakin gelisah, takut kalau suatu saat dia akan menemukan kebenarannya. Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.
Andrew menyandarkan punggungnya, tiba-tiba ponselnya berdering, dia mengambil ponselnya di atas meja lalu mengangkat panggilannya " Sudah aku lakukan, tapi ini tidak akan bertahan lama. Kalau kamu mau memperpanjangnya lagi hubungi aku " panggilannya dimatikan dari sana.
Andrew menaruh ponselnya ke atas meja, dia melihat jam dinding kemudian dirinya memandang sosok wanita yang tertidur di ranjang cukup lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments