Berita mengenai keluarga Indra Prasetya tersebar di berbagai media elektronik. Raut wajah gembira kekasih Sara itu terpampang nyata di foto.
Bersama keluarga kecilnya, Indra mematahkan gosip mengenai hubungannya bersama Sara. Hujatan demi hujatan terus Sara dapatkan di akun media sosial miliknya.
Publik mengatakan Sara seharusnya bertobat untuk menjadi seorang perebut suami orang. Publik tidak tahu sebenarnya Sara-lah yang paling terluka.
Mereka hanya mengecam Sara seorang, sedangkan Indra terlihat sangat keren bersama keluarga bahagianya.
Sebagai sahabat, Dini tidak ingin mengatakan apa pun. Sudah sering kali ia memberi nasihat kepada Sara untuk melepaskan pria sampah seperti Indra, tetapi tetap saja Sara tidak mendengar.
"Aku ingin mundur dari dunia model. Kamu bisa bekerja di tempat lain, Dini," ucap Sara.
"Apa yang kamu katakan? Kamu bercanda, kan?"
Sara menggeleng, "Aku serius. Aku lelah dengan semua ini."
"Bagaimana dengan penggemarmu?"
"Tidak ada penggemar. Mereka semua pembenciku," jawab Sara.
"Jika kamu berkeinginan seperti itu, aku bisa apa?"
"Maafkan aku, Dini. Mungkin kamu bisa menjadi manager atau asisten model lain," usul Sara.
"Apa yang kamu katakan? Aku juga lelah dengan semua ini. Bagaimana kalau kita menjalankan usaha cafe milikmu? Sayang sekali ruko yang kamu beli tidak terurus."
Sara tersenyum, "Boleh juga. Tapi saat ini aku tidak berniat. Kamu saja, nanti kita bagi dua keuntungannya."
Dini mengerti jika Sara ingin sendirian dan menenangkan pikirannya. Namun, Dini memperhatikan Sara sejak pulang dari pulau memang sedikit berubah.
"Siapa pria yang ada di pulau itu?" tanya Dini tiba-tiba.
"Namanya Saka," jawab Sara.
"Oh, jadi, kamu sakit hati gara-gara Indra atau Saka?"
Sara mengedikkan bahu. "Entahlah. Saat ini aku hanya ingin menunggu kabar darinya. Aku merindukannya, Din. Aku harap dia datang pada waktu yang kujanjikan."
"Semoga, dan aku harap dia pria baik."
...****************...
Waktu yang Sara tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Besok, tepatnya, adalah hari bertambahnya umur Sara yang ke dua puluh lima.
"Lihat, Sara. Penggemar setiamu datang memberi ucapan selamat dan hadiah. Apa kamu tidak mau menemui mereka?" kata Dini.
"Siapkan penjaga. Aku akan keluar untuk menemui mereka."
Dini keluar dari kamar dan bersiap untuk memanggil penjaga. Sara merapikan dirinya agar penggemar mengatakan kalau dirinya baik-baik saja dan tidak tertekan akan komentar jahat.
Sara keluar dengan di dampingi Dini dan pengawalnya. Para penggemar yang kebanyakan wanita, antre untuk menyerahkan hadiah serta berfoto selfi bersama.
Sara menyapa penggemar dengan ramah, menjelaskan apa yang terjadi semuanya dan berakting kalau dirinya baik-baik saja.
Selesai menemui penggemar, sore hari Sara bersiap-siap dengan merias dirinya. Rambutnya digelung, wajah dirias tipis dan Sara mengunakan gaun malam untuk acara istimewanya.
"Ada hadiah untukmu," kata Dini.
"Dari siapa?"
"Indra."
"Oh, buka saja. Pasti perhiasan mahal. Lumayan, buat dijual kalau enggak punya uang," kata Sara.
Dini tergelak dan membuka hadiah dari Indra. Tebakan Sara sangat tepat. Indra menghadiahkan satu set perhiasan.
"Apa dia tidak mengajakmu untuk makan malam?" tanya Dini.
Sara meraih ponselnya, lalu membuka pesan dari Indra yang ia terima beberapa menit yang lalu kemudian membacanya.
Sayang, maafkan aku karena tidak bisa merayakan hari jadimu. Aku sangat menyesal karena ini pertama kalinya kita tidak bisa bersama. Velia sangat cerewet akhir-akhir ini. Aku sangat kewalahan meladeninya, Sayang. Aku harap kamu mengerti.
"Begitu isi pesannya," kata Sara.
Dini melotot, "Serius, Indra mengirimkan pesan itu?"
"Begitulah."
"Lalu kamu berdandan untuk siapa?" tanya Dini.
Sara tersenyum, "Aku harap dia datang."
...****************...
Sara mengatakan kepada pelayan restoran kalau ia memesan minuman terlebih dahulu sebelum tamu yang ia tunggu datang. Jauh-jauh hari Sara telah memesan meja di sebuah restoran yang menjadi satu dengan hotel.
Sara menjanjikan kepada Saka bahwa ia akan menunggu pria itu pada pukul tujuh malam di restoran hotel Paris.
"Sudah pukul tujuh, Saka belum juga datang. Apa aku coba hubungi, ya?" Sara menggeleng. "Tidak! Aku sudah mengirim pesan padanya untuk datang tepat waktu jauh-jauh hari. Kalau dia sampai lupa, artinya Saka sama saja seperti Indra."
Waktu semakin berlalu dan tidak ada tanda-tanda kedatangan Saka. Pelayan sudah bertanya lagi kapan Sara akan memesan menu makan malamnya.
Sara yang tidak enak hati akhirnya memesan menu makan malam untuk dua orang dan setelah pesanan itu datang, ia sama sekali tidak menyentuhnya.
Kembali Sara melihat jam dari layar ponsel miliknya. Sudah pukul sembilan malam dan Saka juga tidak datang. Sara menghela napas panjang, lalu mengerjapkan kedua matanya agar tidak menangis.
Buat apa Saka datang menemuinya. Selama sebulan mereka tidak saling bertukar kabar. Sara juga sudah menyakiti Saka saat di pulau.
"Dia tidak akan datang, Sara. Lebih baik pulang saja," gumamnya menguatkan diri agat tidak menangis.
Sara menghabiskan dalam satu teguk minumannya, meletakkan beberapa lembar uang merah, lalu beranjak dari kursi.
"Dia sama saja seperti Indra." Sara mempercepat langkah keluar karena ia tidak dapat membendung tangis yang akan mendera. Dua jam penantian Sara sia-sia untuk menunggu kekasih keduanya datang.
"Hei!"
Sara berhenti melangkah, lalu menelengkan kepalanya. Ia terisak saat melihat lelaki tampan di hadapannya. Saka datang dengan penampilan celana jeans, kaus putih yang dibalut dengan blazer.
"Kenapa kamu datang?" tanya Sara dengan suara serak.
"Kenapa kamu menangis?" tanya balik Saka.
"Aku menunggumu selama dua jam, tetapi kamu terlambat. Aku kelaparan, perutku keroncongan, bahkan aku menahan untuk buang air kecil sekarang. Aku menghabiskan tiga gelas minuman untuk menunggumu," tutur Sara.
Saka tergelak, "Kenapa tidak makan saja?"
"Karena aku menunggumu! Lihat riasan dan penampilanku, ini semua untukmu dan sekarang menjadi hancur."
Saka tak kuasa menahan tawanya. Beberapa pengunjung yang melihat, heran karena Sara menangis di depan seorang pria.
Saka merentangkan kedua tangannya. "Kemarilah, kamu merindukanku, kan?"
Sara berlari memeluk Saka. "Jelas aku rindu padamu."
Saka mengusap punggung kekasihnya. "Bukankah kekasihmu yang lain masih ada? Kenapa masih merindukanku."
"Aku tidak ingin membahasnya. Ini malam kita berdua."
"Karena kamu lapar, bagaimana kalau kita makan?" usul Saka.
Sara mengangguk, "Aku mau ke toilet dulu."
"Astaga! Bisa-bisanya kamu melucu di saat romantis begini. Kita kembali ke hotel saja. Lagian kamu memakai gaun malam, kenapa tidak pakai jaket, sih?" Saka melepas blazer miliknya, lalu memakaikannya kepada Sara.
"Gaun ini berlengan."
"Tapi bagian belakangnya terbuka," protes Saka.
"Aku janji tidak akan memakai gaun ini lagi."
"Sebaiknya begitu," ucap Saka yang melangkah bersama Sara masuk ke dalam hotel.
Bersambung
Dukung Author dengan vote, like dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Felisha Almaira
tinggalin Indra ....buat apa????pengen miliki dua duanya dan para wanita ini harus memaklumi nya...enak bnget hidup Indra .....
2023-01-22
1
Afifah Nazzmi
semangat trs buat sarah
2022-12-16
1
Jasmine
Saka gentle jg ya meski telat tp tetap memenuhi janji
2022-08-16
0