Namanya Mar

Pandangan matanya fokus, tubuhnya condong ke depan, sedang kakinya berpijak pada pedal. Kakinya menekan pedal dengan kuat menimbulkan putaran roda sepeda semakin cepat. Malam kemarin di atap rumah sakit dia hampir saja mengumpat di hadapan wanita itu kalau saja dia tidak tau maksud dari ucapannya, tapi untungnya dia bisa berpikir dengan tenang sesaat sebelum dia meresponnya.

Selesai olahraga, dia segera membersihkan tubuhnya kemudian setelah berpakaian, dia melihat dirinya di cermin " Kenapa aku terlihat sangat tua? " pikirnya.

Ponselnya berdering, dia melihat siapa yang menelponnya, lalu mengangkat panggilannya " Ya Zef? "

"Ada yang ingin aku katakan tentang hal kemarin, yang kita bicarakan di ruang istirahat, dimana kamu sekarang? "

" Aku lagi di jalan, ada apa Zef? "

" Yah.. aku ingin memberitahumu tentang kemarin, maksudku tentang pasien itu. "

Sam semakin mempercepat laju kendaraannya, begitu sampai dia segera berlari masuk ke dalam rumah sakit.

" Pasien yang namanya Monel, kamu tau ibu yang punya anak perempuan kecil, kemarin saat kerabatnya diminta untuk melunasi pembayaran operasinya, mereka malah ribut di rumah sakit, tidak ada satupun dari mereka yang mau membayarnya, dan akhirnya operasi ditunda. Barusan aku dengar dari salah satu perawat kalau kondisinya semakin menurun, Sam aku tidak tau kenapa aku harus memberitahumu tentang ini, aku hanya berpikir mungkin kamu pantas untuk tau. "

Sam menuju ke kamar dimana ibunya Ceri berada, dari kejauhan yang terlihat di matanya hanya Ceri seorang, dia hendak pergi ke arahnya namun saat seseorang terlihat keluar dari kamar ibunya entah kenapa firasatnya semakin tidak enak. Perlahan dia mendekatinya, tiba-tiba terdengar suara orang menangis dan ada orang yang menepuk bahunya.

" Ceri.. " panggilnya.

Ceri hanya diam, Sam mendekatinya

" Bagaimana kabarmu? "

Ceri tetap diam, perlahan Sam menyentuh tangannya " Kalau kamu ada kesulitan kamu bisa memanggilku kapanpun kamu mau. "

Ceri menoleh ke arahnya, " Apa ibu masih bisa bertahan hidup? " lalu dia menundukkan kepalanya " kenapa kebanyakan orang berharap kalau ibu tidak akan bertahan hidup lama. "

Sam terkejut, " Siapa yang mengatakannya? katakan padaku Ceri "

" Mata mereka, juga terlihat jelas dari cara mereka mengatakannya. "

Tiba-tiba ia teringat perkataan wanita kemarin " Anda telah menyia-nyiakan mata anda. "

Sam bergegas menuju ke ruang dokter Fakhri, dia langsung masuk ke dalam ruangannya "Kamu! ada apa denganmu?" ia berjalan mendekat ke arahnya " Kamu harusnya melakukan sesuatu yang lebih penting daripada mengurus bisnismu " ucapnya tegas.

" Apa maksudmu? tidak mengetuk pintu, tiba-tiba masuk ke dalam ruangan orang, dimana sopan santunmu? " Fakhri berbalik menghadapnya.

Sam duduk di kursi, dia menyilangkan kedua tangannya " Pasien yang bernama Monel, kamu tau dia harus segera dioperasi tapi apa yang kamu lakukan?! kamu lebih mementingkan urusanmu yang tidak begitu penting sementara pasienmu kamu biarkan menderita, kamu sebut dirimu sebagai dokter? "

" Urus saja urusanmu sendiri, kenapa harus repot-repot mengurusi urusan orang lain " Fakhri duduk berhadapan dengannya " Kamu tau pacarmu, oh bukan sekarang lebih tepatnya dia itu mantan pacarmu, dia itu sangat merepotkan orang terus dia itu sama sekali tidak sadar diri kalau selama ini dia hanya dibodohi. "

Sam menatapnya tajam " Terserah kamu mau berkata apa tentangnya, lagipula aku sudah tidak peduli dengannya dan.. aku meragukan ini tapi aku yakin kamu termasuk ke dalam kategori dokter uang, " setelah puas mengatakan semuanya, dia pergi keluar dari ruangannya.

" Permisi?? " panggil seseorang.

Sam menoleh ke belakang, dia melihat suster berdiri dihadapannya " Ya, ada apa sus? "

" Anda meninggalkan name tag anda di balkon " tangannya menjulur ke arahnya, di telapak tangannya ada name tag yang rupanya memang miliknya.

" Ah itu.. oke terimakasih " dia mengambil name tag dari tangannya.

" Bolehkah aku bertanya satu hal? " Suster mengangguk, " siapa yang menemukan name tagku? " Sam penasaran.

" Kalau tidak salah namanya Mar " kata perawat.

" Jadi namanya ternyata Mar " dia tersenyum puas.

" Ada apa dok? "

" Tidak apa-apa, hanya senang saja. Makasih ya " dia tersenyum, lalu pergi kembali ke ruangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!