~Chapter 6: Ada Yang terjadi 14 tahun yang lalu? ~

Kyara berlari kecil ke dalam panti. Billa dan Ray yang melihatnya segera menghampiri.

"Key, ada apa?" Tanya Billa cemas melihat Kyara sudah berlinang air mata.

"Apa Revan menyakitimu?" Tanya Ray ikut cemas.

Kyara memeluk Billa, tidak sanggup menjelaskan. Billa mengelus pelan punggung Kyara, berusaha menenangkannya.

"Tenanglah, nanti kamu stress. Tidak baik untuk kandunganmu. "

Kyara pun meluapkan tangisannya di pelukan Billa.

“Keyy… ada apa?” Tanya Billa saat mendengar Kyara cecegukan.

Ray menatap keluar melihat Revan yang berdiri di luar pintu, pria itu melihat dari kejauhan, tidak berani masuk dan menemui Kyara yang sedang menangis. Hatinya merasa sedih dan kasihan saat melihat wanita hamil itu menangis.

“Key, tenanglah…,” Ucap Ray berusaha membantu menenangkan, ia sendiri bingung harus berbuat apa.

“Aku gak mau ketemu dia lagi…, aku mohon kalian jangan temui aku lagi.” Jawab Kyara masih dalam keadaan terisak tangis di pelukan Billa.

Ray tidak ingin tinggal diam, pasti ada sesuatu yang dilakukan Revan sehingga membuat Kyara menangis seperti itu. Ray pun berjalan menghampiri Revan dengan wajah serius.

“Loe ngomong apa sama Kyara? Kenapa dia nangis gitu?” Tanya Ray menyelidiki.

Revan menggeleng-gelengkan kepalanya, bingung harus bagaimana, ia juga merasa serba salah.

“Gue bilang, setelah anaknya lahir, gue akan test DNA. Kalaupun itu bukan anak gue, gue tetep akan adopsi anaknya.” Jawab Revan dengan pasrah, membuat Ray ternganga mendengarnya.

“Revan! Gila loee… Apa pantes loe ngomong gitu sama dia? Loe bilang mau selesain masalah kalian, ini bukan selesain namanya, tapi memperkeruh keadaan.”

“Terus gue harus gimana Ray??? Gue juga udah nikah, udah punya Angela! Dan itu juga belum pasti anak gue!” Teriak Revan putus asa pada Ray.

Samar-samar ucapan itu terdengar di telinga Kyara dan Billa. Sangat menyakitkan, Billa segera menaikkan tangannya untuk menutupi kedua telinga Kyara.

“Jangan didengar Key… Loe gak butuh dia.” Ucap Billa menguatkan Kyara, matanya menatap sedih pada Kyara, dan merasa kesal pada Revan, kenapa pria itu selalu mengatakan hal yang menyakiti hati wanita.

“Kalau dari awal loe gak siap tanggung jawab, gak usah nemuin dia. Dia juga gak minta tanggung jawab sama loe! Dia gak pengecut kayak loe.” Ucap Ray kesal pada Revan.

“Gue bingung Ray, kalau itu memang anak gue, gimana? Gue gak mungkin lepasin, gue gak mau nyesel. Tapi posisi gue sulit Ray. Loe gak akan tahu karena loe gak rasain jadi gue sekarang.”

“Sayangnya gue bukan loe! Karena kalau gue jadi loe, gue pasti akan lepasin Angela.” Jawab Ray dengan berani membuat Revan mengernyitkan keningnya heran.

“Maksud loe? Gue harus cerain Angela demi bayi yang belum jelas anak gue atau bukan?” Tanya Revan ketus.

“Terlepas itu bayi loe apa bukan, loe tanya diri loe sendiri dulu. Loe lebih cinta Angela atau Kyara?” Tanya Ray membuat Revan tersentak dan terdiam.

“Karena, kalau hati loe udah 100% ke Angela, loe gak bakal tergoda untuk peduliin Kyara lagi. Gue tahu Van, dari awal Kyara dateng ke Café malam itu, mata loe gak lepas memperhatiin dia sedetikpun.” Lanjut Ray menjelaskan dan berusaha menyadarkan Revan.

Revan mengacak-acakkan rambutnya. Dia kesal dan marah, karena sebenarnya dia sadar jika dia masih memiliki perasaan pada Kyara. Tapi mereka juga sudah tidak mungkin bersama karena dia sudah menikah dan mempunyai tanggung jawab terhadap kehidupan Angela, istri sahnya. Posisinya dan perasaannya sangat sulit, dia tidak bisa memilih dengan benar.

Billa ikut keluar menemui Ray dan Revan setelah membawa Kyara ke kamarnya dan ibu hamil itu ingin ditinggal sendirian.

“Kyara gimana Bil?” Tanya Ray saat melihat Billa.

“Udah mulai tenang. Lebih baik kita pulang sekarang. Kyara juga gak mau ketemu loe lagi.” Jawab Billa tertuju pada Revan.

Revan melangkahkan kakinya dengan berat. Dia tahu dia salah, tapi dia juga tidak punya solusi lain untuk menyelamatkan kedua wanita yang dia cintai dalam hidupnya itu.

Ray mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, suasana hening mengiringi perjalanan mereka. Revan sedang bergulat dengan pikirannya yang kacau, sedangkan Billa tampak lesu memikirkan nasib teman baiknya.

“Revan…,” Panggil Billa pelan yang tidak mendapat jawaban dari Revan. Pria itu seperti tidak ingin diganggu.

“Malam itu, gue yang bujuk dan janji sama Kyara untuk nemenin gue ke reuni. Kalau gak, dia gak mungkin mau dateng. Tapi gue tiba-tiba gak bisa dateng karena masih ada kerjaan mendesak di kantor.” Ucap Billa membuka pembicaraannya, ia rasa ia harus memperbaiki nama baik Kyara sebisa mungkin di mata Revan.

“Gue juga sangat nyesel, karena gue gak di sisi dia saat itu. Kalau bisa gue putar ulang waktu, gue gak mungkin biarin temen baik gue menderita begini. Kyara juga awalnya gak cerita ke gue, tapi karena dia muntah-muntah dan hampir pingsan, akhirnya ketahuan waktu di rumah sakit. Saat itu…, hati dan hidup kami berdua hancur, sangatttt hancurr...” Jelas Billa yang terdengar pilu dan ikut kecewa, air matanya ikut menetes menggingat ulang tangis kehancuran Kyara saat itu.

“Katakanlah kalian berdua mabuk dan gak sadar saat melakukan itu. Tapi, keesokan paginya, saat kalian bangun dan sadar, dan sebagai dua orang dewasa, seharusnya loe juga tahu apa yang mungkin akan terjadi. Tapi…, kenapa loe buang dan hempas dia begitu? Dia gak mungkin sesakit dan semenderita ini, kalau dari awal loe gak nyakitin dia. Bukan masalah anak, tapi masalah perilaku loe yang nyakitin hati dia bertubi-tubi. Kalau loe gak mau tanggung jawab, udahh… lepasin aja dia. Dia juga gak mau ganggu pernikahan loe.”

“Loe pikir cuma dia yang sakit? Dulu…, 14 tahun yang lalu, dia juga nyakitin gue Bill, nyakitin gue yang udah dengan tulus mencintai dia.” Jawab Revan tidak terima menjadi pihak yang terus disalahkan.

“Gue di sini juga korban Bill…,” Lanjut Revan terdengar frustasi.

“Empat belas tahun yang lalu…, coba tanyakan kepada diri loe sendiri, kenapa Kyara mutusin untuk ninggalin loe.” Jawab Billa dengan yakin, membuat Revan dan Ray bingung, ada apa sebenarnya dengan 14 tahun yang lalu? Kenapa seakan-akan semua permasalahan berasal dari kesalahan Revan?

“Maksud loe? Itu salah gue?” Tanya Revan penasaran.

“Gue gak punya hak untuk cerita. Dan, kalau loe tahu, itu juga gak akan mengubah apa-apa.” Jawab Billa menggantungkan ceritanya, membuat Revan dan Ray bertambah penasaran.

“Apa dulu Revan melakukan hal yang nyakitin Kyara?” Tanya Ray ikut buka suara.

“Kalau gak sakit, mana mungkin Kyara ninggalin Revan? Gue udah bilang, Kyara itu, kalau udah sakit hati, dia akan sakitttttt banget. Intinya, gue bukan mau ungkit masa lalu kalian, cuma gue harap, loe lepasin dia. Biarin dia dengan hidupnya yang sekarang dan mengenai baby, biarin dia yang urus. Loe anggep aja itu bukan anak loe. Lagian gak guna juga kalau itu bener anak loe, yang ada loe bakal nyakitin ibu dan anak terus-terusan.” Jawab Billa dengan jujur.

“Gak bisa gitu Billa, itu tanggung jawab cowoknya juga. Mana mungkin semua dibebankan ke Kyara?” Protes Ray tidak setuju.

“Kan cowoknya gak bisa tanggung jawab secara total. Ngapain sih dipaksa kalau memang gak mau tanggung jawab, gue kasihan liat Kyara nangis tiap kali bahas dan ketemu Revan.”

Revan tertegun mendengar ucapan Billa, apa Kyara begitu sakit dan menderita jika berkaitan dengannya? Apa yang sebenarnya terjadi 14 tahun yang lalu? Kenapa semua serba terlambat untuk diketahui? Dan bagaimana dia harus memperbaikinya???

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!