~Chapter 15: Celoteh Seorang Sahabat~

Ting tong ting tong...

Ting tong ting tong...

Ting tong ting tong...

Bunyi bell apartemen Ray terdengar berdering tidak sabaran, meminta sang penghuni untuk segera membukakan pintu kamarnya.

"Haisssh!! Siapa sih?" Omel Ray kesal karena ia baru saja terlelap.

Dukkk Dukk Dukkk...

Pintu kamarnya pasti akan segera didobrak jika ia tidak segera membukakannya. Entah orang gila mana yang tidak sabaran itu, Ray bahkan tidak sempat mengecek dari kamera pintu apartemennya.

"Siapa sihhh?!" Bentak Ray sembari membuka pintu dengan kasar.

"Guee...! Lama amat sih loe bukain pintu, sibuk ngapain loe?" Jawab Revan dengan kesal langsung melesak masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

Ray mengernyitkan keningnya bingung.

"Seharusnya gue yang tanya loe. Loe ngapain ke apart gue, siang gini? Ini hari Sabtu, gak family time sama bini loe? Dan lagi loe mau bikin pintu gue roboh apa?" Tanya Ray masih dengan nada kesal.

"Lagi kesel!!"

"Kenapa lagi sih loe?" Ray mengacak-acak rambutnya, kesal karena tidur siangnya terganggu.

"Gue abis bareng Kyara...," Jawab Revan jujur. Ia perlu melampiaskan pikiran, isi hatinya yang bercampur aduk dan hanya Ray tempat ia bisa bercerita.

"Lha? Ngapain kalian?" Kepo Ray heran dan ikutan duduk di sofa sebrang Revan, ia siap mendengarkan.

Jika menyangkut urusan Kyara, tentu saja Ray ingin tahu, karena ia sangat mendukung kedua teman masa sekolahnya itu untuk bersatu, meskipun mungkin cara dan jalan mereka salah.

"Gue tadi pagi ke tempet dia, ngajakin cek kandungan bareng, ajak dia belanja keperluan hamil juga....,"

"Terus?" Tanya Ray saat Revan tak melanjutkan ceritanya.

Revan menghela nafas sesaat sebelum menjawab lagi.

"Pas balik apart, kita berdua gituan...," Jawab Revan sedikit ragu dan malu untuk bercerita.

"Kalian berdua gituan? Gituan gimana?" Tanya Ray yang tidak langsung mengerti.

Revan menatap kesal pada Ray, masa ia harus menjelaskannya dengan detail.

"Yaaa gituan lahh, gobl*k!" Sahut Revan tanpa saring.

"Whatttt???! Kalian ML?" Tanya Ray kaget dan menutup mulutnya yang terperangah kaget, Revan menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Waiiittt! Kyara kok mau?" Tanya Ray penasaran.

"Maksud loe??" Revan tersinggung dengan pertanyaan Ray.

"Kalau loe mah udah pasti mau gituan sama dia... Nah, dia kok mau lagi sama loe?" Tanya Ray sambil mengerakkan jari telunjuk dan tengahnya, membentuk telinga kelinci di atas kepalanya saat ia menekankan kata lagi.

"Awalnya dia nolak, tapi...,"

"Loe paksa kan... Ahh, loe mah, selama ini gak bisa gituan lagi sama Angela, beneran nyari empunya kan loeee...," Ledek Ray mendapat tatapan sinis dari Revan.

Ray tersenyum geli, meledek keyakinan hati Revan yang selama ini berusaha setia pada Angela.

"Loe seneng amet sih liat temen loe susah!"

"Susah kenapa loe? Bukannya loe enak, berasa ada simpanan, di rumah ada di apart ada... Opsss...," Ledek Ray lagi.

"Pusing gue Ray..."

"Makanya loe mesti putusin, mau pilih siapa, yah memang menyakiti salah satu sih...,"

"Kyara nolak gue. Dia bilang tadi gak special dan itu cuma karena hormon hamilnya."

Ray menangkap penyebab kekesalan Revan, ternyata sahabatnya itu merasa tidak dianggap oleh Kyara. Ray tersenyum lebar, entah kenapa ia senang melihat Revan mengejar dan menderita karena ditolak oleh Kyara. Mungkin karena ia merasa Revan pantas mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Nah impas dong... Sama kayak waktu loe pertama kali tidurin dia di hotel, dan saat itu loe juga dengan seenaknya bilang gak terjadi apa-apa."

Revan tertegun, seperti baru menyadarinya.

"Kenapa? Loe baru sadar dan rasanya sakit, mau marah?" Tanya Ray lagi menembak isi hati Revan.

"Iyah...,"

"Itulah yang Kyara rasain saat itu..., tapi gue yakin dia lebih sakit daripada yang loe rasain."

"Kok loe mojokin gue sih? Gue ke sini mau nenangin diri, yang ada makin panas dibuat loe...," Protes Revan.

"Gue gak mojokin loe... Tapi sedari awal, yang buat ulah dan lupa status itu loe. Lagian loe sendiri, kalo belum move on dari Kyara ngapain sok nantangin dia duduk samping loe, pake nyodorin jas pula untuk nutupin rok dia...,"

"Anjirr, memang segitu ketaranya? Habis dia memang makin cantik bro, mana rela gue cowok lain liatin dia begitu...," Jawab Revan jujur.

"Makin cantik iyah, tapi gak dibuntingin juga bro..,"

"Asem loeeee!!" Ucap Revan sambil melempar bantal sofa ke wajah Ray karena kesal sedari tadi diceramah oleh Ray.

"Gue tahu loe berusaha bertanggung jawab, baik ke Angela maupun Kyara... Tapi loe tetep harus milih, demi kebaikan kalian semua. Kalo loe mau lanjutin kebohongan loe ke Angela, lepasin Kyara Van... Dia berhak bahagia, dan mungkin tanpa loe... Banyak cowok yang antri dapetin dia. Dia udah hamil aja, Nathan sama Kenan masih mau...," Peringat Ray pada Revan.

"Kenan?" Tanya Revan. Jika Nathan, ia sangat yakin pria muda itu menyukai Kyara. Tapi Kenan, Revan tak yakin, karena perlakuannya terlihat biasa saja terhadap semua orang.

"Kenan juga naksir Kyara brooo... Loe gak lihat apa, tatapan prihatinnya deep gitu ke Kyara... Tapi dia lebih dewasa aja, dari yang gue perhatiin, dia tuh takut nyinggung perasaan Kyara karena hamil diluar nikah, makanya dia sangat berhati-hati bersikap sama Kyara. Mungkin dia lagi nunggu waktu yang tepat untuk masuk ke dalam hati Kyara." Jelas Ray mengutarakan penilaiannya. Sebenarnya ia pun sengaja memanas-manasi Revan, karena ia geram melihat Revan yang menggantungkan 2 wanita baik itu, ia berharap Revan bisa segera menentukan keputusannya.

Revan memijat kepalanya, terasa berat. Dalam hati ia membenarkan apa yang Ray katakan, maka bertambah pula saingannya, menetapkan hati saja ia belum siap, bagaimanapula jika saingannya bertambah. Revan rasanya tidak rela jika melihat Kyara harus bersanding dengan pria lain tepat di depan matanya.

"Arghhh... Gue mesti gimana ya Tuhannn...." Keluh Revan mencengkram rambutnya sendiri.

"Loe bentar lagi mau liburan kan sama Angela, manfaatin aja kesempatan ini untuk cari tahu perasaan loe." Saran Ray.

"Loe sendiri udah tahu, ke mana hati gue berpihak." Ucap Revan pasrah.

Ray berjalan ke dapur dan mengambil dua gelas air minum, menyodorkan salah satunya kepada hadapan Revan.

"Minum dulu...," Tawar Ray dengan sopan.

Sakit kepala dan lelah yang menderanya membuat Revan meneguk habis air minum itu dalam satu tegukan.

"By the way, gue baru sadar. Loe ternyata bawel juga yah...," Ucap Revan pada Ray, dalam hati dia berterima kasih memiliki teman seperti Ray.

"Dengerin nihh si Ray, celoteh seorang sahabat... Dijamin happy...," Jawab Ray sambil membanggakan dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!