NovelToon NovelToon

Behind The Ex'S Shadow

~Chapter 01: Can you come through? ~

Kyara sedang berdiri di depan halaman sebuah cafe sambil menunggu dering telepon yang menghubungkannya dengan Billa.

“Hallo Billa, kamu udah di mana? Aku udah di depan cafe nih.” Cerocos Kyara saat panggilannya terhubung setelah 5 kali berdering.

“Maaf Key, aku masih di kantor dan lembur. Kayaknya aku fix gak bisa ikut.” Jawab suara di sebrang sana.

“Apa? Kalau gitu aku juga gak usah hadir, toh gak ada kamu yang nemenin.”

“Yahh, sayang dong Key, udah sampai sana jauh-jauh juga kan. Masuk aja sana buru. Aku juga udah bilang Deni untuk tinggalin kursi untuk kita, pleaseee…” Bujuk Billa merasa tak enak hati.

Kyara menghentak-hentakkan kakinya, masih bingung harus masuk ke cafe itu atau tidak, di mana teman-teman SMAnya sedang mengadakan reuni. Terlihat dari luar teman-temannya sudah berkumpul dan banyak yang hadir.

“Kyaraaa…, ayo masuk.” Seorang pria menyapa Kyara yang masih berdiri kebingungan. Kyara mendongak melihat, ternyata Deni yang memanggilnya.

“Billa tadi telfon gue, katanya loe dah sampe tapi malu masuk sendiri, ayukk gue temenin.” Ajak Deni lagi. Kyara tersenyum canggung menanggapi. Semua mata mengarah ke arah pintu café saat Deni membukakan pintu untuk Kyara. Dengan sopan Kyara mengangguk dan tersenyum terima kasih pada Deni.

Bisik demi bisikan pun terdengar saat Kyara melangkahkan kakinya menuju meja panjang yang tersedia untuk 30 orang itu.

“Teman-teman, Kyara hadirrrr.. yeayy..!” Teriak Deni memancing sambutan, beberapa berteriak dan bertepuk tangan asal. Kyara yang kikuk hanya tersenyum dan mengganguk.

“Hai semua, apa kabar?” Sapanya halus melambaikan tangan.

“Gileeee…, makin cakep loe Key, terakhir kita ketemu 6 tahun lalu gak kayak gini, beda banget sekarang.” Cerocos Ray yang disambut teriakan riuh dari teman lainnya. Kyara hanya tersenyum, ia malas membalas karena suara di café yang terlalu berisik.

Kyara sendiri adalah pribadi yang tertutup dan tidak terlalu dekat dengan teman-teman SMAnya. Sudah seringkali Kyara tidak menghadiri acara reuni SMAnya, dan baru kali ini dia hadir, itupun karena bujukan Billa yang berjanji akan menemaninya juga, namun nyatanya Billa yang tidak hadir.

Kyara melihat sekelilingnya dan berusaha mengingat-ingat beberapa nama temannya. Matanya terpaku saat bertatapan dengan sepasang mata yang sangat ia kenal. Mata itu tajam memperhatikannya, Kyara tersenyum membalas bermaksud menyapa. Pemilik sepasang mata itu adalah Revan, yang adalah cinta monyet Kyara sejak kecil. Mereka dipertemukan di satu sekolah dasar dan saling menyukai hingga SMA, namun hubungan mereka tidak berlanjut.

“Kyara, duduk di siniii…!” Teriak James sengaja berdiri dan memberikan kursinya pada Kyara. Letak kursi itu tepat berada di samping Revan. Kyara tentu saja melambaikan tangannya bermaksud menolak.

“Ehh, loe gilaa? Ntar istrinya Revan tahu gimana?” Celetuk yang lain protes.

“Hari ini semua yang ada istri ada suami, dianggap singleeee…, biar ngulang masa remaja.” Jawab James iseng. Tak disangka, ternyata ide James disambut yang lain dengan antusias.

“Bener tuh, sanaaa Kyara duduk samping Revan aja. Couple cinta monyet yang gagal, kali aja abis ini jadi berhasil.” Celetuk Bambang tanpa dipikir.

“Hussh! Ngomong apa loe Bambang, jangan asal ngomong! Revan udah nikah dan dia tuh cinta mati sama Angela.” Protes Sinta tidak suka dengan celetukan Bambang.

Deni pun mengulurkan tangannya memberi jalan agar Kyara duduk di sebelah Revan. Kyara mengelengkan kepala halus dan tampak tidak setuju.

Kyara tidak ingin duduk di sebelah Revan, selain hubungannya dan Revan yang sekarang sudah menjadi dingin, tentu akan aneh rasanya duduk bersebelahan dengan mantan dan ia juga tidak ingin menjadi gosipan teman yang lain.

“Duduk sini aja Key, kenapa loe takut? Masih punya perasaan sama gue?” Kali ini celetukan itu berasal dari mulut Revan yang kembali disambut riuh oleh teman yang lain.

Kyara menatap kaget pada Revan yang juga melihatnya dengan senyuman angkuh, jelas pria itu sedang menantang dirinya.

Kyara merapikan dressnya yang agak terbuka di bagian paha karena tertarik ke atas saat ia duduk. Ia akhirnya tidak punya pilihan untuk duduk di sebelah Revan, ditambah bullyan temannya yang terus bersorak menyuruh ia duduk di samping Revan.

Revan memperhatikan penampilan Kyara yang memang berbeda sejak terakhir mereka bertemu, wanita itu terlihat lebih dewasa dengan tatapan matanya yang masih sama, polos, ceria dan menenangkan. Hidungnya mancung dan senyumnya manis. Malam itu Kyara menggunakan dress putih dengan motif polkadot hitam, rambutnya ia kuncir setengah dan selebihnya ia biarkan tergerai dengan bebas, memberikan kesan manis dan elegan.

Kulitnya yang putih ditambah penampilannya malam itu sangat menarik perhatian temannya, bahkan beberapa pengunjung café menoleh dan melirik ke arahnya.

Kyara kembali merapikan dressnya yang tertarik tiap kali ia bergerak. Revan yang sedari tadi memperhatikan, tentu saja menyadarinya. Ia mengulurkan jasnya dengan perlahan dan tersembunyi di bawah meja.

“Ini.” Sodor Revan dengan nada cuek.

“Kenapa?” Tanya Kyara bingung. Revan menunjuk ke bawah, Kyara pun mengerti dan menyambut jas itu.

“Terima kasih.” Ucap Kyara senang mendapatkan perhatian kecil dari Revan itu.

Interaksi kecil mereka tentu saja terlihat oleh Ray yang duduk di sebelah kiri Kyara.

Kyara terlihat bosan dengan pertemuan itu, ia sesekali mengecek handphonenya yang tidak ada apa-apa sama sekali. Satu porsi spagetti sudah ia habiskan. Temannya yang lain asik mengobrol satu sama lain, sedangkan Kyara tidak dekat dengan siapapun di sana.

“Hai semuanya, lagu ini ingin saya persembahkan kepada kakak cantik yang sedang berkumpul dengan temannya di sana.” Suara dari speaker café yang tiba-tiba terdengar membuat seisi café hening sesaat. Apalagi perkumpulan reuni SMA menyadari ucapan yang dimaksud mengarah kepada mereka. Ekspresi bingung menghiasi wajah mereka, menerka-nerka siapa kakak cantik yang dimaksud.

"Ehh nunjuk ke meja kita nihh...," Seru Sinta penasaran.

“Loe kali… selera loe kan berondong.” Tunjuk James pada Sinta.

“Mayan broo, brondongnya ganteng, cakep…” Jawab Sinta semangat, diiringi dengan gelak tawa yang lainnya.

“Kakak berbaju putih totolan hitam…,” Lanjut suara itu, membuat semua menoleh pada Kyara. Kyara yang tidak menyadari dan fokus memainkan games di handphonenya tentu saja tidak sadar.

“Key…, Kyara… dipanggil tuh.” Teriak yang lain membuat Kyara tersentak kaget dan bingung melihat semua temannya tertuju padanya.

“Ada apa?” Tanyanya polos.

“Tuh, kayaknya loe deh yang disebut-sebut.” Jawab yang lain dan disambut riuh.

“Hai, Kak Kyara…, gak tahu kamu masih ingat aku atau gak, tapi, kecantikan luar dalam kamu, selalu terukir di hatiku. Lagu ini, untuk Kak Kyara.” Ucapan pria yang terlihat baru berusia 27 tahunan itu membuat riuh seisi café.

Kyara menoleh menyipitkan matanya memperhatikan siapa pria yang dengan berani bernyanyi dan menyebut namanya di depan umum itu. Bibirnya ternganga saat menyadari siapa brondong itu, “Nathan?” Ucap Kyara pelan.

Lagu Comethru – Jeremy Zucker berkumandang dengan merdu dinyanyikan oleh Nathan, jarinya terlihat lincah memetik gitar yang dipangkunya, rambutnya berkilauan terkena pantulan lampu panggung membuat pengunjung café tersenyum-senyum memuja ketampanannya.

Now I'm shaking, drinking all this coffee

These last few weeks have been exhausting

I'm lost in my imagination

And there's one thing that I need from you

Can you come through, through?

Through, yeah

And there's one thing that I need from you

Can you come

Through, through

Through, yeah

And there's one thing that I need from you

Can you come through?

Lirik lagu itu seakan mewakili isi hati Nathan yang ingin ia ungkapkan kepada wanita yang 5 tahun lebih tua darinya itu. Suara tepuk tangan dan sorakan bergema saat Nathan menyelesaikan lagunya dan turun dari panggung kecil di café itu. Nathanpun berjalan menghampiri Kyara yang terkesima dengan penampilannya.

“Nathan, WOW…!” Seru Kyara yang sudah berdiri bertepuk tangan menyambut dengan takjub. Nathan tiba-tiba saja memeluk Kyara dengan erat.

“I miss you, so much…, tapi aku kehilangan kontak kamu. Gak nyangka bisa bertemu Kak Key di sini.” Seru Nathan bahagia.

Mereka saling mengenal saat Nathan mengikuti magang perkuliahan di kantor lama Kyara bekerja. Sikap Kyara yang suka menolong dan sabar saat mengajarinya membuat Nathan merasa bersyukur bisa bertemu dengan orang sebaik Kyara.

"Kau semakin keren...," Puji Kyara memberikan dua jempol pada Nathan.

"Dan kau semakin cantik...," Balas Nathan menepuk halus kepala Kyara.

Interaksi manis kedua orang itu tentu saja membuat iri dan cemburu yang melihatnya, menjadi bahan gosipan yang panas dan semua bertanya-tanya apa hubungan Kyara dan pria muda di depannya yang ia panggil Nathan itu.

Ray memperhatikan perubahan wajah dan sikap tidak suka Revan sedari awal nama Kyara disebutkan oleh Nathan, apalagi saat pria muda itu melangkah dengan tampan menghampiri Kyara, rahang Revan tampak mengeras, tampak menahan diri untuk terlihat biasa tapi ia tahu sahabatnya itu sedang menahan cemburu.

“Berikan aku handphonemu.” Pinta Nathan tanpa ragu.

“Untuk apa?” Tanya Kyara sambil mengulurkan handphonenya.

“Supaya aku bisa sering berkomunikasi dan bertemu dengan Kak Key.” Jawaban jujur itu berhasil membuat Kyara tersipu malu. Nathan menyimpan nomornya di handphone Kyara, kemudian mengirimkan pesan ke nomornya.

“Aku punya nomor Kak Key sekarang. Nanti aku akan hubungi lagi, sepertinya kamu sedang reuni.” Ucap Nathan yang pandai membaca situasi. Ia tidak ingin menganggu, apalagi ia juga menyadari pandangan mata para wanita di cafe yang menatap cemburu pada Kyara.

“Hmm, kita lanjutkan obrolannya nanti.” Pamit Kyara kemudian kembali duduk di kursinya saat Nathan sudah berbalik pergi.

Suara bisik-bisik membicarakannya terdengar dari mulut teman-temannya. Sebenarnya reputasi Kyara tidak terlalu bagus di mata teman SMA nya, karena ia anak tertutup dan jarang bergaul dengan teman SMA nya, ditambah lagi dengan urusan percintaannya dengan Revan yang tidak berakhir dengan harmonis, membuat orang-orang semakin mengecap bahwa ia bukanlah orang yang menyenangkan.

“Busyettt Key, brondong juga diembat. Padahal Sinta udah keGRan loh.” Ceplos Bambang lagi tanpa saring.

“Dia itu..,” Omongan Kyara terpotong karena disela temannya.

“Jelaslah! Loe lupa apa, dulu aja Revan yang udah tergila-gila ngejar dia, dihempasin gitu aja cuma demi kakak kelas siapa tuh namanyaaa....,” Ujar Henny menambahkan.

“Rendra.” Jawab yang lain.

“Ah iyaa, Rendra. Cantik sih boleh, tapi playgirl juga loe Key, siapa aja hayuk lagi.” Lanjut Henny yang terdengar kasar.

“Hushh…, jangan asal omong loe Hen. Lagian udah masa lalu, ngapain diungkit terus. Revan aja udah move on.” Bela Ray yang kasihan melihat wajah Keyra menahan malu dan kesal.

Revan tersenyum kecil, ia senang teman-temannya seakan membantunya melampiaskan kekesalannya dengan apa yang ia alami 14 tahun lalu.

“Bukan gitu kenyataannya.” Kata itu keluar begitu saja dari bibir mungil Kyara karena kesal dipojokkan. Ia tahu teman-temannya tidak menyukai kehadirannya.

Revan terpancing, ntah kenapa ia menjadi penasaran apa ada kenyataan lain yang terjadi, tiba-tiba ia berharap ia mendapatkan kejujuran dari Kyara sekarang sehingga ia bisa memaafkan kesalahan wanita itu.

“Lalu apa kenyataannya?” Desak yang lain.

“Ada…, tapi untuk apa dibicarakan sekarang, toh semua sudah lewat dan gak akan mengubah apapun.” Kyara tidak ingin menceritakannya, lagipula tidak sepatutnya hal itu dibahas di depan 20an temannya.

“Hmm, gak seru nih…, kita mana tahu loe jujur apa gak. Gini deh, kalau loe emang jujur, loe berani gak minum 2 gelas bir ini? Kalau berani, kita bakal percaya deh sama loe.” Goda Henny sengaja menantang Kyara.

“Hen, loe udah kelewatan deh,” Tegur Ray.

“Lho, kenapa? Kan cuma dua gelas bir, gak bikin mabok kok.” Tantang Henny lagi.

Kyara menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang tantangan Henny. Ia tahu setengah gelas bir saja sudah bisa membuatnya mabuk, karena ia bukanlah peminum yang handal, apalagi jika ia menghabiskan 2 gelas bir. Tangannya saling meremas di bawah meja. Revan yang memperhatikan tentu saja merasa sedikit kasihan, tapi ia juga ingin tahu kelanjutannya.

“Jangan diladenin kalau memang gak bener.” Bisik Revan pada Kyara seakan meremehkannya. Kyara melototi Revan dengan kesal kemudian berdiri.

“Aku minum!" Jawabnya tegas dan mengambil segelas bir yang ada di tengah meja. Kyara meneguk bir itu dengan perlahan. Revan tentu saja terkejut dengan reaksi dan keberanian Kyara yang membuatnya semakin tertarik untuk mengetahui kebenaran di masa lalu.

Kyara berhenti saat bir itu baru saja habis setengah gelas. Wajahnya bahkan sudah mulai memerah.

“Minum, minum, habiskan, go, go!!” Teriak yang lain. Kyara memaksakan dirinya untuk meneguk habis bir itu, beberapa tetes mengalir di lehernya membuatnya terlihat seksi dan menggoda.

Satu gelas bir berhasil Kyara habiskan, jantungnya mulai berdebar cepat tak karuan dan tubuhnya mulai panas. Kyara meniup udara keluar dari mulutnya, berusaha menetralkan dirinya. Ray terlihat cemas dan tidak tahan melihat Kyara dibully seperti itu.

“Sudah Key, jangan diteruskan. Ayo, aku antar pulang.” Bujuk Ray yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Kyara. Wanita itu pantang menyerah. Ini masalah harga dirinya. Jika ia mengalah lagi malam itu, maka gossip dan image terhadap dirinya akan semakin tidak enak didengar.

“One more, one more!!” Teriak yang lain. Tangan Kyara bergerak mengapai satu gelas bir lainnya. Baru saja akan menyesap gelas kedua, tangan Revan bergerak cepat menahan tangannya dan merebut gelasnya, langsung meneguk habis bir itu dengan secepat kilat.

“Wahhh… curanggggg!! Apa-apaan Revan, masih belain mantan.” Protes yang lain. Revan hanya diam tidak menanggapi. Kyara menatapnya keheranan.

“Kenapa kau membantuku?” Tanya Kyara.

“Kau sudah mabuk.” Jawab Revan singkat kemudian keluar dari café dan memutuskan untuk duduk di dalam mobilnya menenangkan diri.

“Sh*tttt! Kenapa gue malah lindungin tuh cewek.” Protes Revan memijat dahinya.

Tak lama berselang, Revan melihat Ray sedang memapah Kyara keluar dari café dan akan berjalan menuju mobil Ray. Revan segera keluar dari mobilnya dan menghampiri.

“Kenapa Ray?” Tanya Revan cemas melihat Kyara linglung.

“Kyara mabok, gue anter dia pulang dulu.” Jawab Ray dengan sorot mata khawatir melihat Kyara.

“Biar gue aja. Sini.” Revan segera merebut dan memapah Kyara untuk menuju mobilnya, meninggalkan Ray yang keheranan. Dengan lembut Revan mendudukan Kyara di kursi penumpang sebelah kemudi, ia bahkan memastikan seatbeltnya terpasang dengan benar.

“Loe yakin anter Kyara pulang?” Tanya Ray yang seakan ingin memastikan temannya itu untuk mengingat statusnya yang sudah beristri.

“Yakin. Gue jalan dulu.” Jawab Revan terburu-buru kemudian segera menyalakan mobilnya.

“Woii, mang loe mau anterin ke mana?” Teriak Ray seiring mobil Revan melaju. Ia tidak habis pikir dengan tindakan Revan saat itu. Tapi ia tahu bertahun-tahun ia berteman dengan Revan, teman baiknya itu tidak pernah melupakan Kyara dan masih peduli dengan wanita manis itu.

.

.

.

.

.

To be Continue~

~Chapter 02: The story begin~

Area 21+

Revan mengendarai mobilnya dengan pelan, tidak ingin membuat Kyara terusik dan terbangun.

"Enggg... Eummm..." Kyara berusik karena mual menyerangnya. Melihat hal itu Revan segera menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, tidak ingin membiarkan Kyara muntah di mobil mewahnya.

"Heiii, muntahlah di sini." Ucap Revan yang segera menarik Kyara keluar dari mobilnya. Tak menunggu lama, Kyara benar-benar memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan. Dengan telaten Revan membantu Kyara, mengusap wajah gadis itu dengan tissue dan menyodorkan air minum yang ada di mobilnya.

Setelah memastikan Kyara aman dan tidak muntah lagi, Revan mengecek isi tas Kyara, mencari alamat tempat tinggal gadis itu. Tapi sia-sia, ia tidak membawa KTP, handphonenya pun dikunci. Revan mendadak menyesal menawarkan diri mengantarkan Kyara.

Revan lanjut melajukan mobilnya dan melintasi sebuah hotel mewah. Tiba-tiba ia terpikirkan untuk menurunkan Kyara di sana. Ia pun memutar balikkan mobilnya dan menuju hotel itu.

Melihat kondisi Kyara yang linglung total, tidak mungkin ia meminta petugas hotel yang mengurusinya. Akhirnya Revan memarkirkan mobilnya di lobby dan membopong Kyara untuk cek in serta mengantarnya ke kamar.

Revan menjatuhkan Kyara di kasur berukuran queenbed kemudian berbalik berniat menyudahi pertolongannya malam itu. Tapi penampilan Kyara sekarang sangat bertolak belakang dengan beberapa jam yang lalu, sangat berantakan.

Revan menggulungkan lengan kemejanya ke atas dan mengangkat Kyara duduk di kloset kamar mandi. Ia mengambil handuk dan membasuh wajah Kyara dengan lembut. Tangannya terulur menyentuh dan mengelus wajah wanita pujaan hatinya, yang sama sekali belum pernah ia sentuh sejak dulu.

Alis matanya yang halus, hidung mancungnya, bibir mungilnya, dagu dan rahang wanita itu. Kali ini ia dengan bebas bisa menikmati dan menyentuhnya.

"Enggg... mulutku pahit." Protes Kyara setengah sadar.

"Ini, kumur dan gosok gigilah." Revan menyodorkan sikat gigi dan gelas berisi air. Dengan sempoyongan, Kyara menguatkan dirinya dan mengosok giginya di depan wastafel.

"Ahh, kepalaku pusing." Ucap Kyara berusaha berjalan menuju tempat tidur. Revan segera memegang lengannya memastikan wanita itu tidak oleng dan terjatuh ke lantai.

"Lagian, kenapa memaksakan diri untuk minum?" Tanya Revan terselip rasa kesal.

"Hmm, karena aku ingin membuktikan kenyataan." Jawab Kyara jujur.

"Kenyataan apa?" Tanya Revan penasaran.

"Kenyataan bahwa aku sebenarnya tidak bersalah sepenuhnya, kenyataan bahwa aku belum bisa melupakanmu dan menyesal sudah mencampakkanmu." Jawab Kyara sambil mendorong-dorong dada Revan.

"Apa maksudmu?" Tanya Revan tidak menyangka. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak cepat dan tidak karuan. Itu adalah kata-kata yang ingin ia dengar 14 tahun lalu. Kenapa baru sekarang semua terjadi?

"Kalau bukan karena... Ahh sudahlah, kau tidak akan percaya." Jawab Kyara masih linglung dan tiba-tiba terjatuh ke kasur dengan menarik kemeja Revan, membuat mereka terjatuh bersamaan.

Deg... Deg... Deg...

Jantung Revan tidak karuan, ia tidak bisa mengendalikannya lagi. Melihat Kyara tertidur di bawahnya dan menatap wajah manisnya yang hanya beberapa centi dari matanya. Ini adalah apa yang ia bayangkan selama ini.

Bibir kecil berwarna pink itu, seakan menggoda untuk disentuh. Revan tidak ingin menyia-siakan kesempatan, ia seakan lupa dengan statusnya. Ia meletakkan bibirnya dengan lembut, merasakan halusnya bibir Kyara.

Tak berhenti sampai di situ, Revan mulai ******* bibir Kyara, membuat Kyara terusik dan melenguh. Tangan Kyara bergerak melingkari leher Revan. Dengan setengah sadarnya, ia membalas ciuman Revan dan berusaha menyimbangi karena ciuman itu terasa semakin ganas. Ciuman itu berlanjut ke rahang dan leher Kyara yang memang sudah Revan lirik sedari awal, apalagi saat melihat Kyara meneguk bir, berhasil membuatnya membayangkan apa yang sedang ia lakukan sekarang.

Tangan Revan mulai bermain dengan liar. Ia mengusap lengan Kyara dan menyentuh lembutnya kulit paha wanita itu.

Kyara yang merasakan pusing di kepalanya, namun juga menikmati setiap sentuhan Revan, ia bahkan pasrah saat Revan membuka pakaiannya satu per satu, memainkan titik-titik sensitifnya.

"Revan, pengaman." Ucap Kyara disela ketidaksadarannya saat ia merasakan Revan mulai akan mendesak masuk. Revan mengambil pengaman di kantong celananya dan membuka bungkusnya.

"Ahh, perset*an dengan itu." Batin Revan lalu membuang bungkusannya.

"Oh My God! Ini enak banget Key." Ucap Revan saat berhasil memasuki inti milik Kyara. Lenguhan demi lenguhan terdengar saling bersautan.

Revan benar-benar memanfaatkan kesempatan itu, ia melanjutkannya lagi dan lagi. Ia merasa kepuasaan dan ketagihan yang luar biasa tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

...***...

Reuni SMA malam itu berbuah petaka bagi Revan dan Kyara, dari godaan dan bullyan yang di lontarkan teman-teman mereka, membuat Kyara mabuk dan berakhir terbangun di sebuah kamar hotel.

Revan tersenyum puas karena perasaannya terlampiaskan. Ia merasa begitu puas dan bangga setelah berhasil meniduri wanita pujaannya semasa remaja itu.

Kyara membuka matanya dan mendapati Revan sudah berdiri rapi menggunakan kemejanya.

"Jadi bagaimana kita sekarang?" Tanya Kyara kebingungan dan merasa bersalah.

"Apanya yang bagaimana? Kita anggap tidak ada apapun yang terjadi di antara kita." Jawab Revan dingin.

"Kau benar, lebih baik kita menyembunyikan hubungan ini, aku akan merasa sangat bersalah kepada Angela."

"Heh? Aku rasa aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas. Tidak ada apapun yang terjadi di antara kita dan setelah keluar dari kamar ini, kita sudah kembali ke hidup kita masing-masing."

"Tapi semalam kita..." Ucap Kyara ingin menuntut penjelasan.

"Kita sama-sama mabuk, dan itu adalah kesalahan. Aku tahu kau wanita terhormat, aku rasa kau tidak akan ingin hal kotor ini menjadi aibmu." Ucapan Revan tentu saja membuat Kyara tersentak. Ia tidak menyangka akan dibuang begitu saja.

Kyara tersenyum getir. Semalam, ia ingin memperbaiki kesalahan masa lalunya pada Revan, dalam hatinya ia sungguh masih menyukainya, hingga ia rela tidur dengan pria beristri itu. Meskipun ia mabuk, tapi ia masih setengah sadar dan ingat dengan jelas kejadian semalam. Ia juga yakin, mereka melakukannya karena masih saling menyukai satu sama lain.

Tapi saat mendengar jawaban Revan barusan, keyakinan dan pemikirannya hancur sehancurnya. Ia terlalu bodoh dan naif hingga ia sendiri yang dipermainkan.

"Baik, aku mengerti." Ucapnya bergetar menahan kekecewaan, ia memilih mundur dan tidak melanjutkan karena ia sadar dirinya memang bersalah karena tidur dengan suami orang lain.

"Pakailah bajumu. Aku harus segera pulang." Ucap Revan sambil melemparkan baju wanita itu ke arah Kyara.

“Kau, pulanglah dulu.” Ucap Kyara lalu kembali berbaring menahan tangis, kepalanya masih sakit terasa semakin menusuk.

“Baiklah, jaga dirimu.” Jawab Revan lalu melenggang pergi dari kamar hotel itu. Selepas Revan pergi, Kyara menangis sekencang-kencangnya. Ia bersumpah tidak akan pernah bertemu dengan Revan lagi dan akan mengubur dalam-dalam perasaan dan masa lalunya.

Revan kembali ke rumahnya, seorang wanita berambut panjang sepinggang tersenyum ramah menyambutnya.

“Akhirnya kamu pulang.” Ujar wanita itu lega saat melihat suaminya memasuki rumah.

“Maaf Angela, aku semalam…,”

“Iyahh, aku tuh dah curiga kamu tuh keasikan dan handphone kamu gak diangkat. Akhirnya aku telfon Ray, katanya kamu nginep di tempet dia. Baru deh aku tuh lega dan tidur.” Jawab Angela dengan polos membuat Revan terkejut dan merasa bersalah.

“Engg…, iyahh. Hmm, aku ganti baju dulu.” Jawab Revan menghindari topik pagi itu.

Angela mengikuti Revan ke dalam kamar, ia memperhatikan tubuh Revan yang altetis dan berotot. Angela mengusap pelan bahu suaminya dan memeluknya dari belakang.

"Semalam tanpa kamu, rasanya kangennnn banget." Manja Angela. Revan mendadak kikuk saat mendengar kata semalam. Revan balas memeluk Angela dan mengecup kening istrinya yang sudah ia pacari 10 tahun dan nikahi hampir 3 tahun itu. Angela berjinjit mencium bibir Revan, tangannya berusaha membuka celana Revan.

"Angela...," Bisik Revan pelan berusaha menghentikan istrinya. Namun Angela sedang menginginkannya pagi itu, ia dengan agresif mendorong suaminya ke ranjang. Revan membalikkan tubuhnya dan mulai ******* bibir Angela dengan nafsu. Ia seketika merindukan tekstur bibir Kyara dan wangi alami tubuh wanita itu.

Revan berusaha menyadarkan dirinya, ia membuka matanya dan melihat Angela yang menikmati permainan mereka, kemudian ia kembali mencium leher istrinya, menghirup dalam aroma wanita yang ia bersumpah akan jaga seumur hidupnya itu.

"Ahh...," Geram Revan tiba-tiba saat kenangan semalam kembali terlintas di kepalanya, membuatnya tidak bisa melakukannya sekarang dengan Angela.

Angela mengerutkan keningnya saat Revan tiba-tiba menarik diri dan beranjak dari kasur.

"Ada apa sayang?" Tanya Angela cemas.

"Maaf, kepalaku sakit." Jawab Revan asal.

"Kamu istirahatlah, aku ambilkan obat dan makanan dulu." Jawab Angela lembut tanpa menaruh curiga sedikitpun.

...***...

Lebih dari satu bulan berlalu, Kyara belum juga mendapatkan tamu bulanannya, ia menanti dengan cemas. Ia panik dan cemas jika ia benar-benar hamil, tapi jika tak salah ingat, ia melihat Revan mengambil pengaman dari saku celananya, tapi ia tidak yakin Revan menggunakannya.

"Shitttt!" Batinnya frustasi.

Akhirnya ia memberanikan diri membeli testpack dari aplikasi online shop. Kyara tidak bisa tidur dengan nyenyak menanti hari esok tiba, ia sungguh ingin segera mengecek hasil testpacknya.

Alarm pukul 05.00 pagi berdering dan Kyara bergegas terbangun dan menuju kamar mandi. Ia menunggu beberapa menit menanti hasil garis yang muncul, satu garis sudah terlihat dengan jelas, ia menanti lagi beberapa saat tapi tidak ada perubahan. Kyara pun merasa lega dan tersenyum tenang. Mungkin ia telat menstruasi karena belakangan suasana hatinya sedang kacau.

Hari demi hari berlalu, Kyara melewati harinya seperti biasa, sesekali ia bertemu dengan Nathan yang sekarang mulai mengisi hari-harinya, membuatnya hampir lupa kalau ia belum juga mendapatkan tamunya. Kyara memilih berfokus pada pekerjaannya yang menyita banyak waktu dan pikirannya. Sesekali Kyara meminum jamu dan obat pelancar mens dengan harapan dapat membantu melancarkan mensnya yang tertunda.

“Hoeekssss…, Hoeeeksss…” Hingga suatu pagi Kyara merasakan mual saat bangun tidur dan berusaha memuntahkan sesuatu dari perutnya. Ia merasa sangat lemas, padahal ia tidak memuntahkan apapun.

“Perlu ku temani ke dokter? Kau terlihat sangat pucat.” Tanya Billa saat melihat Kyara duduk di sofa dengan lemahnya. Billa dan Kyara adalah teman baik sedari SMA dan saat ini mereka tinggal bersama dalam satu unit apartemen.

“Tidak, aku hanya masuk angin, belakangan pekerjaanku sedang banyak dan aku terlalu banyak lembur.” Yakin Kyara.

“Kau yakin? Aku bisa mengantarmu ke dokter sekalian jalan ke kantor.” Bujuk Billa lagi.

“Tidak, aku baik-baik saja. Kau pergilah.” Ucap Kyara masih dengan berusaha menahan mualnya.

Keesokan harinya, Kyara kembali dibuat mual dan kali ini lebih parah, ia hampir saja pingsan jika Billa tidak mengecek ke kamarnya.

“Kyara, sadarlah, bangun.. Hey.. sadar…” Teriak Billa panik saat mendapati Kyara terkulai lemas di dekat kloset kamar mandinya.

Dengan sekuat tenaga Billa memapah Kyara ke rumah sakit terdekat. Kyara masih sadar tapi tubuhnya sangat lemas karena kecapekan dan muntah yang tak bersudahan.

“Ibu Kyara, syukurlah ibu cepat ke rumah sakit, jika tidak mungkin anda akan sangat membahayakan janin ibu.” Ucap dokter yang baru saja memeriksa keadaan Kyara. Kyara dan Billa sama-sama terkejut mendengarnya.

“Apa???!” Tanya mereka berbarengan.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

~Chapter 03: Pregnant~

Bagaikan petir di siang bolong, mendengar Kyara hamil membuat dua sahabat itu terkejut dan tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.

“Iya, kondisi yang ibu alami saat ini adalah morning sickness dan biasa dialami ibu hamil pada umumnya. Ini akan menghilang seiring jalannya perkembang janin memasuki usia 3 hingga 4 bulan. Saya sarankan ibu jangan terlalu banyak aktifitas dan makan yang bergizi dan bernutrisi, kalau tidak, akan sangat rawan pada janin.” Jelas dokter dengan ramah. Kyara memegang perutnya, tidak percaya dengan apa yang dokter katakan.

“Apa dokter yakin dia hamil?” Tanya Billa tidak percaya.

“Iyah, kami sudah mengecek secara mendetail dan sesuai hasilnya Ibu Kyara hamil, untuk janinnya, saat ini berkembang dengan sangat sehat. Selamat Ibu Kyara untuk kehamilannya.” Dokter itu tersenyum sebelum pergi meninggalkan Kyara yang masih shock dan Billa yang penuh dengan tanda tanya.

“Jadi…, bisa kau ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Billa dengan sabar, Kyara mendongakkan kepalanya menatap mata Billa yang prihatin melihat keadaannya, tangisnya pun pecah tak terbendung. Billa memeluk Kyara dengan erat. Ia tahu temannya itu sedang menangis sedih, bukan menangis bahagia.

“Huaaaa… Huaaaaa… aku harus bagaimana Billa…?? Ahhh, huaaaa…” Isak tangis Kyara memilukan hati.

“Tenanglah, saat ini kau harus kuat. Demi bayi yang kau kandung, dan demi pemulihanmu. Kau bisa menceritakan padaku nanti saat kau siap. Aku akan mendukungmu.” Ucap Billa yang juga ikut menangis merasakan kepedihan teman baiknya itu.

Kyara akhirnya tertidur karena kelelahan menangis, matanya sembab dan wajahnya masih tampak pucat. Ia masih belum bisa makan apapun, hanya mengandalkan asupan air infus yang mengalir melalui jarum yang tertusuk di tangan kanannya.

Setelah mendapatkan perawatan selama 2 hari, Kyara akhirnya diperbolehkan pulang. Billa dengan setia menemani dan memastikan Kyara pulih secara fisik dan mental. Kyara keluar dari ruangan dokter dengan duduk di kursi roda yang didorong oleh Billa. Ia baru saja menyelesaikan pemeriksaan terakhir untuk memastikan sudah cukup aman untuk pulang ke rumah.

"Heii, Billa, Kyara... Apa yang kalian lakukan di sini?" Sapa sebuah suara saat mereka baru keluar dari ruangan dokter.

"Ahh.. James.., kami.. Hmm, Kyara...," Ucap Billa terbata-bata karena terkejut berpaspasan dengan James yang sedang bersama istrinya.

"Aku baru selesai operasi, baru saja selesai pemeriksaan akhir." Jawab Kyara asal memotong ucapan Billa.

"Ibu Niken, silahkan masuk, dokter sudah menunggu." Panggil seorang perawat.

"Maaf, kami harus segera masuk, semoga kau cepat sembuh Kyara." Pamit James karena sudah gilirannya masuk.

"Yahh, trima kasih James." Ucap Kyara dan Billa menghela nafas lega.

...***...

Malam minggu yang tenang, di sebuah cafe, Revan sedang duduk menikmati kopinya berkumpul dengan James, Dante dan Ray.

"Btw, gue ada hotnews." Buka James dengan antusias.

"Apa broo? Tentang apaan?" Sambung yang lain penasaran.

"Tentang cinta pertama Revan." Jawab James usil.

"Wahh, Kyara? Gue denger dia tambah cantik dan seksi yah, sayang pas reuni gue gak bisa dateng. Buru, cerita, loe jangan kayak tante-tante gosip, pake pemanasan dulu." Celetuk Dante tak sabaran.

“Apaan sih, paling gak penting juga.” Protes Revan memasang wajah cuek dan tersenyum kecil, malas meladeni James yang memang paling iseng dan suka bertindak seperti bocah.

"Okee..jangan potong cerita gue ya."

"Buru ahh!!" Desak Dante mulai geram.

"Okok, gue mulai cerita ya, jadi Minggu lalu gue bawa istri gue cek hamil rutinan, ketemu Kyara dong, dia duduk kursi roda didorong Billa." Senyum Revan dan Ray seketika lenyap mendengar Kyara duduk di kursi roda. Terbersit sorot kecemasan di mata mereka.

"Kenapa dia?" Tanya Ray cepat.

"Dia bilang habis operasi, gue awalnya percaya aja dong. Tapi pas gue nungguin istri di USG, gue gak sengaja kelihatan sama hasil pemeriksaan Kyara. Dan kalian tahu hasilnya apa?” James sengaja menggantungkan ceritanya, Ray dan Revan semakin tidak sabar.

“Buru ahh dasar lambe lambean loe, pake acara sok misterius segala.” Omel Dante kesal.

“Ternyata dia hamil brooo." Teriak James menuju akhir ceritanya. Ray seketika menoleh ke arah Revan yang terlihat kaget dan mematung.

"What? Itu kan kabar baik. Tapi, kapan dia nikah? Kok gak ada kabarnya?" Tanya Dante.

"Loe yakin itu punya dia?" Tanya Ray memastikan.

"Yakin 100%! Ada namanya kok, Kyara Calleya usia kandungan 7 minggu."

"Siapa lakinya? Apa cuma gue doang yang ketinggalan berita di sini?” Tanya Dante lagi yang beda 11 12 dengan James yang punya tingkat kekepoan tinggi.

"Nah itu dia, setau gua dia single dan ngapain boong ke gue kalo habis operasi, hamil kan berita bahagia.” Jawab James ikut memanasi.

“Takut pamali kali bro. Loe julid juga yahh. Kali aja dia memang udah ada pasangan dan kita gak tahu. Lebih baik kita doain dia dan babynya sehat, daripada sebarin berita gak bener gini, bukan urusan kita juga.” Bela Ray tidak ingin pembahasan Kyara semakin menjadi bahan omongan.

Seusai bubar dari café, Ray mengajak Revan duduk berbincang di dalam mobilnya. Semenjak mendengar Kyara hamil, raut wajah Ray terlihat gusar dan tidak tenang.

"Kyara..., hamil anak loe kan?” Tanpa basa-basi Ray langsung menembak pertanyaannya pada Revan.

“Apa?? Gila loee! Mana mungkin?”

“Malam reuni, loe yang anterin dia pulang. Loe bawa dia ke mana? Dan loe gak pulang rumah, karena Angela sempat tanyain gue, dan gue bilang iya, loe nginap di tempat gue karena mabuk berat. Gue selamatin loe karena gue gak nyangka loe bakal hamilin dia. Dari sikap loe mau anterin dia pulang aja itu udah salah, apalagi sampai hamilin dia.” Ceramah Ray yang kesal dengan sikap Revan seakan kabur dari tanggung jawab.

“Siapa tahu itu anak cowoknya. Lagian dia udah gak virg*n lagi kok.” Jawab Revan berkelit.

"Brengsek loe, gak virg*n bukan berarti itu bukan anak loee! 7 minggu mennn! Loe hitung sendiri dari malam itu!!" Ray kesal melihat reaksi Revan yang tidak bertanggung jawab dan ia yakin itu adalah anak Revan.

“Loe udah gak bisa ngelak, kalau loe malam itu memang udah tidur sama dia. Sekarang gimana penyelesaian loe kalau itu bener anak loe? Dia ada contact loe?” Tanya Ray lagi.

Revan teringat minggu lalu saat ia tiba-tiba menerima telephone dari Billa dan seperti terdengar suara Kyara. "Jangan beritahu diaa.. Please Billa. Tuttt.. Tuttt... Tuut..." Masih terngiang di ingatannya suara itu, serasa kebetulan dengan waktu yang sangat sesuai seperti yang James ceritakan.

Saat itu juga Revan berusaha menghubungi Kyara, tapi nomornya sudah diblock. Ia pun mencoba menghubungi Billa, tapi tidak diangkat.

“Gak bisa di call.” Ucap Revan pada Ray yang memperhatikan di sampingnya. Ray ikut pusing memikirkan kedua temannya itu. Yang satu sudah menikah, yang satu hamil tanpa ada yang bertanggung jawab.

“Loe udah harus siapin, skenario terbaik yang bisa loe ambil.” Saran Ray pada Revan mengakhiri obrolan mereka malam itu.

...***...

"Aku mohon, aku tidak mau berhubungan dengan pria itu lagi. Cukup aku menanggung karma dan dosa masa laluku." Isak Kyara memohon pada Billa. Billa sebenarnya kekeuh ingin memberitahu Revan tentang kehamilan Kyara.

"Tapi, anak ini harus punya ayah. Apalagi ayahnya memang masih hidup dan sangat dekat dengan kita."

"Jangan, aku bahkan tidak punya rencana apa yang harus kulakukan pada anak ini.” Jawab Kyara masih kebingungan.

"Maksudmu..., kamu mau menggugurkannya?” Tebak Billa kaget.

Kyara kembali menangis dan terisak.

"Aku gak tahuu.. Aku hancur Billa... Bagaimana jika keluarga ku tahu??" Tangis Kyara kembali pecah.

Billa tentu saja tidak setuju jika Kyara mengugurkan bayinya, apalagi ini adalah anak pertama yang dikandungnya, tidak baik dari sisi manapun. Tapi ia juga kasihan jika Kyara bermasalah dengan keluarganya, apalagi anak itu adalah anak dari pria beristri, ia akan menghancurkan banyak keluarga sekaligus.

Sedangkan Revan berusaha mencari informasi mengenai tempat tinggal dan tempat kerja Kyara dibantu oleh Ray. Ia akhirnya menunggu Kyara di coffee shop yang terletak di depan kantor Kyara. Matanya terus melirik jam tangan, seharusnya Kyara sudah pulang, tapi tak juga terlihat.

Penantian Revan akhirnya membuahkan hasil , pukul 7 lewat ia melihat Kyara keluar dari gerbang kantor dan berdiri di pinggir jalan. Wajahnya terlihat lelah dan kurang tidur.

“Kyara...” Panggil Revan pelan menghampirinya.

"Kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Kyara kaget.

"Ada yang harus kita bicarakan.” Bujuk Revan.

“Tidak, tidak ada yang harus dibicarakan.” Tolak Kyara tegas.

“Kau hamil?” Tanya Revan tanpa basa-basi karena melihat Kyara tidak ingin berbicara dengannya.

“Apa maksudmu?” Tanya Kyara semakin terkejut. Bagaimana mungkin Revan bisa tahu, apa Billa yang memberitahukannya?

“James bilang kamu hamil.”

“Ckckck..., hebat sekali, hanya karena bertemu di poli kandungan, dia bahkan menyebarkan gosip yang tidak jelas. Aku tegaskan, aku tidak hamil, dan jika hamilpun itu bukan anakmu. Karena tidak ada apapun yang terjadi pada kita malam itu.”

“Key…,” Panggil Revan ingin membujuk Kyara untuk berbicara baik-baik.

“Cukup Revan, jangan pernah kamu muncul di depan ku lagi. Sejak hari itu, kita tidak punya hubungan apa-apa. Jangan lupa kamu!" Tutur Kyara memperingatkan kemudian segera menghentikan taksi yang kebetulan lewat.

Semenjak hari itu, Revan semakin sering muncul di depan kantornya, tapi Kyara berhasil menghindarinya. Tak lama Kyara akhirnya memutuskan resign sebelum perutnya semakin membesar. dan menjadi aib di dalam lingkungan kerjanya.

Ia berniat pindah kota dan menjadi guru di panti asuhan serta mengajar anak-anak jalanan. Bahkan keluarganya pun belum tahu mengenai kehamilan Kyara.

Billa tidak tinggal diam. Setelah Kyara pindah, ia akhirnya bisa menghubungi Revan.

Revan datang ke apartemen Billa ditemani Ray yang ia percayai bisa menjaga rahasia dan menjadi penasihatnya. Billa menunjukkan wajah kesal saat melihat kedatangan Revan, ingin rasanya ia merusak wajah itu sekarang juga. Percuma tampan tapi tidak bertanggung jawab. Huhh!

“Kyara cerita ke gue, kalau loe tahu dia hamil?” Tanya Billa berusaha tenang.

“Yahh, tapi dia gak mengakuinya dan bilang itu bukan anak gue. Gue juga bisa apa?”

"Brengsek! Dia hamil anak loe, dan loe malah gak bertanggung jawab. Gue tahu loe sudah nikah, dan itu kesalahan. Tapi gue juga gak bisa lihat temen baik gue menderita gini. Kalau tahu loe bakal gini, seharusnya gue dukung keputusan kyara untuk gugurin anak itu.” Cerocos Billa kesal melihat reaksi Revan.

“Apa? Gugurin?” Tanya Revan dan Ray berbarengan.

“Kasihan banget Kyara, si*l dia ketemu loe lagi di reuni itu. Seharusnya gue gak bujuk dia dateng dan gak bujuk dia pertahanin itu anak.” Kesal Billa yang merasa itu adalah kesalahannya juga.

“Sekarang Kyara di mana Bill?” Tanya Ray.

“Dia udah pindah, sambil mikirin mau diapain tuh anak.” Jawab Billa ketus.

Revan mengacak-acak rambutnya frustasi. Bagaimana mungkin ia membiarkan Kyara menggugurkan anak itu, tapi apa pula yang harus ia lakukan pada Angela jika istrinya tahu?

.

.

.

.

.

To be Continue~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!