~Chapter 9: Tempat tinggal baru~

Billa membantu Kyara memasukkan pakaiannya ke dalam tas. Setelah berdiskusi dengan dokter, Revan memutuskan meminta Kyara dirawat inap selama dua hari hingga kondisinya pulih.

"Kamu yakin, gak mau tinggal denganku?" Tanya Billa pelan saat melihat Kyara baru keluar dari kamar mandi.

"Hmm, aku udah terlalu banyak repotin kamu Bill. Sementara aku akan tinggal di sana, sambil mencari pekerjaan dan tempat tinggal yang cocok." Jawab Kyara tidak menyerah.

Billa menghela nafas panjang, seakan ia mengerti betapa berat usaha teman baiknya itu untuk bertahan, ia pun merasa berat membiarkan Kyara tinggal sendiri, tapi ia tahu Kyara tidak ingin membebaninya karena sekarang temannya harus menanggung kehidupan lain yang sedang berkembang dalam rahimnya.

"Semoga kali ini Revan serius dan benar-benar mau bertanggung jawab. Kalau ada masalah, jangan lupa kamu masih punya aku Key...,"

"Aku gak meminta pertanggungjawaban Revan. Ini hanya untuk sementara... Dan terima kasih Billa, sudah menemaniku di masa tersulitku." Ucap Kyara sungguh-sungguh.

Billa memeluk Kyara dengan lembut, ia sangat menyayangi Kyara seperti saudaranya sendiri.

"Wajahmu tidak pucat lagi, sepertinya keputusan Revan kali ini benar untuk membiarkan mu di rawat di sini." Ucap Billa yang melihat wajah Kyara sudah jauh lebih cerah dan segar karena istirahat yang cukup.

"Itu hanya cobaan di awal kehamilan, nanti kau juga akan merasakannya." Elak Kyara tak ingin selalu mengaitkan Revan dengan dirinya.

Revan sudah menunggu di parkiran, ia segera keluar dari mobil saat melihat Kyara dan Billa tiba di lobby rumah sakit. Pria beristri itu berlari kecil menghampiri dan segera menyambut tas baju yang dibawa Billa.

"Mari aku bantu." Ucap Revan turut memegang lengan Kyara untuk menuntunnya ke mobil.

"Aku bisa sendiri." Tolak Kyara melepaskan genggaman tangan Revan pada lengan atasnya.

"Hmm... Baiklah," Jawab Revan sedikit kecewa tapi bisa memakluminya.

"Jaga Kyara baik-baik Revan." Pesan Billa penuh penekanan, Revan menjawabnya dengan anggukan.

Kyara menaiki mobil mewah Revan dengan hati-hati. Ia baru menyadari, pria yang pernah menjadi mantan pacarnya itu sudah sukses sekarang. Kyara memejamkan matanya selama perjalanan, berpura-pura istirahat supaya tidak perlu mengobrol dengan Revan.

"Key, bangun, kita udah sampai." Ucap Revan pelan. Kyara membukakan matanya, mobil itu sudah berhenti dengan rapi di parkiran basement.

Kyara mengernyitkan dahinya, melihat sekitarnya, beberapa mobil mewah dan mahal terparkir di sana, dia di mana dan apa pekerjaan pria ini hingga bisa memiliki apartemen elit?

Kyara tampak diam mengikuti Revan menaiki lift dan menuju lantai 15 di mana unit milik Revan berada. Pikirannya sedang berkecamuk, dia menjadi ragu apa keputusannya untuk tinggal di sana adalah hal yang benar.

"Ini kamarnya..., masuklah." Ajak Revan lembut dan terlihat tulus.

Kyara menatap takjub ruangan apartemen yang lumayan besar dan bernuansa putih itu. Ada dua kamar tidur, dapur dan ruang tamu.

Kyara melangkah menuju teras balkon, terlihat pemandangan kota yang sejuk di pandang mata.

"Bagaimana? Apa kau suka?" Tanya Revan berhati-hati.

"Pendapatku tidaklah penting, lagipula aku hanya sementara di sini." Jawab Kyara terdengar ketus.

Revan tersenyum kecil, masih berusaha memaklumi apalagi hubungan dia dan Kyara memang kurang baik.

"Passwordnya 1508. Aku juga sudah menyewa ART untuk membantu dan menemanimu, tapi dia hanya akan datang dari jam 9 sampai jam 2 siang. Urusan belanja dan masak, kau serahkan saja padanya. Dia salah satu kenalan Ray, bisa dipercaya."

"Aku rasa tidak perlu...," Tolak Kyara halus.

"Tidak, kau perlu. Aku harus memastikan kau baik-baik saja dan kejadian kemarin tidak terulang." Jawab Revan tegas.

Kyara sedikit canggung melihat Revan yang seakan sekarang mengurusinya.

"Kau pakailah kamar utama, terdapat kamar mandi di dalamnya, akan memudahkanmu semasa hamil. Jika bosan, kau bisa ke taman di bawah atau di lantai 6, terdapat kolam renang juga di sana." Jelas Revan dengan lengkap. Kyara hanya menggangguk-anggukan kepalanya mendengarkan.

"Oh ya, aku akan mendaftarkan mu di kelas ibu hamil. Nanti aku akan menghubungimu untuk detailnya."

"Aku rasa cukup Revan... Ini sudah lebih dari cukup." Tolak Kyara yang tak ingin merepotkan lagi.

"Kandungan dan badanmu masih lemah, vitamin dan istirahat tidak cukup."

Kyara melongo melihat Revan yang mendadak perhatian dan memperlakukannya begitu special. Ia tidak mengharapkan bantuan lebih dari Revan, ia hanya perlu tempat tinggal sementara dan pekerjaan yang lebih baik demi masa depan anaknya.

"Baiklah, aku akan tidur dulu. Kau, pergilah bekerja...,"

"Hmm..., aku hari ini tidak perlu ke kantor, jadi aku masih ada waktu dan bisa menemanimu jika kau tidak betah sendiri."

"Tidakk..., kau juga harus bekerjakan, jadi tidak apa-apa. Kau pergilah..," Tolak Kyara dengan cepat. Mana mungkin ia membiarkan suami orang lain menemaninya?

"Hmm... Baiklah. Pinjam ponselmu." Pinta Revan. Kyara memberikan ponselnya walaupun ia tidak tahu apa yang sedang pria ini akan lakukan.

"Ini nomorku, simpanlah. Hubungi aku jika ada masalah." Ucap Revan mengulurkan balik handphone Kyara kemudian melangkah akan keluar dari apartemen.

"Aku pergi yahh...," Pamit Revan yang tidak tega membiarkan Kyara sendiri di apartemen besar itu. Kyara mengganggukkan kepala dan tersenyum kecil dengan canggung.

Revan masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya, kemudian mematikannya lagi. Ia menyandarkan kepalanya ke kursi mobil. Ada rasa kasihan dan tidak rela membiarkan Kyara sendiri di atas sana, tapi ia juga merasa bersalah pada Angela.

Revan menekan panggilan kepada Ray melalui handphonenya.

"Ray, loe di mana? Oke..., gue ke sana." Ucap Revan kemudian dengan cepat melajukan mobilnya ke sebuah cafe.

"Ini, ajuan investasi dari Olympus." Ucap Ray memberikan sebuah map pada Revan.

"Olympus? ?"

"Yesss... Mereka baru saja lolos ajuan investasi dari perusahaan Demaind Group dan ini proposal mereka beberapa minggu lalu yang baru saya tangani." Jawab Ray dengan sopan.

"Mereka berhasil mendapatkan investasi dari Mr. Leon yang dingin itu. Luar biasa juga... Lalu, bagaimana menurutmu?"

"Saya barusan melihat situasi kantor dan bisnisnya. Lumayan, boleh kita coba." Jawab Ray.

"Oke... Saya akan ikutin saran kamu...," Jawab Revan tanpa melihat dokumen yang Ray berikan tadi. Ray menatap heran pada Revan, tak biasanya teman yang sekaligus bossnya itu menyetujui bisnis tanpa mengecek detailnya.

"Apa loe sedang ada masalah yang ingin dibicarakan?" Tanya Ray menebak dan mengubah mode bicaranya sebagai mode teman.

"Gue... bingung apa yang gue lakuin bener atau gak...,"

"Apa Angela udah tahu?" Tanya Ray panik, Revan menggelengkan kepalanya lemas dan Ray pun menghela nafas lega.

"Angela pantas tahu semuanya."

"Gue belum siap Ray...,"

"Gak akan ada kata siap, saat loe nikahin Angela, apa loe bener-bener siap?" Tanya Ray lagi, Revan menggengamkan kedua tangannya bimbang, terkenang masa saat ia akan mengucapkan janji setianya pada Angela. Ia memang menyukai dan menyayangi Angela, tapi untuk menikah seumur hidup, masih terbersit keraguan di hatinya.

"Loe memang gak ngomong, tapi gue temen loe dari dulu dan gue tahu, hati kecil loe paling dalam berharap cewek yang loe nikahi adalah cinta pertama loe..., Kyara." Lanjut Ray kembali menegaskan.

Revan menatap Ray keheranan, ia tidak menyangka Ray mengerti apa yang ia rasakan bahkan tanpa harus ia utarakan.

"Angela?" Ucap Revan terkesiap kaget.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!