~Chapter 12: Bocah Agresif~

“Tunggu…” Ucap Nathan tiba-tiba menahan pergerakan Kyara, membuat semuanya melihat ke arah Nathan.

“Kenapa?” Tanya Kyara kebingungan.

“Rambutmu sedari tadi terjuntai, sini aku bantu rapikan.” Jawab Nathan mengambil jepitan yang memang tadi Kyara letakkan di meja makan dan berinisiatif menjepitkannya pada rambut Kyara.

Billa mengangga takjub melihat perilaku Nathan yang sangat memperhatikan Kyara secara mendetail. Di sebrangnya, Ray tersenyum geli melihat Revan dan Kenan yang tampak membuang muka tidak suka Nathan yang dengan bebasnya menyentuh Kyara.

“Ahh trima kasih, aku lupa menjepitnya tadi.” Jawab Kyara tersenyum dan merasa sangat terbantu.

Revan berdecih pelan, tapi ia tidak banyak bicara, karena ia sedang berusaha membuat Kyara tetap nyaman tinggal di tempatnya.

"Jadi, kau sekarang bekerja di mana?" Tanya Kenan pada Kyara sambil menyuapkan makanan.

"Kebetulan ada lowongan di kantor Nathan, jadi aku bekerja di sana."

Revan menatap kaget pada Ray yang sepertinya sudah mengetahui kabar Kyara akan bekerja.

"Apa tidak apa-apa? Kau pingsan waktu itu sudah sangat membahayakanmu."

"Kak Key pingsan? Kapan? Kenapa?" Tanya Nathan dengan cepat dan khawatir.

Billa mengulum tawanya melihat Nathan yang overprotective terhadap Kyara.

"Ahh, itu sudah lewat dan waktu itu hanya kecapekan saja." Jawab Kyara pada Nathan berharap dia tidak memperpanjangnya.

"Tenang saja, aku akan menjaga Kak Key... Aku juga akan memastikan Kak Key nyaman dan aman bekerja di kantor ku." Jawab Nathan meyakinkan.

"Terima kasih banyak Nathan, sekarang kau makanlah ini yahh...," Jawab Kyara merasa tidak nyaman dengan sikap Nathan yang terlalu berlebihan di depan teman-temannya.

Seusai makan malam, Billa dan Ray berbagi tugas mencuci piring dan peralatan makan, Revan merapikan meja makan, Kenan sedang menerima telfon di balkon apartemen, sedangkan Nathan menemani Kyara duduk di ruang tamu sembari memutar-mutar siaran TV.

“Oh ya Kak Key, ini aku ada belikan buku untuk Kak Key baca. Ada buku bahasa, novel dan buku baby.” Ujar Nathan sambil mengeluarkan beberapa buku dari tasnya. Kyara tersenyum menerimanya.

“Ahh, senangnya, kau masih ingat hobiku, terima kasih.” Senyum Kyara merasa terharu.

Cuppp...

Sebuah kecupan mendarat di pipi Kyara, membuat wanita itu melotot kaget pada Nathan. Apalagi keempat orang lainnya di sana yang juga ikut melihat adegan itu. Kenan yang sedang telfonan bahkan kehilangan fokusnya sesaat.

Revan ikut melotot kaget melihat Kyara dan Nathan.

Sedangkan Ray dan Billa terbengong menghentikan aktifitas mencucinya, kemudian menatap satu sama lain dengan wajah tercengang.

“Gue gak salah lihat?” Tanya Billa kaget.

“Bocah itu agresif sekali. Revan sudah pasti kalah.” Ucap Ray menggeleng-gelengkan kepalanya, terdengar pasrah memikirkan temannya.

“Maaf kak key, aku terlalu gemas...” Jawab Nathan tanpa rasa bersalah.

“Lain kali jangan begitu lagi Nathan.” Tegur Kyara berusaha bersikap tenang, ia menundukkan kepalanya, malu pada teman-temannya yang ia yakin juga melihat perbuatan Nathan yang mencium pipinya.

Revan membuang muka dan melanjutkan mengelap meja dengan kasar, sesudahnya dengan sengaja melemparkan kain lap kepada Ray, kemudian berjalan keluar menuju balkon dan berniat menghirup udara segar di sana, Ray hanya menggelengkan kepala halus melihat tingkat Revan yang sedang kesal itu.

"Apa anak itu ayah dari bayi Kyara?" Tanya Kenan menunjuk Nathan pada Revan yang berdiri tak jauh darinya.

"Apa? Anak itu? Mana mungkin...," Jawab Revan dengan cepat, ia masih emosi.

"Hmm, baguslah. Kasihan Kyara dan anaknya jika punya ayah seperti dia."

"Memang dia kenapa?"

"Anak itu masih muda, masih terlalu naif." Jawab Kenan mengutarakan pendapatnya.

"Tapi..., meski begitu aku salut, dia berani dengan terbuka menunjukkan perasaannya."

Revan mengikuti arah ke mana Kenan melihat, Kenan sedang memperhatikan Nathan yang memperlakukan Kyara dengan manis dan perhatian, benar juga apa yang dikatakan oleh Kenan. Meskipun Nathan lebih muda dari mereka, tapi dia lebih berani dan terbuka apa adanya.

Tak lama Kenan pamit pulang terlebih dahulu, Nathan masih menempel di sisi Kyara, antusias menemani setiap aktifitas ibu hamil itu.

"Eheemm…” Sapa Ray pada Revan.

“Loe mau ngomong apa?” Tanya Revan terdengar kesal.

“Gak mau bilang apa-apa… Cuma lucu nglihat loe kayak kepiting rebus nahan emosi dari tadi.” Tawa Ray membuat Revan menyentuh wajahnya sendiri.

"Memangnya muka gue kenapa? Merah?"

"Enggak kok, cuma jelek aja..., hahahaha...," Tawa Ray senang mengerjai Revan.

"Sial*n loee...," Umpat Revan.

"Gue gak habis pikir, ini apartment gue kasih Kyara tinggal, tapi kenapa justru gue yang gak diundang? Dan lagi, setelah tinggal di sini, dia malah lebih happy dan melakukan sesukanya?" Protes Revan.

"Wahh, loe perhitungan. Bantu temen kok gitu?" Ray balas memprotes, Revan menatap tajam pada Ray yang terdengar tidak sepaham dengannya.

"Revan, ingat..., loe di sini bantu dia sebagai temen. Loe gak ngakuin itu anak punya loe. Dan sekarang Kyara lebih happy, itu hak dia, hak dia untuk dapetin kebahagian dan kenyamanannya yang udah terganggu dengan kehamilan gak terduganya. Loe pikir dia mau hamil tanpa persiapan seperti ini? Dia juga pasti lebih menderita."

Revan tidak menyangga apa yang Ray katakan, matanya terpusat pada wajah Kyara yang tersenyum lepas bercanda dengan Nathan dan Billa.

"Heii... Loe lagi cemburu kan?" Tanya Ray yang melihat Revan terdiam, ia tahu Revan bukan orang yang pelit apalagi perhitungan.

"Idihhh, siapa bilang." Elak Revan dengan cepat.

"Jelas terlihat broo.., dan lagi meski mungkinnnnnn Kyara hamil anak loe, tapi dia masih sendiri, itu juga kebebasan dia untuk mencari pria yang bisa bertanggung jawab untuk hidup dia dan bayinya."

"Oh ya, loe udah tahu dia mau bekerja?" Tanya Revan lagi dan dijawab Ray dengan anggukan kepala.

"Billa ada nyebutin di telfon, katanya Kyara mau rayain dia dapet kerjaan baru dan berharap bisa memulai hidup yang baru."

"Jadi..., cuma gue yang gak tahu apa-apa...," Ucap Revan kecewa.

Revan tiba-tiba ingin melangkah masuk tapi ditahan oleh Ray.

"Mau ke mana loe?"

"Gue perlu ngomong sama Kyara."

"Jangan sekarang... Dia lagi happy, cari waktu lain." Larang Ray menahan Revan.

Revan mengacak rambutnya mumet dengan kenyataan di hadapannya. Ingin segera ia luapkan apa yang ada dalam hati dan pikirannya, tapi ia juga menyadari semua yang Ray dan Kenan katakan malam itu benar adanya. Kyara pantas berbahagia dengan pilihannya sendiri, tapi hati Revan tidak bisa terima jika Kyara bukan berbahagia saat bersamanya, apalagi ia tidak tahu apapun tentang Kyara yang sekarang.

"Haisshhh, sadar Revan!! Angelaaa inget Angelaaaa istri loe!!" Tegur Revan pada dirinya sendiri.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!