~Chapter 03: Pregnant~

Bagaikan petir di siang bolong, mendengar Kyara hamil membuat dua sahabat itu terkejut dan tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.

“Iya, kondisi yang ibu alami saat ini adalah morning sickness dan biasa dialami ibu hamil pada umumnya. Ini akan menghilang seiring jalannya perkembang janin memasuki usia 3 hingga 4 bulan. Saya sarankan ibu jangan terlalu banyak aktifitas dan makan yang bergizi dan bernutrisi, kalau tidak, akan sangat rawan pada janin.” Jelas dokter dengan ramah. Kyara memegang perutnya, tidak percaya dengan apa yang dokter katakan.

“Apa dokter yakin dia hamil?” Tanya Billa tidak percaya.

“Iyah, kami sudah mengecek secara mendetail dan sesuai hasilnya Ibu Kyara hamil, untuk janinnya, saat ini berkembang dengan sangat sehat. Selamat Ibu Kyara untuk kehamilannya.” Dokter itu tersenyum sebelum pergi meninggalkan Kyara yang masih shock dan Billa yang penuh dengan tanda tanya.

“Jadi…, bisa kau ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Billa dengan sabar, Kyara mendongakkan kepalanya menatap mata Billa yang prihatin melihat keadaannya, tangisnya pun pecah tak terbendung. Billa memeluk Kyara dengan erat. Ia tahu temannya itu sedang menangis sedih, bukan menangis bahagia.

“Huaaaa… Huaaaaa… aku harus bagaimana Billa…?? Ahhh, huaaaa…” Isak tangis Kyara memilukan hati.

“Tenanglah, saat ini kau harus kuat. Demi bayi yang kau kandung, dan demi pemulihanmu. Kau bisa menceritakan padaku nanti saat kau siap. Aku akan mendukungmu.” Ucap Billa yang juga ikut menangis merasakan kepedihan teman baiknya itu.

Kyara akhirnya tertidur karena kelelahan menangis, matanya sembab dan wajahnya masih tampak pucat. Ia masih belum bisa makan apapun, hanya mengandalkan asupan air infus yang mengalir melalui jarum yang tertusuk di tangan kanannya.

Setelah mendapatkan perawatan selama 2 hari, Kyara akhirnya diperbolehkan pulang. Billa dengan setia menemani dan memastikan Kyara pulih secara fisik dan mental. Kyara keluar dari ruangan dokter dengan duduk di kursi roda yang didorong oleh Billa. Ia baru saja menyelesaikan pemeriksaan terakhir untuk memastikan sudah cukup aman untuk pulang ke rumah.

"Heii, Billa, Kyara... Apa yang kalian lakukan di sini?" Sapa sebuah suara saat mereka baru keluar dari ruangan dokter.

"Ahh.. James.., kami.. Hmm, Kyara...," Ucap Billa terbata-bata karena terkejut berpaspasan dengan James yang sedang bersama istrinya.

"Aku baru selesai operasi, baru saja selesai pemeriksaan akhir." Jawab Kyara asal memotong ucapan Billa.

"Ibu Niken, silahkan masuk, dokter sudah menunggu." Panggil seorang perawat.

"Maaf, kami harus segera masuk, semoga kau cepat sembuh Kyara." Pamit James karena sudah gilirannya masuk.

"Yahh, trima kasih James." Ucap Kyara dan Billa menghela nafas lega.

...***...

Malam minggu yang tenang, di sebuah cafe, Revan sedang duduk menikmati kopinya berkumpul dengan James, Dante dan Ray.

"Btw, gue ada hotnews." Buka James dengan antusias.

"Apa broo? Tentang apaan?" Sambung yang lain penasaran.

"Tentang cinta pertama Revan." Jawab James usil.

"Wahh, Kyara? Gue denger dia tambah cantik dan seksi yah, sayang pas reuni gue gak bisa dateng. Buru, cerita, loe jangan kayak tante-tante gosip, pake pemanasan dulu." Celetuk Dante tak sabaran.

“Apaan sih, paling gak penting juga.” Protes Revan memasang wajah cuek dan tersenyum kecil, malas meladeni James yang memang paling iseng dan suka bertindak seperti bocah.

"Okee..jangan potong cerita gue ya."

"Buru ahh!!" Desak Dante mulai geram.

"Okok, gue mulai cerita ya, jadi Minggu lalu gue bawa istri gue cek hamil rutinan, ketemu Kyara dong, dia duduk kursi roda didorong Billa." Senyum Revan dan Ray seketika lenyap mendengar Kyara duduk di kursi roda. Terbersit sorot kecemasan di mata mereka.

"Kenapa dia?" Tanya Ray cepat.

"Dia bilang habis operasi, gue awalnya percaya aja dong. Tapi pas gue nungguin istri di USG, gue gak sengaja kelihatan sama hasil pemeriksaan Kyara. Dan kalian tahu hasilnya apa?” James sengaja menggantungkan ceritanya, Ray dan Revan semakin tidak sabar.

“Buru ahh dasar lambe lambean loe, pake acara sok misterius segala.” Omel Dante kesal.

“Ternyata dia hamil brooo." Teriak James menuju akhir ceritanya. Ray seketika menoleh ke arah Revan yang terlihat kaget dan mematung.

"What? Itu kan kabar baik. Tapi, kapan dia nikah? Kok gak ada kabarnya?" Tanya Dante.

"Loe yakin itu punya dia?" Tanya Ray memastikan.

"Yakin 100%! Ada namanya kok, Kyara Calleya usia kandungan 7 minggu."

"Siapa lakinya? Apa cuma gue doang yang ketinggalan berita di sini?” Tanya Dante lagi yang beda 11 12 dengan James yang punya tingkat kekepoan tinggi.

"Nah itu dia, setau gua dia single dan ngapain boong ke gue kalo habis operasi, hamil kan berita bahagia.” Jawab James ikut memanasi.

“Takut pamali kali bro. Loe julid juga yahh. Kali aja dia memang udah ada pasangan dan kita gak tahu. Lebih baik kita doain dia dan babynya sehat, daripada sebarin berita gak bener gini, bukan urusan kita juga.” Bela Ray tidak ingin pembahasan Kyara semakin menjadi bahan omongan.

Seusai bubar dari café, Ray mengajak Revan duduk berbincang di dalam mobilnya. Semenjak mendengar Kyara hamil, raut wajah Ray terlihat gusar dan tidak tenang.

"Kyara..., hamil anak loe kan?” Tanpa basa-basi Ray langsung menembak pertanyaannya pada Revan.

“Apa?? Gila loee! Mana mungkin?”

“Malam reuni, loe yang anterin dia pulang. Loe bawa dia ke mana? Dan loe gak pulang rumah, karena Angela sempat tanyain gue, dan gue bilang iya, loe nginap di tempat gue karena mabuk berat. Gue selamatin loe karena gue gak nyangka loe bakal hamilin dia. Dari sikap loe mau anterin dia pulang aja itu udah salah, apalagi sampai hamilin dia.” Ceramah Ray yang kesal dengan sikap Revan seakan kabur dari tanggung jawab.

“Siapa tahu itu anak cowoknya. Lagian dia udah gak virg*n lagi kok.” Jawab Revan berkelit.

"Brengsek loe, gak virg*n bukan berarti itu bukan anak loee! 7 minggu mennn! Loe hitung sendiri dari malam itu!!" Ray kesal melihat reaksi Revan yang tidak bertanggung jawab dan ia yakin itu adalah anak Revan.

“Loe udah gak bisa ngelak, kalau loe malam itu memang udah tidur sama dia. Sekarang gimana penyelesaian loe kalau itu bener anak loe? Dia ada contact loe?” Tanya Ray lagi.

Revan teringat minggu lalu saat ia tiba-tiba menerima telephone dari Billa dan seperti terdengar suara Kyara. "Jangan beritahu diaa.. Please Billa. Tuttt.. Tuttt... Tuut..." Masih terngiang di ingatannya suara itu, serasa kebetulan dengan waktu yang sangat sesuai seperti yang James ceritakan.

Saat itu juga Revan berusaha menghubungi Kyara, tapi nomornya sudah diblock. Ia pun mencoba menghubungi Billa, tapi tidak diangkat.

“Gak bisa di call.” Ucap Revan pada Ray yang memperhatikan di sampingnya. Ray ikut pusing memikirkan kedua temannya itu. Yang satu sudah menikah, yang satu hamil tanpa ada yang bertanggung jawab.

“Loe udah harus siapin, skenario terbaik yang bisa loe ambil.” Saran Ray pada Revan mengakhiri obrolan mereka malam itu.

...***...

"Aku mohon, aku tidak mau berhubungan dengan pria itu lagi. Cukup aku menanggung karma dan dosa masa laluku." Isak Kyara memohon pada Billa. Billa sebenarnya kekeuh ingin memberitahu Revan tentang kehamilan Kyara.

"Tapi, anak ini harus punya ayah. Apalagi ayahnya memang masih hidup dan sangat dekat dengan kita."

"Jangan, aku bahkan tidak punya rencana apa yang harus kulakukan pada anak ini.” Jawab Kyara masih kebingungan.

"Maksudmu..., kamu mau menggugurkannya?” Tebak Billa kaget.

Kyara kembali menangis dan terisak.

"Aku gak tahuu.. Aku hancur Billa... Bagaimana jika keluarga ku tahu??" Tangis Kyara kembali pecah.

Billa tentu saja tidak setuju jika Kyara mengugurkan bayinya, apalagi ini adalah anak pertama yang dikandungnya, tidak baik dari sisi manapun. Tapi ia juga kasihan jika Kyara bermasalah dengan keluarganya, apalagi anak itu adalah anak dari pria beristri, ia akan menghancurkan banyak keluarga sekaligus.

Sedangkan Revan berusaha mencari informasi mengenai tempat tinggal dan tempat kerja Kyara dibantu oleh Ray. Ia akhirnya menunggu Kyara di coffee shop yang terletak di depan kantor Kyara. Matanya terus melirik jam tangan, seharusnya Kyara sudah pulang, tapi tak juga terlihat.

Penantian Revan akhirnya membuahkan hasil , pukul 7 lewat ia melihat Kyara keluar dari gerbang kantor dan berdiri di pinggir jalan. Wajahnya terlihat lelah dan kurang tidur.

“Kyara...” Panggil Revan pelan menghampirinya.

"Kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Kyara kaget.

"Ada yang harus kita bicarakan.” Bujuk Revan.

“Tidak, tidak ada yang harus dibicarakan.” Tolak Kyara tegas.

“Kau hamil?” Tanya Revan tanpa basa-basi karena melihat Kyara tidak ingin berbicara dengannya.

“Apa maksudmu?” Tanya Kyara semakin terkejut. Bagaimana mungkin Revan bisa tahu, apa Billa yang memberitahukannya?

“James bilang kamu hamil.”

“Ckckck..., hebat sekali, hanya karena bertemu di poli kandungan, dia bahkan menyebarkan gosip yang tidak jelas. Aku tegaskan, aku tidak hamil, dan jika hamilpun itu bukan anakmu. Karena tidak ada apapun yang terjadi pada kita malam itu.”

“Key…,” Panggil Revan ingin membujuk Kyara untuk berbicara baik-baik.

“Cukup Revan, jangan pernah kamu muncul di depan ku lagi. Sejak hari itu, kita tidak punya hubungan apa-apa. Jangan lupa kamu!" Tutur Kyara memperingatkan kemudian segera menghentikan taksi yang kebetulan lewat.

Semenjak hari itu, Revan semakin sering muncul di depan kantornya, tapi Kyara berhasil menghindarinya. Tak lama Kyara akhirnya memutuskan resign sebelum perutnya semakin membesar. dan menjadi aib di dalam lingkungan kerjanya.

Ia berniat pindah kota dan menjadi guru di panti asuhan serta mengajar anak-anak jalanan. Bahkan keluarganya pun belum tahu mengenai kehamilan Kyara.

Billa tidak tinggal diam. Setelah Kyara pindah, ia akhirnya bisa menghubungi Revan.

Revan datang ke apartemen Billa ditemani Ray yang ia percayai bisa menjaga rahasia dan menjadi penasihatnya. Billa menunjukkan wajah kesal saat melihat kedatangan Revan, ingin rasanya ia merusak wajah itu sekarang juga. Percuma tampan tapi tidak bertanggung jawab. Huhh!

“Kyara cerita ke gue, kalau loe tahu dia hamil?” Tanya Billa berusaha tenang.

“Yahh, tapi dia gak mengakuinya dan bilang itu bukan anak gue. Gue juga bisa apa?”

"Brengsek! Dia hamil anak loe, dan loe malah gak bertanggung jawab. Gue tahu loe sudah nikah, dan itu kesalahan. Tapi gue juga gak bisa lihat temen baik gue menderita gini. Kalau tahu loe bakal gini, seharusnya gue dukung keputusan kyara untuk gugurin anak itu.” Cerocos Billa kesal melihat reaksi Revan.

“Apa? Gugurin?” Tanya Revan dan Ray berbarengan.

“Kasihan banget Kyara, si*l dia ketemu loe lagi di reuni itu. Seharusnya gue gak bujuk dia dateng dan gak bujuk dia pertahanin itu anak.” Kesal Billa yang merasa itu adalah kesalahannya juga.

“Sekarang Kyara di mana Bill?” Tanya Ray.

“Dia udah pindah, sambil mikirin mau diapain tuh anak.” Jawab Billa ketus.

Revan mengacak-acak rambutnya frustasi. Bagaimana mungkin ia membiarkan Kyara menggugurkan anak itu, tapi apa pula yang harus ia lakukan pada Angela jika istrinya tahu?

.

.

.

.

.

To be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!