~Chapter 5: Test DNA~

Kenan membantu Kyara membereskan peralatan mengajar, merapikan kursi-kursi yang berserakan dan menghapus papan tulis.

"Terima kasih Kenan. Oh ya, nanti makan siang di sini saja, sepertinya Ibu sudah menyiapkan makan siang." Ucap Kyara ramah.

"Tentu saja, ayo kita masuk." Jawab Kenan antusias.

Seusai makan siang, Kyara dan Kenan masih melanjutkan diskusi mengenai pembagian tugas mereka dalam memberi pengajaran kepada anak-anak.

"Setelah ku pikirkan, lebih baik kamu banyak memberi tugas dan latihan ke anak-anak. Terlalu banyak berdiri dan berjalan tidak baik untuk kondisimu saat ini." Saran Kenan membuat Kyara keheranan.

"Kenapa tidak baik?"

"Bukannya kamu sedang mengandung, terlalu rawan untuk sang bayi kalau kamu kecapekan." Jawab Kenan dengan lembut.

"Ahh, apakah tampak begitu jelas? Baju longgar ini bahkan tidak bisa menutupi perutku, sepertinya memang sudah mulai membesar." Ucap Kyara terdengar pasrah, ada sorot kesedihan di matanya.

Kenan yang memperhatikan perubahan sikap Kyara tidak berani banyak bertanya walaupun ia penasaran. Dalam pikirannya penuh pertanyaan, bagaimana Kyara bisa berakhir di Panti Asuhan dengan keadaan hamil, apakah ia korban pemerkosaan, suaminya meninggal, atau tidak ada yang mau bertanggung jawab padanya?

"Tanggung jawabmu akan semakin berat, menjadi wanita hamil tidaklah mudah. Nanti, kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa hubungi aku." Ucap Kenan penuh perhatian. Kyara hampir saja terlena dengan perhatian kecil itu jika ia tidak mengingat keadaan dirinya saat ini.

"Terima kasih Kenan, aku senang bisa bertemu teman yang baik sepertimu." Jawab Kyara tersenyum manis.

Kenan memperhatikan wajah Kyara yang lembut, penuh ketenangan, tapi juga terpancar luka mendalam. Ia pasti sudah mengalami sesuatu yang menyedihkan.

Beberapa hari kemudian...

Aktifitas pagi hari Kyara lakukan seperti biasa, ia mengikuti saran Kenan untuk lebih banyak memberi anak-anak tugas dan latihan mengingat ia juga masih sering mengalami morning sickness yang membuatnya merasa lebih cepat lelah.

“Kyara…” Sapa suara perempuan di belakangnya. Kyara menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya, wajahnya tersenyum senang melihat ternyata Billa yang datang mengunjunginya.

“Billa…, kok datang gak bilang-bilang?” Tanya Kyara sambil memeluk Billa dengan erat.

Kekagetan Kyara berlanjut saat menyadari Billa tidak datang sendiri. Tampak Revan dan Ray sedang berjalan menghampiri mereka.

“Untuk apa mereka ke sini?” Tanya Kyara tidak senang dan menarik Billa untuk pergi dari sana tapi Billa justru menahannya.

“Key…, Revan datang untuk berbicara denganmu.” Jawab Billa dengan nada membujuk.

“Hai Key…, apa kabar?” Sapa Ray dan tersenyum canggung. Kyara tidak menjawab, matanya melihat Revan dengan tatapan kesal, sebaliknya Revan menatap Kyara dengan perasaan penuh rasa bersalah.

“Key, boleh kita bicara?” Tanya Revan pelan.

“Bicaralah Key, kamu harus menyelesaikan masalah kalian. Apapun keputusanmu, aku akan mendukungmu.” Ucap Billa memeluk Kyara kemudian mendorong halus tubuh temannya untuk berbicara dengan Revan.

Kyara pun bersedia berbicara dengan Revan. Mereka berjalan menuju taman dengan hening tanpa saling berkata sepatah katapun.

Sepanjang perjalanan Revan memperhatikan Kyara yang terlihat lebih berisi, pembawaannya juga terasa lebih keibuan, wajah manisnya tampak pucat dan tidak bersemangat, sorot matanya sendu dan kelelahan, pasti karena bawaan hamil mudanya.

Suasana taman yang sepi dan jauh dari kebisingan, membuat hati Kyara terasa lebih tenang dan santai. Kyara duduk di kursi taman, Revan ikut duduk di sebelahnya.

“Key…, mari kita saling terbuka dan menyelesaikan masalah ini.” Revan akhirnya membuka suara.

“Oke… jadi, apa mau mu?” Tanya Kyara tanpa basa basi.

“Apa kamu benar hamil anakku?” Tanya Revan ingin meyakinkan dirinya. Kyara mengerutkan keningnya, ia merasa pertanyaan Revan menunjukkan dengan jelas kalau pria itu tidak percaya pada dirinya.

“Jika aku jawab ya, ini 100% anakmu, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Kyara ingin tahu pendapat Revan. Revan terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, seperti sangat berhati-hati untuk mengucapkannya pemikirannya.

“Pertama, aku ingin meminta maaf, karena aku tidak bisa menikahimu.” Jawab Revan dengan pelan, Kyara tersenyum kecut mendengarnya.

“Aku tidak minta kau menikahiku.” Jawab Kyara dengan kesal.

“Kedua, aku akan memberi tahu Angela tentang anak ini, tapi…, mungkin untuk awalnya aku harus berbohong padanya. Aku akan memberitahunya kalau aku mengadopsi anak temanku.”

“Maksudmu? Kamu tidak ingin mengakui anak ini sebagai anak kandungmu?” Tanya Kyara di mana emosinya mulai memanas.

“Bukan begitu Key. Tapi aku butuh waktu untuk menjelaskannya pada Angela. Aku tidak mungkin menghancurkan hubungan dan pernikahan yang sudah kami bangun bertahun-tahun.”

“Lalu? Setelah mengadopsinya, apa yang akan kau lakukan?”

“Tapi sebelum itu, aku akan melakukan test DNA terlebih dahulu, memastikan ini anakku, maka aku akan jujur kepada Angela yang sebenarnya.”

Kyara tidak bisa lagi menahan emosi yang membuncah di dadanya. Ingin rasanya ia menampar dan memukul pria itu sekuat tenaga.

“Jadi, setelah anak ini lahir dan jika terbukti ia anakmu, kamu baru ingin mengakuinya dengan caramu sendiri? Kau egois sekali Revan!” Protes Kyara tidak terima.

“Key…, aku sudah menikah, aku harus mempertimbangkan perasaan dan kondisi Angela.” Revan terdengar putus asa dan kebingungan.

“Justru karena kau sudah menikah dan mempunyai istri, jadi untuk apa malam itu kau menawarkan diri mengantarku dan membawa ku ke hotel? Anak ini, biar aku yang urus, dia bukan anakmu dan tidak ada hubungannya denganmu!” Putus Kyara dengan tegas.

“Key…, aku pasti mengakui dan merawatnya jika ia benar anakku.” Yakin Revan tidak ingin menyesal jika benar anak yang dikandung Kyara adalah anaknya.

Kyara sudah terlanjur kecewa. Ia bisa mengerti kenapa Revan memilih bersikap seperti ini. Revan adalah orang yang bertanggung jawab, tapi rasa setia pada pasangannya adalah yang utama. Dan, kesetiaan itu sudah ia rusak sendiri pada malam itu.

“Revan…, sejak pagi hari di hotel kau meninggalkan ku, aku sudah bersumpah tidak akan bertemu dan berurusan denganmu lagi. Aku tidak akan membebanimu dengan kehadiran anak ini, kau berbahagialah dengan Angela.” Tutur Kyara beranjak dari duduknya ingin melangkah pergi tapi Revan menahan tangannya.

Kyara tidak kuat lagi, rasanya hatinya sudah hancur bertubi-tubi. Ia sama sekali tidak pernah ingin hadir dalam kehidupan Revan lagi, tapi kesialan terus menghantuinya, inikah karmanya?

“Key…, tidakkah kamu sadar, kamu selalu melarikan diri dari masalah? 14 tahun yang lalu, kamu pergi tanpa memberiku kesempatan dan aku bahkan tidak tahu salahku di mana. Dan 14 tahun setelahnya, kamu juga memutuskan pergi sendiri tanpa memberiku kesempatan.” Ucap Revan lirih dengan mata menatap rindu meminta jawaban dari wanita di hadapannya itu.

“Baik 14 tahun lalu atau sekarang, itu tidak merubah apapun. Anggap kita memang tidak berjodoh.” Kyara menghempaskan tangan Revan dan melangkah pergi secepat yang ia bisa sambil menahan air mata yang sudah bergenang di sudut matanya.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!