Behind The Ex'S Shadow
Kyara sedang berdiri di depan halaman sebuah cafe sambil menunggu dering telepon yang menghubungkannya dengan Billa.
“Hallo Billa, kamu udah di mana? Aku udah di depan cafe nih.” Cerocos Kyara saat panggilannya terhubung setelah 5 kali berdering.
“Maaf Key, aku masih di kantor dan lembur. Kayaknya aku fix gak bisa ikut.” Jawab suara di sebrang sana.
“Apa? Kalau gitu aku juga gak usah hadir, toh gak ada kamu yang nemenin.”
“Yahh, sayang dong Key, udah sampai sana jauh-jauh juga kan. Masuk aja sana buru. Aku juga udah bilang Deni untuk tinggalin kursi untuk kita, pleaseee…” Bujuk Billa merasa tak enak hati.
Kyara menghentak-hentakkan kakinya, masih bingung harus masuk ke cafe itu atau tidak, di mana teman-teman SMAnya sedang mengadakan reuni. Terlihat dari luar teman-temannya sudah berkumpul dan banyak yang hadir.
“Kyaraaa…, ayo masuk.” Seorang pria menyapa Kyara yang masih berdiri kebingungan. Kyara mendongak melihat, ternyata Deni yang memanggilnya.
“Billa tadi telfon gue, katanya loe dah sampe tapi malu masuk sendiri, ayukk gue temenin.” Ajak Deni lagi. Kyara tersenyum canggung menanggapi. Semua mata mengarah ke arah pintu café saat Deni membukakan pintu untuk Kyara. Dengan sopan Kyara mengangguk dan tersenyum terima kasih pada Deni.
Bisik demi bisikan pun terdengar saat Kyara melangkahkan kakinya menuju meja panjang yang tersedia untuk 30 orang itu.
“Teman-teman, Kyara hadirrrr.. yeayy..!” Teriak Deni memancing sambutan, beberapa berteriak dan bertepuk tangan asal. Kyara yang kikuk hanya tersenyum dan mengganguk.
“Hai semua, apa kabar?” Sapanya halus melambaikan tangan.
“Gileeee…, makin cakep loe Key, terakhir kita ketemu 6 tahun lalu gak kayak gini, beda banget sekarang.” Cerocos Ray yang disambut teriakan riuh dari teman lainnya. Kyara hanya tersenyum, ia malas membalas karena suara di café yang terlalu berisik.
Kyara sendiri adalah pribadi yang tertutup dan tidak terlalu dekat dengan teman-teman SMAnya. Sudah seringkali Kyara tidak menghadiri acara reuni SMAnya, dan baru kali ini dia hadir, itupun karena bujukan Billa yang berjanji akan menemaninya juga, namun nyatanya Billa yang tidak hadir.
Kyara melihat sekelilingnya dan berusaha mengingat-ingat beberapa nama temannya. Matanya terpaku saat bertatapan dengan sepasang mata yang sangat ia kenal. Mata itu tajam memperhatikannya, Kyara tersenyum membalas bermaksud menyapa. Pemilik sepasang mata itu adalah Revan, yang adalah cinta monyet Kyara sejak kecil. Mereka dipertemukan di satu sekolah dasar dan saling menyukai hingga SMA, namun hubungan mereka tidak berlanjut.
“Kyara, duduk di siniii…!” Teriak James sengaja berdiri dan memberikan kursinya pada Kyara. Letak kursi itu tepat berada di samping Revan. Kyara tentu saja melambaikan tangannya bermaksud menolak.
“Ehh, loe gilaa? Ntar istrinya Revan tahu gimana?” Celetuk yang lain protes.
“Hari ini semua yang ada istri ada suami, dianggap singleeee…, biar ngulang masa remaja.” Jawab James iseng. Tak disangka, ternyata ide James disambut yang lain dengan antusias.
“Bener tuh, sanaaa Kyara duduk samping Revan aja. Couple cinta monyet yang gagal, kali aja abis ini jadi berhasil.” Celetuk Bambang tanpa dipikir.
“Hussh! Ngomong apa loe Bambang, jangan asal ngomong! Revan udah nikah dan dia tuh cinta mati sama Angela.” Protes Sinta tidak suka dengan celetukan Bambang.
Deni pun mengulurkan tangannya memberi jalan agar Kyara duduk di sebelah Revan. Kyara mengelengkan kepala halus dan tampak tidak setuju.
Kyara tidak ingin duduk di sebelah Revan, selain hubungannya dan Revan yang sekarang sudah menjadi dingin, tentu akan aneh rasanya duduk bersebelahan dengan mantan dan ia juga tidak ingin menjadi gosipan teman yang lain.
“Duduk sini aja Key, kenapa loe takut? Masih punya perasaan sama gue?” Kali ini celetukan itu berasal dari mulut Revan yang kembali disambut riuh oleh teman yang lain.
Kyara menatap kaget pada Revan yang juga melihatnya dengan senyuman angkuh, jelas pria itu sedang menantang dirinya.
Kyara merapikan dressnya yang agak terbuka di bagian paha karena tertarik ke atas saat ia duduk. Ia akhirnya tidak punya pilihan untuk duduk di sebelah Revan, ditambah bullyan temannya yang terus bersorak menyuruh ia duduk di samping Revan.
Revan memperhatikan penampilan Kyara yang memang berbeda sejak terakhir mereka bertemu, wanita itu terlihat lebih dewasa dengan tatapan matanya yang masih sama, polos, ceria dan menenangkan. Hidungnya mancung dan senyumnya manis. Malam itu Kyara menggunakan dress putih dengan motif polkadot hitam, rambutnya ia kuncir setengah dan selebihnya ia biarkan tergerai dengan bebas, memberikan kesan manis dan elegan.
Kulitnya yang putih ditambah penampilannya malam itu sangat menarik perhatian temannya, bahkan beberapa pengunjung café menoleh dan melirik ke arahnya.
Kyara kembali merapikan dressnya yang tertarik tiap kali ia bergerak. Revan yang sedari tadi memperhatikan, tentu saja menyadarinya. Ia mengulurkan jasnya dengan perlahan dan tersembunyi di bawah meja.
“Ini.” Sodor Revan dengan nada cuek.
“Kenapa?” Tanya Kyara bingung. Revan menunjuk ke bawah, Kyara pun mengerti dan menyambut jas itu.
“Terima kasih.” Ucap Kyara senang mendapatkan perhatian kecil dari Revan itu.
Interaksi kecil mereka tentu saja terlihat oleh Ray yang duduk di sebelah kiri Kyara.
Kyara terlihat bosan dengan pertemuan itu, ia sesekali mengecek handphonenya yang tidak ada apa-apa sama sekali. Satu porsi spagetti sudah ia habiskan. Temannya yang lain asik mengobrol satu sama lain, sedangkan Kyara tidak dekat dengan siapapun di sana.
“Hai semuanya, lagu ini ingin saya persembahkan kepada kakak cantik yang sedang berkumpul dengan temannya di sana.” Suara dari speaker café yang tiba-tiba terdengar membuat seisi café hening sesaat. Apalagi perkumpulan reuni SMA menyadari ucapan yang dimaksud mengarah kepada mereka. Ekspresi bingung menghiasi wajah mereka, menerka-nerka siapa kakak cantik yang dimaksud.
"Ehh nunjuk ke meja kita nihh...," Seru Sinta penasaran.
“Loe kali… selera loe kan berondong.” Tunjuk James pada Sinta.
“Mayan broo, brondongnya ganteng, cakep…” Jawab Sinta semangat, diiringi dengan gelak tawa yang lainnya.
“Kakak berbaju putih totolan hitam…,” Lanjut suara itu, membuat semua menoleh pada Kyara. Kyara yang tidak menyadari dan fokus memainkan games di handphonenya tentu saja tidak sadar.
“Key…, Kyara… dipanggil tuh.” Teriak yang lain membuat Kyara tersentak kaget dan bingung melihat semua temannya tertuju padanya.
“Ada apa?” Tanyanya polos.
“Tuh, kayaknya loe deh yang disebut-sebut.” Jawab yang lain dan disambut riuh.
“Hai, Kak Kyara…, gak tahu kamu masih ingat aku atau gak, tapi, kecantikan luar dalam kamu, selalu terukir di hatiku. Lagu ini, untuk Kak Kyara.” Ucapan pria yang terlihat baru berusia 27 tahunan itu membuat riuh seisi café.
Kyara menoleh menyipitkan matanya memperhatikan siapa pria yang dengan berani bernyanyi dan menyebut namanya di depan umum itu. Bibirnya ternganga saat menyadari siapa brondong itu, “Nathan?” Ucap Kyara pelan.
Lagu Comethru – Jeremy Zucker berkumandang dengan merdu dinyanyikan oleh Nathan, jarinya terlihat lincah memetik gitar yang dipangkunya, rambutnya berkilauan terkena pantulan lampu panggung membuat pengunjung café tersenyum-senyum memuja ketampanannya.
Now I'm shaking, drinking all this coffee
These last few weeks have been exhausting
I'm lost in my imagination
And there's one thing that I need from you
Can you come through, through?
Through, yeah
And there's one thing that I need from you
Can you come
Through, through
Through, yeah
And there's one thing that I need from you
Can you come through?
Lirik lagu itu seakan mewakili isi hati Nathan yang ingin ia ungkapkan kepada wanita yang 5 tahun lebih tua darinya itu. Suara tepuk tangan dan sorakan bergema saat Nathan menyelesaikan lagunya dan turun dari panggung kecil di café itu. Nathanpun berjalan menghampiri Kyara yang terkesima dengan penampilannya.
“Nathan, WOW…!” Seru Kyara yang sudah berdiri bertepuk tangan menyambut dengan takjub. Nathan tiba-tiba saja memeluk Kyara dengan erat.
“I miss you, so much…, tapi aku kehilangan kontak kamu. Gak nyangka bisa bertemu Kak Key di sini.” Seru Nathan bahagia.
Mereka saling mengenal saat Nathan mengikuti magang perkuliahan di kantor lama Kyara bekerja. Sikap Kyara yang suka menolong dan sabar saat mengajarinya membuat Nathan merasa bersyukur bisa bertemu dengan orang sebaik Kyara.
"Kau semakin keren...," Puji Kyara memberikan dua jempol pada Nathan.
"Dan kau semakin cantik...," Balas Nathan menepuk halus kepala Kyara.
Interaksi manis kedua orang itu tentu saja membuat iri dan cemburu yang melihatnya, menjadi bahan gosipan yang panas dan semua bertanya-tanya apa hubungan Kyara dan pria muda di depannya yang ia panggil Nathan itu.
Ray memperhatikan perubahan wajah dan sikap tidak suka Revan sedari awal nama Kyara disebutkan oleh Nathan, apalagi saat pria muda itu melangkah dengan tampan menghampiri Kyara, rahang Revan tampak mengeras, tampak menahan diri untuk terlihat biasa tapi ia tahu sahabatnya itu sedang menahan cemburu.
“Berikan aku handphonemu.” Pinta Nathan tanpa ragu.
“Untuk apa?” Tanya Kyara sambil mengulurkan handphonenya.
“Supaya aku bisa sering berkomunikasi dan bertemu dengan Kak Key.” Jawaban jujur itu berhasil membuat Kyara tersipu malu. Nathan menyimpan nomornya di handphone Kyara, kemudian mengirimkan pesan ke nomornya.
“Aku punya nomor Kak Key sekarang. Nanti aku akan hubungi lagi, sepertinya kamu sedang reuni.” Ucap Nathan yang pandai membaca situasi. Ia tidak ingin menganggu, apalagi ia juga menyadari pandangan mata para wanita di cafe yang menatap cemburu pada Kyara.
“Hmm, kita lanjutkan obrolannya nanti.” Pamit Kyara kemudian kembali duduk di kursinya saat Nathan sudah berbalik pergi.
Suara bisik-bisik membicarakannya terdengar dari mulut teman-temannya. Sebenarnya reputasi Kyara tidak terlalu bagus di mata teman SMA nya, karena ia anak tertutup dan jarang bergaul dengan teman SMA nya, ditambah lagi dengan urusan percintaannya dengan Revan yang tidak berakhir dengan harmonis, membuat orang-orang semakin mengecap bahwa ia bukanlah orang yang menyenangkan.
“Busyettt Key, brondong juga diembat. Padahal Sinta udah keGRan loh.” Ceplos Bambang lagi tanpa saring.
“Dia itu..,” Omongan Kyara terpotong karena disela temannya.
“Jelaslah! Loe lupa apa, dulu aja Revan yang udah tergila-gila ngejar dia, dihempasin gitu aja cuma demi kakak kelas siapa tuh namanyaaa....,” Ujar Henny menambahkan.
“Rendra.” Jawab yang lain.
“Ah iyaa, Rendra. Cantik sih boleh, tapi playgirl juga loe Key, siapa aja hayuk lagi.” Lanjut Henny yang terdengar kasar.
“Hushh…, jangan asal omong loe Hen. Lagian udah masa lalu, ngapain diungkit terus. Revan aja udah move on.” Bela Ray yang kasihan melihat wajah Keyra menahan malu dan kesal.
Revan tersenyum kecil, ia senang teman-temannya seakan membantunya melampiaskan kekesalannya dengan apa yang ia alami 14 tahun lalu.
“Bukan gitu kenyataannya.” Kata itu keluar begitu saja dari bibir mungil Kyara karena kesal dipojokkan. Ia tahu teman-temannya tidak menyukai kehadirannya.
Revan terpancing, ntah kenapa ia menjadi penasaran apa ada kenyataan lain yang terjadi, tiba-tiba ia berharap ia mendapatkan kejujuran dari Kyara sekarang sehingga ia bisa memaafkan kesalahan wanita itu.
“Lalu apa kenyataannya?” Desak yang lain.
“Ada…, tapi untuk apa dibicarakan sekarang, toh semua sudah lewat dan gak akan mengubah apapun.” Kyara tidak ingin menceritakannya, lagipula tidak sepatutnya hal itu dibahas di depan 20an temannya.
“Hmm, gak seru nih…, kita mana tahu loe jujur apa gak. Gini deh, kalau loe emang jujur, loe berani gak minum 2 gelas bir ini? Kalau berani, kita bakal percaya deh sama loe.” Goda Henny sengaja menantang Kyara.
“Hen, loe udah kelewatan deh,” Tegur Ray.
“Lho, kenapa? Kan cuma dua gelas bir, gak bikin mabok kok.” Tantang Henny lagi.
Kyara menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang tantangan Henny. Ia tahu setengah gelas bir saja sudah bisa membuatnya mabuk, karena ia bukanlah peminum yang handal, apalagi jika ia menghabiskan 2 gelas bir. Tangannya saling meremas di bawah meja. Revan yang memperhatikan tentu saja merasa sedikit kasihan, tapi ia juga ingin tahu kelanjutannya.
“Jangan diladenin kalau memang gak bener.” Bisik Revan pada Kyara seakan meremehkannya. Kyara melototi Revan dengan kesal kemudian berdiri.
“Aku minum!" Jawabnya tegas dan mengambil segelas bir yang ada di tengah meja. Kyara meneguk bir itu dengan perlahan. Revan tentu saja terkejut dengan reaksi dan keberanian Kyara yang membuatnya semakin tertarik untuk mengetahui kebenaran di masa lalu.
Kyara berhenti saat bir itu baru saja habis setengah gelas. Wajahnya bahkan sudah mulai memerah.
“Minum, minum, habiskan, go, go!!” Teriak yang lain. Kyara memaksakan dirinya untuk meneguk habis bir itu, beberapa tetes mengalir di lehernya membuatnya terlihat seksi dan menggoda.
Satu gelas bir berhasil Kyara habiskan, jantungnya mulai berdebar cepat tak karuan dan tubuhnya mulai panas. Kyara meniup udara keluar dari mulutnya, berusaha menetralkan dirinya. Ray terlihat cemas dan tidak tahan melihat Kyara dibully seperti itu.
“Sudah Key, jangan diteruskan. Ayo, aku antar pulang.” Bujuk Ray yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Kyara. Wanita itu pantang menyerah. Ini masalah harga dirinya. Jika ia mengalah lagi malam itu, maka gossip dan image terhadap dirinya akan semakin tidak enak didengar.
“One more, one more!!” Teriak yang lain. Tangan Kyara bergerak mengapai satu gelas bir lainnya. Baru saja akan menyesap gelas kedua, tangan Revan bergerak cepat menahan tangannya dan merebut gelasnya, langsung meneguk habis bir itu dengan secepat kilat.
“Wahhh… curanggggg!! Apa-apaan Revan, masih belain mantan.” Protes yang lain. Revan hanya diam tidak menanggapi. Kyara menatapnya keheranan.
“Kenapa kau membantuku?” Tanya Kyara.
“Kau sudah mabuk.” Jawab Revan singkat kemudian keluar dari café dan memutuskan untuk duduk di dalam mobilnya menenangkan diri.
“Sh*tttt! Kenapa gue malah lindungin tuh cewek.” Protes Revan memijat dahinya.
Tak lama berselang, Revan melihat Ray sedang memapah Kyara keluar dari café dan akan berjalan menuju mobil Ray. Revan segera keluar dari mobilnya dan menghampiri.
“Kenapa Ray?” Tanya Revan cemas melihat Kyara linglung.
“Kyara mabok, gue anter dia pulang dulu.” Jawab Ray dengan sorot mata khawatir melihat Kyara.
“Biar gue aja. Sini.” Revan segera merebut dan memapah Kyara untuk menuju mobilnya, meninggalkan Ray yang keheranan. Dengan lembut Revan mendudukan Kyara di kursi penumpang sebelah kemudi, ia bahkan memastikan seatbeltnya terpasang dengan benar.
“Loe yakin anter Kyara pulang?” Tanya Ray yang seakan ingin memastikan temannya itu untuk mengingat statusnya yang sudah beristri.
“Yakin. Gue jalan dulu.” Jawab Revan terburu-buru kemudian segera menyalakan mobilnya.
“Woii, mang loe mau anterin ke mana?” Teriak Ray seiring mobil Revan melaju. Ia tidak habis pikir dengan tindakan Revan saat itu. Tapi ia tahu bertahun-tahun ia berteman dengan Revan, teman baiknya itu tidak pernah melupakan Kyara dan masih peduli dengan wanita manis itu.
.
.
.
.
.
To be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments