~Chapter 18: Egois~

Angela merangkul manja lengan suaminya, ia merasa puas berliburan di Jepang. Senyum bahagia terus menghiasi wajahnya tanpa henti.

"Terima kasih sayang... aku bahagiaaaaaaa sekali." Ucap Angela.

"Sama-sama sayang, asal kau bahagia...," Jawab Revan tersenyum lembut.

Revan merongoh saku celananya, berniat akan mengaktifkan handphonenya saat akan berjalan menuju taksi.

TING

TING

TING

Handphonenya penuh notifikasi pesan masuk tanpa henti, ada pula panggilan tak terjawab. Seketika perasaan Revan menjadi tak enak dan gusar.

Dari banyaknya pesan masuk, terdapat dua nama yang menarik perhatiannya.

KY dan Ray.

Revan menghentikan langkahnya dan segera membuka pesan di handphonenya.

Panggilan tidak terjawab pukul 07.36 : KY

Panggilan tidak terjawab pukul 07.37: Ray

Pukul 07.38

Perut Kyara sakit. Gue otw ke apt dia.

-Ray-

Pukul 08.30

Kalau loe udah landing, segera ke sini. RS Baby and Mom.

-Ray-

Jantung dan pikiran Revan tak karuan memikirkan apa yang terjadi dengan Kyara.

"Ada apa sayang?" Tanya Angela yang heran melihat Revan mendadak cemas setelah melihat isi pesannya di handphonenya.

"Maaf Angela, aku harus pergi dulu...," Pamit Revan melepaskan rangkulan tangan istrinya dan segera melesak masuk ke salah satu taksi kosong di depannya, meninggalkan Angela yang menatapnya dengan kebingungan, tak biasanya Revan seperti ini, bahkan kopernya ia tinggalkan kepadanya tanpa sepatah kata.

...***...

Kyara sudah mendapatkan penanganan dan dipindahkan ke bangsal pasien. Dokter sudah memberikannya obat pereda kram dan nyeri. Ia pun tertidur lemas dengan jarum infus tertusuk di tangan kirinya.

Sedangkan Ray sedang duduk di sofa ruangan, menunggu kedatangan Revan yang tadi menelfonnya dan berkata akan segera menuju ke rumah sakit.

Ray berinisatif keluar menemui salah satu suster yang berjaga di tengah lorong.

"Maaf, jam berapa pasien akan diberi makan?" Tanya Ray yang cemas Kyara akan kelaparan, tapi temannya itu masih tertidur lelap karena pengaruh obat.

"Sekitar jam 11 kami akan mengantarkan makan siang ke ruangan Ibu Kyara, mohon ditunggu satu setengah jam lagi." Jawab suster itu ramah.

Ray memperhatikan jam di handphonenya, baru pukul 09.40.

"Ray... gimana Kyara?" Tanya Revan dengan cemas, pria itu sehabis berlari menghampirinya.

Ray menghela nafas lega, akhirnya Revan tiba juga.

"Sudah stabil, tapi masih dipantau. Ayo ke kamarnya."

"Dokter bilang apa?" Tanya Revan tanpa basa basi sembari mengikuti langkah Ray menuju kamar di mana Kyara dirawat.

"Kekurangan air ketuban, dan lagi rahimnya sedikit lemah, bisa jadi karena stress dan pola makan atau tidur yang kurang, sedangkan baby sedang aktifnya bergerak. Kyara juga memiliki riwayat darah rendah. Jika tak segera diatasi, supply oksigen ke baby akan bermasalah." Jelas Ray dengan lengkap, dapat ia lihat Revan sangat khawatir dengan keadaan Kyara.

"Ini kamarnya...," Lanjut Ray membukakan pintu.

Revan segera masuk dan dengan cepat mendekati Kyara yang terbaring lemah memejamkan mata. Tangannya terangkat menyentuh wajah Kyara, kemudian menggengam tangan kiri Kyara dengan lembut karena ada jarum infus yang tertusuk di sana, tak ingin membuat wanita itu terusik.

"Dia sedang diberi obat penenang dan nyeri. Sedari tadi tidur dan belum bangun. Dokter akan datang visit pukul 1 siang."

"Dokter bilang kami tiba di waktu yang tepat. Jika tidak, case terburuk bayinya tidak akan bertahan dalam kandungan dan akan membahayakan ibunya juga." Jelas Ray panjang lebar, ada rasa syukur dirinya bisa turut membantu menyelamatkan Kyara dan bayinya.

Revan mengepalkan tangannya, matanya berkaca-kaca. Ada rasa kasihan, sedih dan menyesal melihat Kyara mengalami ini semua. Wanita itu seharusnya hamil dengan bahagia, bukan kesusahan seperti ini.

Revan mengalihkan perhatiannya pada seisi kamar, memperhatikan fasilitas di kamar kelas 1 untuk 1 pasien itu, hanya tersedia kamar mandi dalam, sofa dan meja.

Ray yang sudah menangkap arah pikiran Revan, segera menjawab, "Kamar VIP sedang penuh, baru bisa pindah besok. Sementara aku daftarkan di ruang ini dulu."

"Tak apa... Besok saja baru pindah." Jawab Revan tak ingin memperpanjang hal kecil, baginya yang terpenting keadaan Kyara dan anaknya terselamatkan.

"Sementara gue akan bantu jaga Kyara di sini... Loe gak usah khawatir." Ucap Ray berniat baik.

"Kenapa loe yang jaga? Loe lakinya?" Tanya Revan mendadak tidak suka.

"Terus? Siapa lagi yang jaga? Billa lagi ke Singapore."

"Ya gue lahh...," Jawab Revan sombong.

"Memangnya loe bisa? Dan lagi, mang loe lakinya?" Balas Ray balik menyindir Revan.

"Bisa. Gue gak tenang kalo gue pergi sekarang." Jawab Revan jujur.

Tuk tuk... Ceklek...

Pintu dibuka oleh dua suster, membawakan peralatan suntik dan obat lainnya.

"Permisi, kami akan memberikan suntikan obat dulu pada pasien." Izin salah satu suster.

"Silahkan Sus...," Jawab Ray sopan. Ray dan Revan pun menyingkir, memberi ruang untuk suster mengerjakan tugas mereka.

"Bapak sigap sekali, untung segera membawa Ibu Kyara ke rumah sakit...," Puji suster yang lebih tua sembari mengecek tekanan darah dan suhu tubuh Kyara.

Ray tersenyum menanggapi, ia memang bersyukur bisa tiba tepat waktu dan membawa Kyara ke rumah sakit dengan segera, jika tidak, ia tidak tahu penyesalan apa yang akan ia rasakan.

"Iyahh loh..., udah sigap, belum mandi aja udah ganteng." Timpal suster satunya tersenyum malu memperhatikan penampilan Ray.

Revan dan Ray sendiri segera melihat penampilan tubuhnya dari atas ke bawah. Mereka baru menyadari, Ray masih menggunakan setelan piyama tidur dan sendal kamar, ia bahkan belum mencuci muka apalagi menggosok gigi.

"Ibu pasti beruntung sekali memiliki suami seperti Bapak." Pujian masih berlanjut.

"Maaf, dia bukan suaminya." Ucap Revan dengan jutek mematahkan pujian kedua suster itu yang terus-terus memuja Ray.

"Masa? Maaf, kami salah mengira." Kedua suster itu menjadi tak enak hati.

"Rawat yang bener sus, nanti salah suntik obat karena lihatin cowok ganteng, kasihan pasiennya." Sindir Revan kesal.

Kedua suster terdiam, buru-buru pamit setelah selesai karena mendapat kritikan dan pelototan tajam dari Revan.

"Yang jutek itu pasti suaminya...," Bisik kedua suster setelah menutup pintu tapi masih terdengar oleh Revan dan Ray.

Ray terkikik melihat dan mendengarnya, apalagi melihat wajah kesal Revan.

"Ckckck, lagian, lagi rawat pasien malah muja-muja cowok. Nggak tahu apa yang dirawat itu dua nyawa." Celoteh Revan masih kesal, Ray hanya menggeleng-geleng kepala melihatnya.

"Lagian loee, ganti baju dulu kek, muka bantal begitu...,"

"Heyy, kalau gue ganti baju gimana nasib mereka yang nungguin diselamatin? Mang kayak loe enak-enak honeymoon...," Balas Ray.

Seketika Revan teringat dengan Angela, terpaksa ia harus membohongi istrinya lagi. Ray mengulurkan kartu black card kepada hadapan Revan.

"Kenapa?" Tanya Revan.

"Ditolak."

"Alasannya?"

"Gak butuh."

Revan mengernyitkan kening, meminta penjelasan.

"Tanya Kyara aja nanti kalau dia udah bangun. Gue mau lanjut tidur bentar yakk. Masih ngantuk gue, mana pagi-pagi kena shock terapi." Jawab Ray lalu selojoran di sofa memejamkan matanya.

"Thanks Ray...," Ucap Revan bersungguh-sungguh berterima kasih. Ia beruntung memiliki teman baik seperti Ray yang mau membantu dan menjaga saat ia ada masalah. Ray juga tidak pernah asal memihak atau menghakimi kesalahannya.

"Enggg...," Jawab Ray segera akan terlelap.

Revan kembali memperhatikan Kyara. Sesekali wanita itu mengernyitkan kening, sepertinya akan segera bangun tapi masih lemah karena pengaruh obat.

Revan cemas setengah mati, tidak tega melihat Kyara terlihat lemah seperti itu di hadapannya. Padahal saat bertemu lagi dengan Kyara, ia ingin sekali Kyara menderitakan sakit yang pernah ia rasakan, sesakit-sakitnya, hingga ia saja tega mencampakkan Kyara di kamar hotel pagi itu untuk membalas dendamnya.

Revan sendiri bingung dengan isi hatinya, sepanjang perjalanan ia tidak tenang, memikirkan yang penting Kyara selamat, bahkan kehilangan bayinya pun tak masalah. Tapi sungguh, keegoisannya lebih mementingkan kehidupan wanita di depannya itu.

Revan mencondongkan tubuhnya, mencium lembut kening Kyara. Tangannya terangkat sendiri menyentuh perut Kyara yang membuncit, pertama kalinya mengelus di sana.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!