"Aku akan pulang, Saka," ucap Sara sekali lagi.
"Hati-hati di jalan," jawab Saka.
Sara memandang Saka lekat. Berharap kekasih keduanya itu mencegah, memohon atau apa pun agar ia tidak pergi. Namun untuk apa? Jika Saka melakukan hal itu, Sara juga tidak dapat untuk pergi meninggalkan pulau.
"Sebulan lagi acara ulang tahunku. Alamat rumah sudah kukirim lewat pesan. Aku harap kamu datang," kata Sara.
"Sayang! Ayo, berangkat," ajak Indra yang memandang Saka dan Sara.
"Aku akan menyusul. Kamu duluan saja," ucap Sara.
Indra melirik Saka, sejurus kemudian ia mengangguk. "Jangan terlalu lama. Speedboat akan datang sebentar lagi."
Sara memakai tas ranselnya, lalu melangkah, tetapi ia berhenti sejenak untuk memandang Saka.
"Aku akan menunggumu datang," ucap Sara.
Saka terdiam mendengarnya, dan berlalu menaiki anak tangga. Sara menghela napas, lalu keluar dari rumah karena Saka tidak menanggapi ucapannya.
Speedboat datang menjemput sepasang kekasih itu. Saka hanya melihat kepulangan kekasihnya dari atas balkon, dan tersenyum sinis.
"Menungguku datang? Untuk apa, Sara?" gumam Saka. "Kamu hanya akan menyakitiku."
*******
Dua minggu kemudian
"Semenjak kamu pulang dari pulau, aku lihat hidupmu enggak bersemangat. Setiap hari pegang ponsel mulu," tegur Dini.
Sara memandang sahabatnya. "Apa kamu tahu cinta pada pandangan pertama?"
Dahi Dini mengernyit. "Kenapa? Kamu jatuh cinta sama orang lain?"
Sara mengedikkan bahu, "Entahlah."
"Lupakan itu. Sekarang aku ingin bahas pekerjaan. Kamu mau kerja enggak? Ada tawaran fashion show."
"Boleh. Capek juga diam di rumah. Setidaknya bisa menghabiskan waktuku," kata Sara.
Dini mengangguk, "Akan aku atur jadwalnya."
Dalam dua minggu itu juga, Saka bagaikan kehilangan nyawanya. Tiada hari tanpa memandangi ponsel, berharap sang kekasih menghubunginya.
Saka masih menganggap Sara sebagai kekasih karena mereka tidak ada kata putus. Itu menurut pendapat Saka, dan ia tidak tahu apa pendapat Sara. Mungkin wanita itu sudah tidak menganggapnya, dan mungkin sudah lupa akan dirinya.
Sara menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan bekerja. Indra sangat jarang menemuinya karena wartawan tetap saja mengintai keduanya.
"Sara sudah kembali. Kamu ingin selingkuh lagi?" kata Velia.
Indra berdecak, "Kamu ngomong apa, sih? Ini masih pagi. Jangan membuat keributan."
"Aku tahu kamu yang membawa Sara pulang. Hentikan ini, Indra!" pinta Velia.
"Cukup, Velia! Jika kamu masih terus mengungkit hal ini, aku tidak akan segan lagi untuk berpisah darimu," kata Indra.
Velia meletakkan testpack di meja. "Aku hamil lagi. Silakan jika ingin berpisah dariku."
Indra tersentak. Ia meraih test itu dan melihat dua garis merah di sana. "Kamu hamil lagi?"
Velia mengangguk, "Iya."
Indra beranjak dari duduknya, lalu memeluk Velia. "Astaga! Aku tidak percaya ini. Kamu hamil lagi."
"Aku memang tidak menundanya. Orang tuamu menginginkan banyak cucu, kan?"
Indra mengangguk, dan mengecup kening istrinya. "Maafkan aku, Sayang. Kamu jaga bayi kita. Aku harap ini bayi laki-laki."
"Kumohon untuk melepas Sara."
Indra tersentak, "Velia, dengarkan aku. Kamu istriku dan nomor satu bagiku. Sara kekasihku dan dia nomor dua."
Velia menjauh dari suaminya. "Sinting! Pemikiran apa itu? Kamu keterlaluan Indra!"
"Biarkan aku di luar bersama Sara. Saat aku di rumah, aku milikmu, Velia," ucap Indra.
Velia mengumpat kasar, "Brengsek!"
Kabar bahagia itu diumumkan di dalam laman media sosial milik Indra dan Velia. Gosip mengenai hubungan Indra dan Sara semakin terbantahkan karena berita bahagia itu.
"Nona Sara, apa Anda sudah tahu mengenai kabar kehamilan istri dari tuan Indra?" tanya salah seorang wartawan.
"Kenapa saya dikaitkan dengan berita seperti itu? Mau istri tuan Indra hamil, itu bukan urusan saya. Kalian membuat berita selalu memojokkan saya, menyindir karena ketidakberuntungan," ucap Sara kesal.
"Nona, Apa Anda tidak mau memberi ucapan selamat?"
"Ya, selamat untuk mereka berdua," kata Sara singkat.
Marah, kesal, cemburu bergelayut di hati Sara. Bisa-bisanya Velia hamil kembali padahal anak pertamanya masih sangat kecil, dan parahnya Indra pasti sudah meniduri istrinya terus menerus.
Sungguh membuat hati Sara teriris. Kenapa juga ia harus melarang Indra meniduri istri sahnya. Itu haknya sebagai suami. Sara sudah menyakini statusnya sekarang. Ia seorang wanita simpanan dari Indra dan bukannya seorang kekasih yang pria itu cintai.
"Dini, aku tidak ingin bertemu Indra. Tolong siapkan penjaga di rumah," pinta Sara.
"Baiklah," sahut Dini.
Berkali-kali Indra menghubungi Sara, tetapi kekasihnya itu tidak mengangkat. Indra tahu Sara pasti marah dan seperti biasa, dia akan membujuknya.
"Aku harus menemuinya," gumam Indra.
Bergegas Indra keluar dari ruang kerjanya menuju lift. Sara dihubungi tidak bisa, apalagi Dini. Sahabat Sara itu memang sangat membencinya.
Indra mengganti pakaiannya terlebih dulu, memakai topi serta masker di dalam mobil, dan ia memarkirkan mobil sedikit jauh dari rumah Sara.
Indra berjalan ke rumah Sara dan ia sudah dihadang oleh penjaga. "Katakan kepada Sara. Aku datang untuk menemuinya."
"Anda siapa?" tanya penjaga berotot itu.
"Kekasihnya, Indra."
Salah satu penjaga memberi kode kepada salah satu temannya untuk menyampaikan pesan itu.
"Tunggu!" kata Indra.
Penjaga itu berhenti melangkah, memutar tubuh memandang Indra. "Apa lagi, Tuan."
"Katakan kepada Sara, jika dia tidak mengizinkanku masuk, maka dia akan melihat nyawaku melayang."
Dua penjaga itu terkesiap. "Baik, Tuan."
Salah satu penjaga masuk ke dalam rumah untuk memberitahu Sara apa yang dikatakan oleh Indra.
"Suruh dia masuk," kata Sara.
Selalu saja ancaman yang seperti itu. Indra pernah melakukan hal yang membahayakan nyawanya saat Sara meminta putus. Kejadian itu saat Indra belum menikah. Indra dengan sengaja mengiris urat nadinya dan membuat pria itu kritis gara-gara Sara memutuskan hubungan mereka.
"Lagi-lagi ancaman," kata Dini.
"Pergilah, Dini. Dia akan kemari."
Indra tersenyum saat ia diizinkan masuk ke dalam rumah. Pria itu langsung menuju kamar kekasihnya.
"Sayang."
Sara memandang Indra. Wajah kekasihnya semakin berseri. Indra memang tampan, tingginya melebihi Sara sedikit. Hidung mancung, kulit putih dan bibirnya kemerahan. Indra bukan perokok, mungkin juga itu yang membuat bibirnya berwarna merah muda.
"Mau jelaskan apa lagi?" kata Sara. "Mau minta maaf? Menyesal, aku seorang pria dan harus melaksanakan tugasku sebagai suami. Itu, kan, yang ingin kamu katakan? Aku sudah hafal dan tidak perlu kamu jelaskan."
"Sayang, aku tidak tahu kalau Velia hamil lagi. Maksudku Velia tidak memberitahu kalau ia tidak mengonsumsi pil pencegah kehamilan," ungkap Indra.
"Aku tahu. Sudahlah, jangan lagi dibahas. Selamat untuk kalian berdua," ucap Sara.
"Kamu beneran tidak marah?" tanya Indra.
Sara tersenyum, "Tidak. Oh, ya, aku harus pergi untuk pemotretan."
Indra mengangguk, "Aku akan pulang."
Indra keluar dari kamar. Sara terduduk di tempat tidur sembari menutup wajahnya. Ini yang ia inginkan dari Indra, dan ia menderita dalam ketidakpastian.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
LENY
CEWE CANTIK SARA TAPI BEGO
GAMPANG LULUH RAYUAN INDRA YG PINTER NGOMONG
2024-09-03
0
Hera Farida
cewe bego
2023-06-12
1
Rinni Amir
dasar sara bodohhh
2022-12-03
0