~Chapter 17: Anak Nathan?~

Nathan membantu Kyara berbelanja, membantu ibu hamil itu memilih dan membawakan barang-barangnya. Jika dikatakan seperti suami istri, mereka sangat serasi, tapi sayangnya sejauh ini Kyara tak pernah menggangap Nathan lebih dari seorang adik laki-laki.

"Kak Key..."

"Ya?" Tanya Kyara menoleh memperhatikan Nathan.

"Kenapa sayur warnanya hijau?" Tanya Nathan tersenyum usil.

Kyara mengernyit, lalu menjawab, "Mana ku tahu, pake pewarna kali...," Kyara menjawab dengan asal disambut gelak tawa Nathan.

"Heii Key, Nath...," Mereka menoleh melihat siapa yang memanggil mereka.

"Ray..., apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Kyara tidak menyangka bertemu dengan Ray.

"Aku memang mau ke tempatmu Key, jadi mampir ke sini, dan ternyata kalian sudah membeli banyak buah dan sayuran...," Jawab Ray jujur.

"Kau tidak perlu repot Ray..., ada Nathan dan Bu Ana yang menjagaku...," Tolak Emlyn dengan halus.

Sejak kejadian hari itu, Revan sama sekali tidak muncul dan sebagai gantinya Ray beberapa kali mengunjungi Kyara, membawakan stok makanan atau cemilan untuknya, siapa lagi jika bukan Revan yang menyuruhnya.

"Tenang, ada gue yang bisa jaga Kak Key 24 jam non-stop everydayyyy...," Sambung Nathan menunjuk dirinya sendiri.

Ray tersenyum melihat ketulusan Nathan. Jika seperti ini, rasanya ia memang lebih merestui Kyara bersama Nathan yang lebih bertanggung jawab dan memperhatikannya.

"Kapan kau harus cek kandungan lagi?" Tanya Ray, tentu saja itu pertanyaan titipan dari Revan.

"Sabtu ini...," Jawab Nathan sebelum Kyara menjawab.

"Hmmm, aku akan mengantarmu...,"

"Tidak usah Ray... Nathan akan menemaniku ke rumah sakit," Jawab Kyara jujur.

"Hmm baiklah...," Jawab Ray tidak memaksa.

Ia mengernyitkan keningnya, tiba-tiba ia jadi ragu, apa Nathan adalah ayah dari anak Kyara?

Lagipula mereka memang sedari awal tidak tahu menahu bagaimana hubungan Nathan dengan Kyara sebenarnya. Bella hanya pernah bilang Nathan sudah lama naksir dan mendekati Kyara, tapi tidak terbalas, tidak lebih dari itu yang mereka tahu.

"Sudah selesai, mari pulang...," Ucap Nathan bersemangat setelah membayar belanjaan Kyara.

"Kau mau makan apa malam ini, biar aku yang masak." Tawar Kyara.

"Ahhh aku ingin sekali memakan masakan Kak Key... Tapi hari ini kau istirahat saja. Aku harus segera pulang setelah mengantar Kak Key..." Jawab Nathan terpaksa menolak.

"Hmm, baiklah, lain kali kalau begitu. Kau selalu membayar belanjaan dan keperluan ku, entah bagaimana aku harus membalasnya." Ucap Kyara tak enak hati.

Ray yang masih di sana bersama mereka menguping dengan seksama setiap detail percakapan mereka untuk melaporkannya kepada Revan.

"Hmm... Bagaimana jika aku saja yang mengantar Kyara? Kebetulan ada hal yang ingin ku bicarakan juga...,"

"Ada apa Ray?" Tanya Kyara penasaran.

"Bisa nanti kita bicara berdua saja?" Tanya Ray sopan dengan sorot mata meminta izin dari Nathan. Nathan menangkap maksud Ray, dan ia memberi kesempatan Ray untuk berbicara privacy dengan Kyara.

"Baiklah, aku akan meletakkan belanjaan ini ke mobilmu...," Jawab Nathan dengan dewasa.

"Thanks...," Jawab Ray dengan tulus. Pelan-pelan ia menyukai kepribadian Nathan yang ceria dan bijak, pria itu jauh lebih dewasa daripada Revan. Ray menggeleng halus kepalanya teringat pada Revan.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan Ray?" Tanya Kyara saat Ray sudah melajukan mobilnya.

"Hmm..., aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Nathan tadi. Sebenarnya aku mau memberikanmu ini...," Ray mengambil sebuah kartu kredit Black Card dari dashbor mobilnya dan memberikannya pada Kyara.

"Apa ini?" Tanya Kyara menerima kartu itu.

"Revan menitipkannya padaku. Dia meminta ku memberikannya padamu...,"

"Menitipkannya?" Tanya Kyara bingung apa maksud Revan memberinya kartu itu.

"Untuk kau gunakan berbelanja dan keperluan baby dan lain-lainnya."

"Aku tidak memerlukannya, dan lagi kenapa dia menitipkannya padamu?" Tanya Kyara heran.

"Dia sedang pergi ke Jepang bersama Angela. Apa dia tidak memberi tahumu?" Tanya Ray dengan polos.

Kyara terdiam sesaat, lalu menjawab, "Dia tidak memberitahuku, dan kami tidak ada urusan apa-apa. Kartu ini..., bantu aku kembalikan kepadanya."

Ray membaca nada dan raut wajah Kyara, sepertinya ia sudah salah menjawab. Kyara pasti kesal karena Revan pergi liburan dengan Angela.

"Tolong terima lah Key... Hitung-hitung membantu kamu dan baby. Kau juga bisa menggunakannya saat darurat." Bujuk Ray dengan lembut.

"Tidak perlu. Ia memberi ku tinggal di apartemennya saja itu sudah sangat membantu aku dan baby Ray. Aku tidak ingin merepotkannya lebih jauh...," Ada kekecewaan di jawaban Kyara.

"Tapi Key...,"

"Jangan paksa aku Ray...," Pinta Kyara dengan dingin.

Ray memilih diam, ia tidak ingin ribut dengan Kyara hanya karena perkara kartu milik Revan. Jika ia di posisi Kyara pun, ia pasti akan malas berhubungan dengan pria itu.

"Hmm, aku pamit pulang dulu Key...," Ucap Ray yang mengantar Kyara hingga ke apartemennya, membantu Kyara membawakan belanjaannya. Sejak pembicaraan itu Kyara tampak diam dan kesal, Ray pun tidak berani banyak bicara.

"Emm, terima kasih sudah mengantarku Ray... Hati-hati di jalan...," Ucap Kyara dengan lembut dan dijawab anggukan oleh Ray.

...***...

Sabtu pagi, matahari bersinar cerah di Kota J. Kyara terbangun dengan perut sedikit kram, kebetulan ia akan bertemu dengan dokter kandungannya pukul 10.

Kyara memperhatikan jam dindingnya, baru jam 7.30 pagi, masih selang 2,5 jam lagi untuk check up. Kyara bangkit dari kasurnya dan menopang perutnya yang terasa sedikit tak nyaman.

"Hmm...," Kyara menarik nafas dan menghembuskannya, berusaha menenangkan perutnya yang terasa semakin kram.

Kyara berpegangan ke dinding dan apa saja yang bisa ia jangkau, menuju keluar kamarnya dan menegak segelas air putih.

"Akhh...," Tiba-tiba kramnya semakin menjadi.

Kyara dengan tertatih kembali ke kamarnya, berusaha menahan kram dan sekuat tenaga menggapai handphonenya, ia harus segera ke rumah sakit.

Tuttt... Tuttt... Tuttt....

Tuttt... Tuttt... Tuttt....

Tuttt... Tuttt... Tuttt....

"Nathan ke mana kau... Angkat Pleaseee....," Ucap Kyara yang semakin panik karena Nathan tidak juga mengangkat panggilan telfonnya yang sudah ia coba hubungi 3 kali.

Kyara segera mencari contact Revan, sembari meringis menahan kram yang sesekali mereda dan menyerang kembali.

Maaf nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan.

Mendengar jawaban operator membuat Kyara teringat, Revan sedang berlibur dengan istrinya.

"Ahh... ****! Dasar pria tidak bertanggung jawab!" Omel Kyara kesal, kemudian mencari contact Bella.

"Aku lupa, Bella hari ini berangkat ke Singapore." Ucap Kyara kemudian tidak ada pilihan ia menghubungi Ray. Panggilannya langsung terjawab dalam 2 deringan.

"Hallo Ray.... To... Tolong aku....," Rintih Kyara, membuat panik yang mendengarnya di sebrang sana.

"Ada apa Key??"

"Perutku sakit...,"

"Kau di mana?" Tanya Ray segera beranjak dari tidurnya.

"Apartment...," Jawab Kyara tanpa basa-basi.

"Tunggu, aku segera ke sana!" Jawab Ray dengan cepat dan bergegas mengambil kunci mobil, menekan dengan paksa tombol lift dan tidak sabaran menunggu.

Ray berusaha menelfon Revan, tapi tidak terhubung. Sepertinya pria itu masih berada di dalam pesawat karena ia seharusnya sudah tiba pagi ini.

Ray berusaha tiba di apartment Kyara dengan cepat, memarkir mobilnya dengan asal di lobby. Seorang security menghampirinya, berniat menegur.

"Maaf, darurat, teman saya sedang hamil dan kesakitan." Izin Ray dengan cepat sembari berlari masuk. Bapak security pun memaklumi dan ikut cemas.

Langkah Ray terhenti saat melihat Kyara sudah berada di lobby, dipapah Bu Ana, mereka sedang menunggu kedatangannya. Wajah Kyara tampak pucat dan berkeringat menahan sakit.

"Key...," Panggil Ray cemas tak karuan.

.

.

.

.

.

To Be Continue

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!