"Saka, aku mau mandi laut," pinta Sara.
"Siang-siang begini?" Saka menunjuk matahari yang bersinar terang.
Sara mengangguk, "Memangnya kenapa?"
"Nanti sore saja. Hari panas, nanti kamu sakit lagi. Siapa juga yang susah? Aku juga, kan?"
"Kenapa kamu yang susah? Aku bisa mengurus diriku," kata Sara.
Saka berkacak pinggang. "Ya, sudah. Mandi sana."
Sara bangun dari duduknya, lalu mengangkat baju yang ia kenakan sampai ke perut.
"Hei, apa yang kamu lakukan?!" teriak Saka.
"Buka baju mau mandi."
Saka menurunkan baju Sara. "Kamu pikir di sini Bali apa? Pakai baju mandinya."
"Enggak mau. Aku mau pakai bikini."
"Oh, silakan. Mandi sepuasnya. Mau pakai bikini atau enggak pakai apa pun terserah," ucap Saka.
Tanpa malu Sara membuka pakaiannya di hadapan Saka. Sebagai model dan terbiasa mengunjungi pantai, Sara tidak malu untuk berbikini.
Saka yang melihat itu jadi cenat-cenut. Tubuh Sara benar-benar sempurna tanpa cacat. Semut saja bisa tergelincir saking mulusnya.
Sara berjalan menyusuri bagian pantai yang terdapat pasir putih. Ia berlari masuk ke dalam air laut, sedangkan Saka mengikutinya dari belakang sembari membawa pakaian Sara.
Tidak peduli panas terik, Sara tetap berenang di laut seperti tidak pernah merasakan yang namanya air laut.
"Saka, aku ingin lihat ikan. Ayo kita menyelam," teriak Sara.
"Besok saja. Kita enggak bawa perlengkapan." Saka berjalan menuju pendopo untuk berteduh di sana.
Tiga orang pria yang baru datang berkunjung, duduk di pendopo sebelahnya untuk menikmati laut. Mereka melihat Sara berenang dengan memakai begini.
"Itok baru surge dunie. Cantek lalu cewek, ye." (Ini baru surga dunia. Cantik sekali cewek itu)
"Kawankan mandek be sinun." (Temani mandi sana)
"Eh, ada cewekku. Ade kali yang ngamok diye. Kau jak be. Jak kau sorang yang jomlo di sitok." (Ada pacarku. Nanti dia ngamuk. Kamu saja. Kan, kamu jomlo sendiri)
Saka mendengar ketiga pria itu bicara, yang tampak mengagumi Sara. Pengunjung tersebut berasal dari daerah setempat bila di dengar dari bahasanya. Jelas mereka terasa asing melihat wanita memakai pakaian dalam untuk berenang.
Saka membuka kaus yang ia kenakan, lalu ikut menyusul Sara ke dalam air. Pria itu menarik Sara ke dalam pelukannya.
"Pakai kaus ini. Kalau kamu enggak mau pakai, jangan salahkan aku."
"Pakai kausmu? Enggak mau," tolak Sara.
Saka membawa Sara menyelam, lalu memegang bagian sensitif dari wanita itu. Sara keluar dari dalam air dan berteriak untuk protes, tetapi Saka kembali membuat mereka menyelam di dalam air.
Keduanya keluar dari dalam air. Sara serasa lemas karena ditenggelamkan oleh Saka.
"Pakai ini atau mau kupegang lagi?"
"Ak-aku pakai," jawab Sara.
"Lain kali kamu memakai pakaian ini untuk berenang, bukan hanya bagian atasmu saja, tetapi bagian bawahmu juga bakal aku terobos."
"Pelecehan! Aku akan laporkan perbuatanmu." Sara memakai kaus yang Saka berikan.
"Silakan. Aku akan bilang kalau kamu juga melakukan hal yang sama padaku dengan tuduhan sengaja menggoda pria."
"Kamu!"
"Apa? Kamu yang tidak bisa menjaga dirimu. Sudah dilecehkan baru menyesal dan nangis," kata Saka.
Sara keluar dari dalam air. Kaus yang dipakainya cukup untuk menutupi bagian sensitif miliknya. Saka bergegas keluar dari dalam air, berlari mengambil pakaian Sara di pendopo.
"Tutupi bagian bawahmu," kata Saka.
Sara mengambil pakaiannya sendiri dari tangan Saka kemudian mengikat dress itu pada bagian bawahnya. Saka memandang tajam tiga pria yang memperhatikan mereka.
"Woi, ape liat-liat?" ucap pria bertubuh kurus dan punya bekas jerawat di wajah. (Apa lihat-lihat)
"Sabar, kite sitok pegi pelesir bukan nak bekelahi," sahut rekannya. (Sabar, kita di sini pergi berlibur bukan bertengkar)
"Usah nak sok jago," kata Saka. (Jangan sok hebat)
"Maaf, Bang." Salah satu dari tiga pria itu menjadi penengah.
Saka menarik tangan Sara melewati mereka. Ketiganya menyadari jika tadi mereka telah membicarakan Sara di hadapan Saka yang dikira, adalah kekasih dari wanita itu.
"Kamu kenapa marah-marah?" tanya Sara.
"Jelas ini semua karena kamu. Mereka membicarakanmu."
"Biar saja. Aku sudah biasa."
Saka menghentikan langkahnya. "Oh, termasuk sentuhanku itu juga biasa?"
"Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu," ucap Sara dengan melewati Saka.
"Tunggu!" Saka menarik lengan Sara hingga tubuh wanita itu membentur tubuh bidang sang pria. "Jika kamu merasa sentuhanku hal biasa, maka aku tidak akan segan untuk terus menyentuhmu."
Sara mendorong tubuh Saka. "Aku akan laporkan tindakkanmu." Sara melangkah, tetapi ia berhenti sejenak. "Oh, ya, mana ponselku?"
Saka tersentak. Ia meraba-raba saku celananya. Saka mengeluarkan ponsel Sara yang sudah basah karena air laut.
"Aku tidak sadar," ucap Saka.
"Sakaaaa!" Sara memukul bahu pria itu. "Enggak mau tahu, kamu harus balikin ponselku seperti semula." Sara terduduk memandang ponselnya.
"Kamu, sih, pakai acara mandi laut. Kelupaan, deh."
"Ponselkuu! Pokoknya ganti."
Saka menggaruk kepalanya. "Kita kembali ke rumah dulu. Nanti aku ganti ponselmu."
Sara memukul lengan Saka. "Bukan ponsel, masalahnya data di dalamnya. Kamu harus ganti."
"Iya, akan ganti, kok. Tenang saja."
*****
"Masih marah?" tanya Saka.
Sara tidak berpaling menatap matahari terbenam dari lantai atas kamar. Ponselnya sudah benar-benar mati meski Saka sudah mencoba menimbun ponsel itu ke dalam tumpukan beras.
"Data-datanya akan bisa diselamatkan. Besok aku akan naik ke darat membelikanmu ponsel, tetapi merek ponselmu harus dipesan dulu. Di kota singkawang mungkin tidak ada," kata Saka.
"Aku ikut."
"Ke mana?"
"Ke darat," jawab Sara.
"Enggak mau. Yang ada bikin susah malah," tolak Saka.
"Aku mau pilih ponsel sendiri."
Saka menggeleng, "Kamu tetap di sini. Aku akan minta bu Minah menemanimu selama aku pergi. Aku pergi pagi dan siang akan pulang."
"Kamu tidak takut kalau pria yang tadi menggodaku?"
"Eh." Saka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memangnya Sara siapa? Kenapa dia harus takut Sara digoda oleh pria lain? "Pokoknya, tidak!"
"Aku mau ikut. Ajak aku ke kota." Sara meraih tangan Saka.
"Aku bilang enggak!" Saka melepas pegangan tangan Sara, lalu berjalan masuk ke dalam.
"Aku selalu tidak beruntung. Kapan hidupku bahagia."
Saka menghentikan langkah, memutar tubuh menatap Sara.
"Aku dibuang di sini. Yang kupandangi hanya lautan. Kegelapan menemani sepiku, cahaya matahari tidak bisa membuatku tersenyum ceria. Kekasih, teman, bahkan orang yang tinggal serumah denganku tidak peka sama sekali. Aku terluka, tersakiti."
Saka mengembuskan napas kasar. "Puisimu sama sekali tidak menyentuh."
"Siapa yang berpuisi, sih? Aku hanya curhat."
"Curhat sama siapa?" tanya Saka.
"Sama nyamuk." Sara menepuk nyamuk yang mengigit tangan serta kakinya. "Ini raja nyamuk apa? Kok, besar-besar, sih?"
"Namanya juga di pulau. Dekat hutan. Pakai lotion nyamuk sana."
"Ah, aku enggak punya. Bisakah aku pergi ke darat untuk membelinya?" tanya Sara.
"Kamu ingin ke darat?"
Sara mengangguk, "Sudah jelas, iya."
Saka tertawa, lalu menunjuk pipinya. "Tahu, kan, artinya."
Sara menyeringai.
Bugh ... !
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Joveni
suka ma saka deh❤️❤️❤️
2022-08-24
0
Jasmine
Saka benar2 jenius...
klu melumpuhkan org ngeyel dan brengkel hrs digitukan ya...pasti tuk sensitifnya Sara kedut2an pengen disentuh lg
2022-08-15
0
Bunda Liah
Hi Thor salam kenal ini cerita kedua yg aku baca dari ceritamu, kemaren aku ga komen, tapi aku senang cerita othor lain daripada yg lain
2022-07-23
0