Minggu pertama, dirinya mulai melakukan terapi. Sebelum sesi terapi dimulai, ia merasa ragu, tapi dokter itu datang ke ruangannya, kembali meyakinkannya dengan kata-katanya dan sekarang melalui terapi ini ia lalui hari-harinya bersama dengannya.
Ia duduk di kursi tunggu sembari menggoyangkan kakinya " Jangan lakukan banyak gerakan secara langsung dalam satu hari " mendengar suara itu kakinya langsung berhenti bergerak, ia mendongakkan kepalanya " Maaf, sepertinya aku terlalu bersemangat " ucapnya.
" Tidak apa-apa, itu bisa dimaklumi, tapi jangan diulangi lagi " dokter Azef duduk di sampingnya, dia memegang tangannya " Jujur saya senang melihat perkembangan kondisi anda, dan melihat semangat anda untuk sembuh, saya benar-benar mengapresiasinya "
" Jika anda terus berkonsultasi dengan saya setiap saat, saya yakin dalam waktu dekat anda bisa segera kembali pulang ke rumah "
" Terima kasih, kalau bukan karena dukungan dari anda mungkin saya akan semakin lama disini " ucapnya.
Setelah selesai membahas tentang terapinya bersama dengan dokter Azef, ia keluar dari ruangannya lalu pergi menuju ke kamarnya. Disisi lain, ada tangan bergerak dengan anggun, menekan setiap tuts piano, tangannya bergerak lambat terkadang cepat menyesuaikan tempo lagu yang dimainkannya sehingga suara dentingan piano terdengar mengalun merdu di telinga penikmat musik. Seketika suara sorakan dari para penonton meramaikan suasana di rumah sakit.
Perlahan ia mendekati lokasi pertunjukkan " Ada acara apa? " gumamnya.
Salah satu pasien menanggapinya " Pertunjukkan hiburan untuk para pasien "
" Apa pertunjukannya baru dimulai? " tanyanya.
" Sudah dimulai sekitar 20 menit yang lalu, tapi terkadang ia meminta request lagu dari pasien jadi mungkin hari ini akan berlangsung lebih lama, "
" Oh jadi gitu "
" Namaku Pita, kamu? "
" Marchi, biasa dipanggil Mar " ucapnya, orang itu langsung menjabat tangannya " Salam kenal Mar, ngomong-ngomong kenapa kamu dirawat disini?. "
" Itu.. terjadi karena kecelakaan "
" Maaf, seharusnya aku tidak bertanya tentang ini, " orang disampingnya ini berbisik " Kamu tidak mau request lagu? "
Mar berpikir sesaat sebelum ia menggelengkan kepalanya " Tidak. "
" Kenapa? " orang itu penasaran, tapi Mar tidak memberinya jawaban.
" Hampir semua pasien disini ingin meminta orang itu untuk memainkan lagu kesukaan mereka lo, ayolah pasti kamu ada lagu yang kamu suka dengar "
" Apa ada yang mau request lagu? " orang yang bermain piano itu berbalik menghadap ke para penonton, menawarkan permintaan lagu pada mereka. Para pasien langsung mengacungkan tangan, mereka mulai berebutan, ada yang ingin lagunya Christina Perri, ada yang meminta lagunya Celine Dion, dan lainnya memiliki jenis musik favorit yang berbeda-beda, termasuk orang disampingnya yang meminta musik Canon Rock.
Pandangan matanya mengarah ke orang disampingnya " Ya anda, mau request lagu apa? "
Suara orang disampingnya terdengar sangat antusias
" Canon rock Johann Pachelbel " dia berteriak, lalu berbisik padanya " Lihat.. dia benar-benar orang yang pengertian. "
Mar hanya mengangguk, kemudian berpamitan padanya " Aku harus pergi sekarang, senang bisa berbicara denganmu " setelah itu ia mulai menjauh dari lokasi pertunjukkan.
" Tunggu sebentar, nona yang disana.. apa anda tidak mau request lagu? "
Langkah kakinya berhenti, sesaat ia berpikir, siapa yang dia panggil barusan?. Ia menghiraukannya kemudian kembali berjalan menuju ke kamarnya, sementara itu orang yang memanggilnya tadi mengamatinya dari jauh.
Sampai di kamar Mar dibantu perawat turun dari kursi roda kemudian dibantu naik ke atas ranjang.
" Apa besok orang yang bermain piano itu kembali mengadakan pertunjukan disini? "
Perawat meresponnya " Mungkin ya mungkin tidak karena dia tidak pernah memberitahukan pada kami hari apa dia akan tampil jadi tidak tau pastinya kapan dia tampil lagi. "
" Saya pikir tadi dia memanggil anda " ucapnya.
" Tidak mungkin, saya bahkan tidak meminta lagu apapun untuk dia mainkan "
" Dia memang begitu, suka menghibur para pasien. Saat itu suasana di aula ramai, dan banyak dari mereka stres karena penyakit yang mereka derita, ada yang tertekan karena biaya pengobatan, dan para dokter juga mulai kelelahan menangani pasien yang terus berdatangan, tiba-tiba dia datang membawa biolanya lalu mengadakan pertunjukan dadakan di aula. Awalnya pertunjukannya ditentang oleh pihak rumah sakit, namun seiring berjalannya waktu dia akhirnya diperbolehkan mengadakan pertunjukkan musiknya "
" Kenapa dia mengadakan pertunjukan disini? "
Perawat berkata " Aku dengar dari rekan kerja, waktu itu teman dekatnya mengalami koma selama 4 tahun, dia hampir setiap hari mengunjungi temannya meski temannya koma dia tetap menemaninya sepanjang waktu. Banyak orang berpikiran mungkin dia merasa bersalah. "
" Bagaimana dengan temannya? apa dia sudah bangun dari koma? "
" Tidak, dia telah meninggal " ucap bu perawat.
" lalu mengapa dia masih melakukan pertunjukan disini? "
" Tidak ada yang tau alasan sebenarnya " perawat itu mengambil piring kosong dari meja, dan dia berkata
" Kalau butuh sesuatu langsung panggil saya ya? "
Mar mengangguk.
Selama menjalani terapi dari minggu pertama sampai minggu ketiga, kondisinya semakin lama semakin membaik. Ia masuk ke dalam ruangan bersama Fera, sedang dokter Azef duduk dihadapannya. Dirinya merasa lega setelah mendengar kabar dari dokter kalau mulai besok ia diperbolehkan pulang ke rumah. Suara Fera menyadarkannya " Akhirnya kamu sudah bisa pulang. "
" Ya nggak terasa ya " wajahnya terlihat tidak bersemangat.
" Kenapa kamu tidak bersemangat? " Fera menepuk kedua punggungnya " Semangat semangat!!. Lagipula besok kamu masih bisa menikmati sisa liburanmu "
Mar menoleh " Apa aku dipecat? " ia mulai khawatir.
" Tenang, aku tidak berniat melakukan itu. Justru aku memberi sisa liburanmu yang kemarin, masih tersisa satu hari, yah.. jadi manfaatkan waktu liburanmu. "
Ia menghela nafas " Aku sudah bosan, kamu tau.. selama aku disini aku tidak melakukan apapun selain melakukan terapi "
" Sebagai ganti liburan, kembalikan pekerjaanku maka aku akan memikirkannya sebagai liburan "
" Liburan ya liburan.. beda sama kerja, kamu mau aku terlihat seperti bos yang kejam? memaksa karyawan yang masih belum pulih untuk bekerja "
" Terserah, pokoknya aku pingin masuk kerja. Tidak ada kata liburan, tidak lagi. "
Fera mendesah, akhirnya dia menyerah " Oke oke.. jangan menyesal dan jangan mengeluh sakit saat kerja nanti. "
Mar terkekeh "Terimakasih bosku yang terbaik hehehe"
.
.
Mar keluar dari rumah sakit, ia menunggu Fera didepan sesuai dengan permintaannya. Ponselnya berdering, ia membuka ponselnya lalu pesan masuk dari Andrew muncul.
" Sudah pulang ke rumah? "
Ia membalas pesannya " Belum, ini lagi menunggu Fera "
" Oke, hati-hati dijalan "
Ia kembali mengetik " Kapan kakak diperbolehkan pulang ke rumah? "
" Sepertinya minggu depan baru bisa pulang "
Pesan dari Fera masuk " Tunggu disana, sebentar lagi aku kesana "
Mar membalas " Oke, aku tunggu. "
Ia berdiri sembari meregangkan tubuhnya, lalu kembali duduk di kursi di taman.
" Halo.. " seseorang tiba-tiba datang menyapanya, Mar berkata " Maaf, ini siapa ya? "
" Aku tadi yang memanggilmu, eum.. maksudku saat ada pertunjukan musik tadi "
Mar terdiam, ia baru teringat dengan suaranya " Oh.. jadi ini anda " Mar mengangguk.
" Lagi menunggu jemputan? "
Mar kembali mengangguk.
" Bolehkah aku tau namamu? " tanyanya.
" Nama saya Mar, kalau anda? "
Orang itu berkata " Nama saya Sam " setelah saling memperkenalkan diri, beberapa menit berikutnya tidak terdengar suara darinya, apa mungkin orang itu sudah pergi?, pikirnya.
Suaranya tiba-tiba terdengar "Sebenarnya.. aku dokter yang awalnya menangani perawatan anda, maksud saya.. awalnya saya yang menjadi dokter penanggungjawab anda, tapi karena...."
Mar mengangguk " Tidak apa-apa, saya mengerti kalau anda sebagai dokter pasti juga memiliki kesibukan yang lebih penting daripada pekerjaan " ucapnya.
" Aku pikir kamu akan marah "
" Tidak.. saya justru sangat berterima kasih pada anda, karena dokter Azef membantu meringankan beban saya selama melakukan terapi " ia terdiam sebentar lalu berkata
" dan akhirnya sekarang saya bisa kembali ke aktivitas seperti semula " bibirnya melengkung membentuk senyuman.
" Ah.. jadi begitu, yah.. senang mendengarnya "
" Kenapa suara anda terdengar seperti menyesal? " tanyanya.
" Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu, aku pikir kamu salah dengar. "
Mar terkekeh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments