"Teman serumahmu seorang pria?" tanya Indra saat melihat Saka juga ada di rumah itu.
"Iya, namanya Saka," jawab Sara.
"Kamu tidak memberitahuku?" Indra cukup kesal mendapati teman serumah kekasihnya seorang pria dan lebih membuatnya ingin marah, adalah Sara tidak memberitahu apa pun.
"Kamu tidak bertanya," kata Sara.
Saka berdehem untuk menghentikan pertengkaran sepasang kekasih itu. Ia mengulurkan tangan kepada Indra.
"Aku Saka."
"Indra, kekasih Sara." Indra langsung membawa Sara naik ke atas dan mengabaikan uluran tangan Saka.
Terdengar suara pintu kamar dibanting dan teriakan Sara. Saka bergegas menyusul ke atas dan mengetuk pintu kamar.
"Sara! Kamu tidak apa-apa? Kenapa berteriak?" tanya Saka dengan menekan gagang pintu.
Pintu dibuka oleh Indra. "Kenapa menganggu kami?"
"Kamu membuat keributan. Kamu apakan Sara?"
"Aku tidak apa-apa, Saka. Aku memang suka berteriak jika marah," jawab Sara.
Indra menyentuh pundak Saka. "Aku tidak seperti pria yang kamu kira."
"Aku ada di lantai bawah. Jika ada apa-apa, berteriak saja."
Sara tersenyum, "Jangan khawatir."
Saka memandang Sara hingga pintu kamar ditutup kembali. Saka masih tetap di sana mendengar percakapan Indra dan Sara. Permintaan maaf, kata-kata cinta diucapkan hingga tawa dari Sara.
Saka tertawa kecil, lalu menghela napas panjang. Begitulah Sara. Wanita yang cinta mati kepada Indra. Hanya karena rayuan, Sara sudah luluh.
Saka menuruni anak tangga dengan langkah gontai. Ia duduk di kursi meja makan menyesali semua yang telah terjadi. Saka terjebak dengan perasaannya sendiri. Awalnya ia hanya iseng saja menjadikan Sara sebagai kekasih. Namun, selama dua hari bersama wanita itu, timbul perasaan ingin memiliki.
Saka membenci cinta pada pandangan pertama. Benci kepada wanita cantik yang hanya mempermainkan perasaannya saja.
Kenapa takdir mempertemukan Saka dengan Sara? Apa karena takdir memang menginginkan Saka melindungi Sara, dan menghibur wanita malang itu? Saka mengumpat dalam hati. Mulai saat ini ia harus melupakan Sara dan anggap saja kebersamaan mereka sebagai hiburan.
*****
"Apa yang akan kita makan sebagai makan malam?" tanya Indra.
"Aku membeli beberapa sayur dan juga buah. Biar aku potongkan untukmu," kata Sara.
Sara mengambil buah di dalam peti styrofoam, mencuci, lalu memotongnya kecil-kecil.
"Bagaimana dengan perusahaanmu?" tanya Sara.
"Berkembang baik. Saat kamu memberi pernyataan di sosial media, bahwa kita tidak punya hubungan apa-apa, semuanya aman terkendali," beber Indra sembari memakan buah apel yang dipotong Sara. "Oh, iya, aku lihat statusmu. Bukankah yang bersamamu itu Saka?"
Sara mengangguk, "Iya, kami hanya jalan-jalan kemarin."
"Kamu belum mengecek media sosialmu?"
Sara menggeleng, "Belum sempat. Lagian hanya hujatan yang kudapat."
"Para haters itu akan aku perkarakan."
Sara menghela, "Aku masak makan malam dulu."
Indra mengangguk, lalu pergi keluar dari rumah menikmati senja di tepi laut. Pandangannya beralih pada Saka yang berada di ujung jembatan. Indra segera menyusul pria itu.
"Kamu yang mengajak kekasihku naik ke daratan?" kata Indra.
Saka menelengkan kepalanya. "Dia bersikeras mau ikut."
"Aku akan meminta bu Minah mencarikan teman wanita untuk Sara."
Saka tergelak mendengarnya. "Kamu menyembunyikan kekasihmu di pulau ini, padahal kamu tahu sendiri jika pulau ini masih sepi. Sekarang kamu mau mencarikan teman wanita karena kekasihmu kedapatan serumah dengan seorang pria. Aneh sekali."
"Itu karena aku tidak tahu kamu serumah dengan Sara."
"Pulau ini siapa saja boleh berkunjung untuk liburan. Apa kamu tidak bisa membayangkan jika ada sekelompok pria datang dan mencelakai kekasihmu?" tanya Saka.
Indra tersentak, lalu pergi meninggalkan Saka. Perkataan Saka ada benarnya. Pulau ini sepi dan bisa terjadi sesuatu pada Sara.
"Sayang!" seru Indra.
"Iya."
"Besok kita kembali saja ke Jakarta. Di sini tidak aman untukmu."
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Sara.
"Bisa saja ada orang yang mencelakaimu. Aku tidak mau sampai terjadi apa-apa denganmu, Sayang." Indra memeluk kekasihnya dan saat itu juga Saka masuk ke dapur.
Sara tersentak, lalu mendorong tubuh Indra. "Kamu bicara apa, sih? Aku baik-baik saja."
"Pokoknya kita harus pulang," kata Indra.
Sara mengangguk, "Iya, kita akan pulang."
*****
Malamnya hanya Indra dan Sara yang makan bersama. Saka tidak tahu pergi ke mana, tetapi Sara sudah meninggalkannya nasi serta lauk.
"Kita tidur, yuk, Sayang," ajak Indra.
Sara mengangguk, mengiyakan perkataan kekasihnya. Keduanya naik ke lantai atas. Indra langsung merebahkan kepalanya di atas bantal dan beberapa saat napas pria itu teratur.
Sara bergerak pelan, lalu melangkah keluar dari kamar, dan menuruni anak tangga. Ia keluar dari rumah dan berjalan mencari Saka.
Sara menuju pendopo, tetapi Saka tidak ada di sana. Kemudian berpindah mencari pria itu ke pantai dan terlihat Saka tengah duduk di atas pasir.
"Sakaa!" seru Sara.
Saka menoleh dan mendapati Sara tengah berjalan menghampirinya. "Kenapa kamu di sini? Ayo pulang, kamu belum makan malam, kan? Aku sudah sediakan makan malam untukmu."
"Apaan, sih? Pulang sana. Ganggu saja."
Sara tersentak akan ucapan kasar Saka. "Kamu marah karena Indra, kan? Aku juga enggak tahu kenapa dia datang."
"Kenapa juga aku harus marah? Toh dia kekasihmu."
"Aku tahu kamu marah," kata Sara kekeh.
Saka bangun dari duduknya. "Iya, aku marah. Lalu kenapa?!"
"Saka, kamu tahu statusku, kan? Apa perlu aku jelaskan?"
"Aku tahu dan aku sangat tahu. Jadi ... ada hal apa kamu mengurusiku?! " kata Saka yang mengeluapkan emosinya.
"Besok aku akan pulang ke Jakarta."
"Tidak ada yang memaksamu untuk tinggal," kata Saka.
Sara melangkah pergi, lalu ia berhenti sejenak memutar tubuh sepenuhnya memandang Saka.
"Bagaimana aku bisa memilih antara kalian berdua jika sikapmu seperti ini," kata Sara.
Saka tersentak, lalu ia tergelak. "Aku hanya menyadari statusku saja. Aku pria selingan bagimu."
Sara melanjutkan langkahnya. Berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan Saka di pantai. Sara mengambil segelas air minum, lalu meneguknya sampai habis.
Entahlah, ia merasakan sakit mendengar kata-kata Saka barusan. Saka membawanya ke dalam situasi rumit dan Sara terjebak di dalamnya.
"Sayang."
Sara tersentak. Tiba-tiba saja Indra datang. "Aku hanya mengambil minum."
Indra tersenyum, dan menghampiri kekasihnya. "Aku kaget karena kamu tidak berada di sampingku." Indra mengusap pipi Sara dan ia merasakan hawa dingin. "Kamu keluar?"
"Hanya sebentar untuk mencari udara segar," kilah Sara. "Kita kembali tidur lagi."
Indra mengangguk, lalu merangkul pundak kekasihnya menuju anak tangga, dan di saat itu, Saka masuk ke dalam rumah.
Indra hanya melirik dan Sara menundukkan kepalanya. Keduanya menaiki anak tangga disusul oleh Saka di belakang mereka.
Saka hanya bisa melihat kekasihnya dibawa masuk ke dalam kamar dan pintu segera ditutup, lalu dikunci.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
LENY
SMG SARA SEGERA SADAR DAN MENINGGALKAN INDRA.
2024-09-03
0
Yuli maelany
aku tau pria macam indra ini dia gak bakalan puas dengan apa yang dia raih ,dan aku gak yakin kalo dia bisa lepas dari istrinya apalagi kalo dia masuk dunia politik,jelas saja demi nama baik dia mesti bisa setia pada satu wanita,dan artinya sara bakalan tetep jadi simpanan dan selingan ....
2023-10-13
1
viva vorever
awalnya biasa saja,hingga timbul rasa saat hati terpaut,problema pun datang menghadang,dan yg tertinggal hanya luka ,sendiri menanti~SAKA~
2022-08-25
1