"Aku pinjam motormu, Dek. Buat sehari jak. Buat jalan-jalan," kata Saka.
"Pakailah," sahut Deki dengan memberi Saka kunci dan juga STNK.
Saka mengambilnya, lalu mengeluarkan sejumlah uang senilai lima ratus ribu untuk biaya sewa dikarenakan Saka akan memakai motor itu seharian sampai ia kembali ke pulau.
"Kamek doloan. Mau jalan-jalan ke taman burung, lok," kata Saka. (Kami duluan. Mau jalan-jalan ke taman burung)
Kedua teman Saka hanya mengangguk. Mereka masih memperhatikan Sara yang cantik jelita. Antara percaya dan tidak Saka bisa mendapatkan pacar secantik itu.
Saka memang tampan dan berasal dari kota besar. Mereka berteman karena Saka sering ke kota Singkawang, berkenalan, lalu menjalani persahabatan.
Sara memegang pundak Saka saat akan menaiki motor matic berbentuk vespa modern. Helm putih dengan tulisan bogo, lalu masker penutup mulut mereka kenakan.
Saka menghidupkan mesin, melambaikan tangan kepada dua rekannya, lalu melaju menuju taman burung.
Sara heran karena yang disebut taman burung, tidak ada hewan unggas sama sekali. Yang ada seperti pasar malam. Pengunjung berdatangan hanya untuk naik odong-odong yang bermuatan sepuluh puluh orang dewasa.
Odong-odong yang dihias dengan bentuk menyerupai naga, ikan dan hiasan lampu menjadi daya tarik tersendiri. Satu lagi yang tidak ketinggalan, lagu hits ala anak tiktokers.
"Ini namanya taman burung?" tanya Sara.
"Iya, lebih tepat ini taman, tapi seperti pasar malam. Pokoknya di sini tempat pacaran, santai, main buat anak-anak. Semuanya ada," jawab Saka. "Kamu mau naik odong-odong?"
"Boleh. Sepertinya akan asik."
Saka membawa Sara ke salah satu odong-odong yang akan berangkat. Tarif satu orang seharga sepuluh ribu rupiah untuk sekali keliling pasar. Saka dan Sara duduk pada bagian tengah dengan tempat duduk di tepi.
Musik dihidupkan. Anak-anak remaja, kecil serta dewasa duduk sembari menghadap kamera mereka untuk melakukan live streaming.
Kendaraan mulai berjalan. Musik dengan hentakkan beat berdendang. Suara riuh rendah terdengar dan lambaian tangan diberikan kepada pengunjung atau keluarga yang menunggu giliran untuk naik.
"Kita akan berkeliling pasar dengan ini," kata Saka.
"Aku juga mau live," kata Sara dengan memposisikan diri di hadapan ponsel.
Saka juga ikutan nimbrung dengan melambaikan tangannya di belakang kepala Sara.
"Lihat, itu tempat kita dan cafe jus tempat kita minum," kata Sara.
"Temanku masih di sana rupanya." Saka melambaikan tangan kepada temannya dan kedua rekannya itu hanya menggelengkan kepala.
"Cewek Saka, kok, mirip artis, ya?" kata Deki.
"Memang artis kali," sahut Andi.
Saka mengenggam tangan Sara. "Besok mau pulang atau masih mau jalan-jalan?"
"Terserah kamu. Aku ikut saja," jawab Sara.
Selesai naik odong-odong, Saka dan Sara berjalan sebentar di taman, lalu kembali lagi ke hotel.
"Kembali ke kamarmu sana," kata Sara.
"Biarkan aku di sini dulu, Sayang. Aku mau bicara."
"Aku mau tidur," kata Sara dengan merebahkan diri di atas tempat tidur.
Saka memeluk Sara, membalik tubuh wanita itu agar menghadap dirinya. "Apa kamu punya saudara?"
Sara menggeleng, "Aku anak terbuang. Tidak tahu apa artinya keluarga."
"Itu sebabnya hubunganmu tidak disetujui?"
"Velia dari keluarga terhormat dan keluarga Indra menyetujui hubungan mereka, dan aku terjebak di dalamnya," ungkap Sara.
"Kamu sendiri yang ingin terjebak, Sara."
"Aku mencintai dia. Hubungan kami cukup lama dan Indra telah berjanji untuk menikahiku."
Saka semakin mempererat pelukannya. "Tidak apa-apa. Meski nantinya Indra tidak menikahimu, maka aku yang akan mengajakmu menikah."
Sara menggeser tubuhnya sedikit agar ia dapat memandang wajah Saka. "Apa keluargamu mau menerimaku? Aku anak yang tidak jelas. Orang tua saja aku tidak tahu ada di mana."
"Apa arti sebuah keluarga, Sara? Aku juga sama sepertimu. Hanya seorang anak yang tidak diharapkan. Syukur-syukur aku bisa tumbuh besar seperti ini. Aku hidup karena warisan kakek dari ibuku."
"Kamu orang kaya? Kalau kamu kaya, aku mau? Aku tidak mungkin hanya makan cinta saja, kan?"
"Dasar!" Saka menggelitik perut kekasihnya.
"Ampun. Jangan kelitik lagi. Aku hanya berpikir rasional saja. Perutku butuh makan."
"Sepertinya aku harus kerja keras mulai sekarang," kata Saka.
"Sudah seharusnya," sahut Sara.
Saka memandang Sara lekat. Mata Sara yang indah berbinar. Pipinya memerah saat Saka mengusapnya. Saka ingin menyentuh Sara, menyelami setiap inchi dari tubuh wanita itu.
Saka menunduk perlahan sembari matanya tetap memandang Sara. Keduanya mengerjap saat bibir mereka saling bersentuhan.
Sara memejamkan mata, membuka sedikit bibir bawahnya. Ia bergumam ketika indra perasa Saka masuk mengobrak-abrik langit-langit di dalamnya.
Sara menekan tubuhnya ke Saka. Menjalarkan rasa hangat pada tubuh sang kekasih. Permainan bibir mereka semakin memanas. Indra perasa Saka melilit, menawannya, dan memicu gelora Sara.
Tangan Saka perlahan meninggalkan pipi Sara, membelai bagian depan yang mengeras kemudian turun hingga ke pinggul, lalu menyelinap masuk menggelitik perut rata Sara.
Saka melepas tautannya. Bibir nakalnya turun ke leher yang membuat Sara menjadi gelisah. Kaus yang dipakai Sara terangkat. Kelitikan yang Saka berikan, membuat bagian bawah sana terasa lembab.
Sara tersadar dengan apa yang telah terjadi. Ia mendorong tubuh Saka agar menjauh.
Saka tersentak, "Ada apa?!"
"Kembalilah ke kamarmu."
Saka berdecak sesaat memandang sorot mata Sara yang penuh sesal. "Kamu menyesal?"
"Kembalilah, Saka. Aku tidak bisa melakukannya."
Saka mengumpat, "Maafkan aku. Tidurlah. Selamat malam."
Sara memejamkan mata ketika Saka keluar dengan membanting pintu. Jika ada petugas hotel, mungkin Saka akan dimarahi.
Seharusnya Saka sadar jika Sara belum bisa melakukan hal yang lebih jauh dari itu. Hubungan mereka masih baru dan Saka terlalu terburu-buru untuk tidur bersama.
"Aku sangat keterlaluan. Kenapa bisa sampai tidak tahan dengannya? Aku ingin menyentuh Sara, " ucap Saka marah pada dirinya sendiri. "Sara pasti berpikir aku pria kurang ajar yang menjadikan pacar mereka sebagai teman tidur."
Saka terduduk di tempat tidur. Ia merebahkan diri dengan sorot mata memandang langit-langit kamar. Terbayang adegan mesra saat ia bersama Sara tadi.
Bibir Sara begitu lembut dan manis. Tubuhnya harum dan kulitnya lembut. Saka memegang bibirnya sendiri. Sisa-sisa kecupan itu masih terasa di bibirnya.
"Sara! Aku cinta kamu."
******
Sara kaget saat membuka pintu kamar hotel. Saka tiba-tiba memeluknya dan mengucap kata maaf berulang kali.
"Tidak seharusnya aku memaksamu," kata Saka.
"Kamu tidak memaksaku," kata Sara.
Sara ingin mengatakan jika sebenarnya ia juga menginginkan hubungan yang lebih jauh. Namun, ia tidak bisa karena hubungan terlarang mereka.
Sara sudah membuat kesalahan dengan menjadikan Saka pacar keduanya, tetapi ia juga bingung saat kejadian semalam. Kenapa ia pasrah saat Saka menyentuhnya?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Wrin Budayani
jadiin sama saka saja thor si sara , daripada si indra yg mendua
2022-11-08
0
Jasmine
itu namanya love...benih2 itu telah tumbuh dan akan bertumbuh terus jika rajin disirami dan dipupuk..mulailah buka hatimu utk Saka
2022-08-16
0
Junaedi
bravo
2022-05-27
0