~Chapter 02: The story begin~

Area 21+

Revan mengendarai mobilnya dengan pelan, tidak ingin membuat Kyara terusik dan terbangun.

"Enggg... Eummm..." Kyara berusik karena mual menyerangnya. Melihat hal itu Revan segera menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, tidak ingin membiarkan Kyara muntah di mobil mewahnya.

"Heiii, muntahlah di sini." Ucap Revan yang segera menarik Kyara keluar dari mobilnya. Tak menunggu lama, Kyara benar-benar memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan. Dengan telaten Revan membantu Kyara, mengusap wajah gadis itu dengan tissue dan menyodorkan air minum yang ada di mobilnya.

Setelah memastikan Kyara aman dan tidak muntah lagi, Revan mengecek isi tas Kyara, mencari alamat tempat tinggal gadis itu. Tapi sia-sia, ia tidak membawa KTP, handphonenya pun dikunci. Revan mendadak menyesal menawarkan diri mengantarkan Kyara.

Revan lanjut melajukan mobilnya dan melintasi sebuah hotel mewah. Tiba-tiba ia terpikirkan untuk menurunkan Kyara di sana. Ia pun memutar balikkan mobilnya dan menuju hotel itu.

Melihat kondisi Kyara yang linglung total, tidak mungkin ia meminta petugas hotel yang mengurusinya. Akhirnya Revan memarkirkan mobilnya di lobby dan membopong Kyara untuk cek in serta mengantarnya ke kamar.

Revan menjatuhkan Kyara di kasur berukuran queenbed kemudian berbalik berniat menyudahi pertolongannya malam itu. Tapi penampilan Kyara sekarang sangat bertolak belakang dengan beberapa jam yang lalu, sangat berantakan.

Revan menggulungkan lengan kemejanya ke atas dan mengangkat Kyara duduk di kloset kamar mandi. Ia mengambil handuk dan membasuh wajah Kyara dengan lembut. Tangannya terulur menyentuh dan mengelus wajah wanita pujaan hatinya, yang sama sekali belum pernah ia sentuh sejak dulu.

Alis matanya yang halus, hidung mancungnya, bibir mungilnya, dagu dan rahang wanita itu. Kali ini ia dengan bebas bisa menikmati dan menyentuhnya.

"Enggg... mulutku pahit." Protes Kyara setengah sadar.

"Ini, kumur dan gosok gigilah." Revan menyodorkan sikat gigi dan gelas berisi air. Dengan sempoyongan, Kyara menguatkan dirinya dan mengosok giginya di depan wastafel.

"Ahh, kepalaku pusing." Ucap Kyara berusaha berjalan menuju tempat tidur. Revan segera memegang lengannya memastikan wanita itu tidak oleng dan terjatuh ke lantai.

"Lagian, kenapa memaksakan diri untuk minum?" Tanya Revan terselip rasa kesal.

"Hmm, karena aku ingin membuktikan kenyataan." Jawab Kyara jujur.

"Kenyataan apa?" Tanya Revan penasaran.

"Kenyataan bahwa aku sebenarnya tidak bersalah sepenuhnya, kenyataan bahwa aku belum bisa melupakanmu dan menyesal sudah mencampakkanmu." Jawab Kyara sambil mendorong-dorong dada Revan.

"Apa maksudmu?" Tanya Revan tidak menyangka. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak cepat dan tidak karuan. Itu adalah kata-kata yang ingin ia dengar 14 tahun lalu. Kenapa baru sekarang semua terjadi?

"Kalau bukan karena... Ahh sudahlah, kau tidak akan percaya." Jawab Kyara masih linglung dan tiba-tiba terjatuh ke kasur dengan menarik kemeja Revan, membuat mereka terjatuh bersamaan.

Deg... Deg... Deg...

Jantung Revan tidak karuan, ia tidak bisa mengendalikannya lagi. Melihat Kyara tertidur di bawahnya dan menatap wajah manisnya yang hanya beberapa centi dari matanya. Ini adalah apa yang ia bayangkan selama ini.

Bibir kecil berwarna pink itu, seakan menggoda untuk disentuh. Revan tidak ingin menyia-siakan kesempatan, ia seakan lupa dengan statusnya. Ia meletakkan bibirnya dengan lembut, merasakan halusnya bibir Kyara.

Tak berhenti sampai di situ, Revan mulai ******* bibir Kyara, membuat Kyara terusik dan melenguh. Tangan Kyara bergerak melingkari leher Revan. Dengan setengah sadarnya, ia membalas ciuman Revan dan berusaha menyimbangi karena ciuman itu terasa semakin ganas. Ciuman itu berlanjut ke rahang dan leher Kyara yang memang sudah Revan lirik sedari awal, apalagi saat melihat Kyara meneguk bir, berhasil membuatnya membayangkan apa yang sedang ia lakukan sekarang.

Tangan Revan mulai bermain dengan liar. Ia mengusap lengan Kyara dan menyentuh lembutnya kulit paha wanita itu.

Kyara yang merasakan pusing di kepalanya, namun juga menikmati setiap sentuhan Revan, ia bahkan pasrah saat Revan membuka pakaiannya satu per satu, memainkan titik-titik sensitifnya.

"Revan, pengaman." Ucap Kyara disela ketidaksadarannya saat ia merasakan Revan mulai akan mendesak masuk. Revan mengambil pengaman di kantong celananya dan membuka bungkusnya.

"Ahh, perset*an dengan itu." Batin Revan lalu membuang bungkusannya.

"Oh My God! Ini enak banget Key." Ucap Revan saat berhasil memasuki inti milik Kyara. Lenguhan demi lenguhan terdengar saling bersautan.

Revan benar-benar memanfaatkan kesempatan itu, ia melanjutkannya lagi dan lagi. Ia merasa kepuasaan dan ketagihan yang luar biasa tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

...***...

Reuni SMA malam itu berbuah petaka bagi Revan dan Kyara, dari godaan dan bullyan yang di lontarkan teman-teman mereka, membuat Kyara mabuk dan berakhir terbangun di sebuah kamar hotel.

Revan tersenyum puas karena perasaannya terlampiaskan. Ia merasa begitu puas dan bangga setelah berhasil meniduri wanita pujaannya semasa remaja itu.

Kyara membuka matanya dan mendapati Revan sudah berdiri rapi menggunakan kemejanya.

"Jadi bagaimana kita sekarang?" Tanya Kyara kebingungan dan merasa bersalah.

"Apanya yang bagaimana? Kita anggap tidak ada apapun yang terjadi di antara kita." Jawab Revan dingin.

"Kau benar, lebih baik kita menyembunyikan hubungan ini, aku akan merasa sangat bersalah kepada Angela."

"Heh? Aku rasa aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas. Tidak ada apapun yang terjadi di antara kita dan setelah keluar dari kamar ini, kita sudah kembali ke hidup kita masing-masing."

"Tapi semalam kita..." Ucap Kyara ingin menuntut penjelasan.

"Kita sama-sama mabuk, dan itu adalah kesalahan. Aku tahu kau wanita terhormat, aku rasa kau tidak akan ingin hal kotor ini menjadi aibmu." Ucapan Revan tentu saja membuat Kyara tersentak. Ia tidak menyangka akan dibuang begitu saja.

Kyara tersenyum getir. Semalam, ia ingin memperbaiki kesalahan masa lalunya pada Revan, dalam hatinya ia sungguh masih menyukainya, hingga ia rela tidur dengan pria beristri itu. Meskipun ia mabuk, tapi ia masih setengah sadar dan ingat dengan jelas kejadian semalam. Ia juga yakin, mereka melakukannya karena masih saling menyukai satu sama lain.

Tapi saat mendengar jawaban Revan barusan, keyakinan dan pemikirannya hancur sehancurnya. Ia terlalu bodoh dan naif hingga ia sendiri yang dipermainkan.

"Baik, aku mengerti." Ucapnya bergetar menahan kekecewaan, ia memilih mundur dan tidak melanjutkan karena ia sadar dirinya memang bersalah karena tidur dengan suami orang lain.

"Pakailah bajumu. Aku harus segera pulang." Ucap Revan sambil melemparkan baju wanita itu ke arah Kyara.

“Kau, pulanglah dulu.” Ucap Kyara lalu kembali berbaring menahan tangis, kepalanya masih sakit terasa semakin menusuk.

“Baiklah, jaga dirimu.” Jawab Revan lalu melenggang pergi dari kamar hotel itu. Selepas Revan pergi, Kyara menangis sekencang-kencangnya. Ia bersumpah tidak akan pernah bertemu dengan Revan lagi dan akan mengubur dalam-dalam perasaan dan masa lalunya.

Revan kembali ke rumahnya, seorang wanita berambut panjang sepinggang tersenyum ramah menyambutnya.

“Akhirnya kamu pulang.” Ujar wanita itu lega saat melihat suaminya memasuki rumah.

“Maaf Angela, aku semalam…,”

“Iyahh, aku tuh dah curiga kamu tuh keasikan dan handphone kamu gak diangkat. Akhirnya aku telfon Ray, katanya kamu nginep di tempet dia. Baru deh aku tuh lega dan tidur.” Jawab Angela dengan polos membuat Revan terkejut dan merasa bersalah.

“Engg…, iyahh. Hmm, aku ganti baju dulu.” Jawab Revan menghindari topik pagi itu.

Angela mengikuti Revan ke dalam kamar, ia memperhatikan tubuh Revan yang altetis dan berotot. Angela mengusap pelan bahu suaminya dan memeluknya dari belakang.

"Semalam tanpa kamu, rasanya kangennnn banget." Manja Angela. Revan mendadak kikuk saat mendengar kata semalam. Revan balas memeluk Angela dan mengecup kening istrinya yang sudah ia pacari 10 tahun dan nikahi hampir 3 tahun itu. Angela berjinjit mencium bibir Revan, tangannya berusaha membuka celana Revan.

"Angela...," Bisik Revan pelan berusaha menghentikan istrinya. Namun Angela sedang menginginkannya pagi itu, ia dengan agresif mendorong suaminya ke ranjang. Revan membalikkan tubuhnya dan mulai ******* bibir Angela dengan nafsu. Ia seketika merindukan tekstur bibir Kyara dan wangi alami tubuh wanita itu.

Revan berusaha menyadarkan dirinya, ia membuka matanya dan melihat Angela yang menikmati permainan mereka, kemudian ia kembali mencium leher istrinya, menghirup dalam aroma wanita yang ia bersumpah akan jaga seumur hidupnya itu.

"Ahh...," Geram Revan tiba-tiba saat kenangan semalam kembali terlintas di kepalanya, membuatnya tidak bisa melakukannya sekarang dengan Angela.

Angela mengerutkan keningnya saat Revan tiba-tiba menarik diri dan beranjak dari kasur.

"Ada apa sayang?" Tanya Angela cemas.

"Maaf, kepalaku sakit." Jawab Revan asal.

"Kamu istirahatlah, aku ambilkan obat dan makanan dulu." Jawab Angela lembut tanpa menaruh curiga sedikitpun.

...***...

Lebih dari satu bulan berlalu, Kyara belum juga mendapatkan tamu bulanannya, ia menanti dengan cemas. Ia panik dan cemas jika ia benar-benar hamil, tapi jika tak salah ingat, ia melihat Revan mengambil pengaman dari saku celananya, tapi ia tidak yakin Revan menggunakannya.

"Shitttt!" Batinnya frustasi.

Akhirnya ia memberanikan diri membeli testpack dari aplikasi online shop. Kyara tidak bisa tidur dengan nyenyak menanti hari esok tiba, ia sungguh ingin segera mengecek hasil testpacknya.

Alarm pukul 05.00 pagi berdering dan Kyara bergegas terbangun dan menuju kamar mandi. Ia menunggu beberapa menit menanti hasil garis yang muncul, satu garis sudah terlihat dengan jelas, ia menanti lagi beberapa saat tapi tidak ada perubahan. Kyara pun merasa lega dan tersenyum tenang. Mungkin ia telat menstruasi karena belakangan suasana hatinya sedang kacau.

Hari demi hari berlalu, Kyara melewati harinya seperti biasa, sesekali ia bertemu dengan Nathan yang sekarang mulai mengisi hari-harinya, membuatnya hampir lupa kalau ia belum juga mendapatkan tamunya. Kyara memilih berfokus pada pekerjaannya yang menyita banyak waktu dan pikirannya. Sesekali Kyara meminum jamu dan obat pelancar mens dengan harapan dapat membantu melancarkan mensnya yang tertunda.

“Hoeekssss…, Hoeeeksss…” Hingga suatu pagi Kyara merasakan mual saat bangun tidur dan berusaha memuntahkan sesuatu dari perutnya. Ia merasa sangat lemas, padahal ia tidak memuntahkan apapun.

“Perlu ku temani ke dokter? Kau terlihat sangat pucat.” Tanya Billa saat melihat Kyara duduk di sofa dengan lemahnya. Billa dan Kyara adalah teman baik sedari SMA dan saat ini mereka tinggal bersama dalam satu unit apartemen.

“Tidak, aku hanya masuk angin, belakangan pekerjaanku sedang banyak dan aku terlalu banyak lembur.” Yakin Kyara.

“Kau yakin? Aku bisa mengantarmu ke dokter sekalian jalan ke kantor.” Bujuk Billa lagi.

“Tidak, aku baik-baik saja. Kau pergilah.” Ucap Kyara masih dengan berusaha menahan mualnya.

Keesokan harinya, Kyara kembali dibuat mual dan kali ini lebih parah, ia hampir saja pingsan jika Billa tidak mengecek ke kamarnya.

“Kyara, sadarlah, bangun.. Hey.. sadar…” Teriak Billa panik saat mendapati Kyara terkulai lemas di dekat kloset kamar mandinya.

Dengan sekuat tenaga Billa memapah Kyara ke rumah sakit terdekat. Kyara masih sadar tapi tubuhnya sangat lemas karena kecapekan dan muntah yang tak bersudahan.

“Ibu Kyara, syukurlah ibu cepat ke rumah sakit, jika tidak mungkin anda akan sangat membahayakan janin ibu.” Ucap dokter yang baru saja memeriksa keadaan Kyara. Kyara dan Billa sama-sama terkejut mendengarnya.

“Apa???!” Tanya mereka berbarengan.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!