"Ara tungguin aku dong," pinta Leo dengan nafas ngos-ngosan karena mengejar Ara yang berjalan sangat cepat.
"Ya ampun, ternyata hantu bisa capek juga ya...?," Ara menghentikan langkahnya dan meledek Leo .
"Ya bisa lah Ara, itu tadi siapa sih...? Kok dia gangguin kamu gitu, greget banget aku ngeliat nya. Tapi... Maaf ya tadi aku gak bisa langsung bantuin kamu, harus liat kamu kesakitan dulu," ucap Leo lirih dan menundukkan kepalanya.
"Apaan sih Leo, aku tau kok situasi dan kondisinya. Aku juga tau kalau itu tadi kerjaan kamu kan yang bikin batu krikil melayang ke kepalanya Bryan, biar mampus dia sekalian," Ara berkata dengan ekspresi puasnya.
"Oh..... Jadi tadi itu Bryan mantan tunangan kamu ya, pantas tadi aku dengar dia bilang menyesal, mau cerai, mau balikan juga sama kamu," Kata Leo sambil manggut-manggut.
"Iya bener, masak kamu gak ngeh sih dari tadi Leo, dasar hantu....." Teriak Ara tanpa sadar.
Semua orang yang ada di sekitar tercengang dan menatap Ara, Ara terdiam, senyum lalu pergi begitu saja tanpa beban dan di ikuti oleh Leo.
"Kamu sih kenapa teriak-teriak, entar kamu di bilang gak waras lho, alias gila," ucap Leo.
"Kamu juga sih gitu aja gak ngeh, tapi makasih ya udah bantuin aku tadi," ucap Ara berbisik.
"Iya tadi kan aku cuma fokus ke kamu aja, mau berusaha bantuin kamu yang kesakitan gara-gara cowok kasar itu," Leo ikut berbisik.
"Ngapain sih ikut bisik-bisik juga ga ada yang denger kamu ngomong," ucap Ara tersenyum.
Ara masuk kelas mengikuti mata kuliah, sementara Leo menemani dan melihatnya dari jendela, Leo takut jika terlalu dekat akan mengganggu Ara yang sedang fokus belajar.
Selesai kuliah, seperti biasa Ara tidak langsung pulang ke rumah, Ara lebih memilih nongkrong atau shoping atau sekedar jalan-jalan, biasanya kalau tidak sendirian, ia akan mengajak teman-teman kampusnya. Asal semua Ara yang bayar, teman kampus tidak akan ada yang menolak di ajak bersenang-senang. Tetapi kali ini Ara lebih memilih di temani oleh Leo yang tulus menemaninya, meski Leo hanyalah pria tampan dari dunia lain.
...
Ara dan Leo kali ini pergi ke Pantai. Menghirup udara segar dan bermain-main air laut.
Ara yang meletakkan tas-nya di pinggir pantai tidak mendengar ada suara telepon masuk karena ponselnya ada di dalam tas tersebut. Bisingnya suara ombak mengalahkan suara ringtone ponsel Ara.
Ara dan Leo bercanda, tertawa bersama. Ara tidak peduli karena orang di sekelilingnya menatap Ara dengan tatapan sinis.
"Ara, kamu gak takut di kira gak waras karena di anggap berbicara sendiri....?" Tanya Leo.
"Siapa juga yang peduli, yang penting itu i'm very happy," jawab Ara yang membuat Leo juga merasa bahagia.
Sore pun telah tiba, sunset di langit terlihat sangat Indah memperingatkan bahwa matahari akan terbenam. Setelah puas bermain, Ara dan Leo pun bergegas pergi ke mobil dan menuju pulang ke rumah.
...
Sesampainya di rumah, Ara sudah di tunggu oleh maminya yang berada di ruang tamu.
"Ara dari mana saja kamu? Mami telpon gak di angkat, Mami telpon teman kampus kamu katanya dari siang jam kuliah sudah selesai, kamu keluyuran kemana saja sampai jam segini baru pulang?" bentak mami Ara.
"Kenapa bentak- bentak gitu sih ngomongnya, lagian ada apa? tumben Mami cari Ara, Ara jalan-jalan lah. Ngapain juga pulang ke rumah gak ada juga kan yang nungguin, udah kayak gak punya orang tua juga, biasanya juga Mami gak peduli, kenapa sekarang jadi sewot," jawab Ara ketus.
"Ara jangan kurang ajar ya kamu," kata Mami Ara dengan wajah amarahnya.
"Udah lah Mi Ara capek, mau ganti baju dan istirahat," Ara berjalan meninggalkan maminya.
"Ara, Mami belum selesai ngomong sama kamu, tungguin Mami Ara......" Teriak bu Maria dan mengejar Ara, tetapi Ara sama sekali tidak menggubrisnya
Ara berlari masuk ke dalam kamarnya, ia menutup pintu dan Leo dengan mudah menembus pintu itu. Padahal Ara tidak mengunci pintu kamarnya tersebut.
Bu Maria menyusul Ara ke kamarnya karena ada maksud yang belum ia sampaikan.
Saat akan mengetuk pintu kamar, ia mendengar Ara sedang berbicara, seperti berbicara dengan seseorang, tetapi tidak terdengar suara lawan bicaranya .
"Aku kesel banget sama mami, jarang pulang, terus pulang-pulang malah marah-marah gak jelas gitu," kata Ara kesal.
"Ara kamu gak boleh ngomong gitu, gimanapun juga itu ibu kamu, maksudnya itu baik, kamu harus ngerti juga dong," ucap Leo pula.
Mami Ara tadinya mengira anaknya sedang curhat dengan temannya lewat telepon, tetapi karena penasaran dengan laporan pembantunya tentang sikap Ara akhir-akhir ini, bu Maria memberanikan diri membuka pintu kamar Ara yang tidak dikunci secara perlahan agar tidak bersuara dan tidak di ketahui oleh Ara.
Benar saja, dengan mata dan kepala bu Maria sendiri ia melihat Ara sepertinya sedang berbicara langsung dengan seseorang dengan ekspresi wajah dan tangannya yang bergerak.
"Ngerti apa ha...? kenapa kamu jadi belain mami aku sih," bentak Ara.
"Bukan gitu Ara, aku gak belain mami kamu kok," Leo mau menjelaskan tetapi tidak jadi karena mereka menyadari ada mami Ara yang masuk ke dalam kamar Ara.
"Mami..... Kenapa masuk kamar aku gak ketuk pintu dulu sih," bentak Ara menatap maminya penuh amarah.
Bu Maria ingin marah, akan tetapi di tahan demi maksud tertentunya.
"Maaf sayang, Mami main masuk saja. Kamu tadi ngomong sama siapa...?" Tanya Mami Ara penasaran.
"Bukan urusan Mami, Mami juga gak akan percaya kalau aku cerita," jawab Ara.
Bu Maria yang merasa ada yang tidak beres dengan anaknya, hanya mencoba untuk bersabar dan bicara baik-baik menghadapi Ara yang sedang emosi.
"Ra, Mami mohon kamu dengerin Mami dulu. Mami minta maaf sama kamu karena Mami sudah salah, Mami terlalu sibuk sampai tidak bisa perhatiin kamu. Mami janji akan menebus kesalahan Mami dengan sering pulang ke rumah nemenin kamu, Mami juga sudah putuskan dalam satu minggu ini tidak mengurus butik, semua sudah Mami serahkan sama orang kepercayaan Mami," jelas mami Ara dan menangis.
Ara terdiam dan hatinya mulai tersentuh. Dia juga sadar kalau kedua orang tuanya itu bekerja keras untuk dirinya agar bisa hidup layak serta berkecukupan.
"Mami janji.... ?" Tanya Ara.
"Iya sayang Mami janji," jawab mami Ara.
Ara dan Mami nya pun berpelukan, Leo yang menyaksikan kejadian itu juga ikut merasakan terharu bahagia.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
Nita Anjani
susah juga ternyata y jadi horang kaya, walau hidup serba kecukupan tp tetep juga. ada kurangnya yaitu kurang kasih sayang
2021-11-22
0