"Kenapa pipiku dipukul?" Saka mengusap pipinya yang baru saja dihadiahi bogem mentah.
"Lho, katanya tadi kamu minta tonjok. Ya, aku tonjok," jawab Sara.
"Tonjok apanya, sih? Aku minta dikecup pipinya."
Sara tertawa geli, "Oh, ya ampun! Aku kira minta ditonjok. Abisnya kamu enggak bilang mau dikecup pipinya."
"Sudahlah. Pokoknya besok kamu enggak usah ikut aku."
Sara tersentak dan meraih tangan Saka. "Ikuttt!"
"Kamu boleh ikut, tapi ada syaratnya."
"Syarat lagi?" tanya Sara.
"Kamu masak makan malam. Aku sudah lapar."
"Cuma itu?" Sara memastikan permintaan Saka.
"Iya, cuma itu saja."
"Siap laksanakan." Sara bergegas turun ke dapur untuk memasak makan malam untuk mereka berdua.
Saka mengusap kembali pipinya yang masih menyisakan rasa panas. Ia ikut turun menuju dapur melihat sang artis yang disuruh memasak.
Saka sangat yakin sekali jika wanita seperti Sara tidak akan bisa memasak. Mana mungkin seorang model punya waktu untuk memasak makanan, kalau pergi ke salon untuk perawatan, Saka yakin.
"Kita intip apa si model cantik itu bisa masak," gumam Saka.
Sara tidak sadar jika Saka memperhatikan dirinya yang sangat mahir menggoreng telur dan memasak mie instant.
"Siapa pun bisa masak telur dan mie. Aku berlebihan untuk memintanya memasak ala restoran. Lagian bahan-bahannya tidak ada."
Saka menyeret kursi dan duduk di depan meja makan. Ia memperhatikan Sara yang sepertinya akan membuat mie goreng telur.
"Apa di sini ada yang menjual ikan?" tanya Sara.
"Aku biasa pergi memancing kalau ingin makan ikan. Tapi ada juga orang yang menjual hasil tangkapannya."
"Kita tidak punya lemari es. Susah juga untuk menyimpan ikan."
"Siapa bilang tidak ada. Tuh, peti styrofoam. " Saka menunjuk peti styrofoam yang terletak di bawah kompor gas.
"Ini bisa jadi kulkas?" tanya Sara.
"Bisa. Tinggal diberi Es balok. Nelayan di sini memakai itu untuk membawa ikan ke darat. Biasanya mereka memakai peti ikan yang lebih besar dengan bahan bagus untuk nelayan besar," kata Saka.
Sara menghidangkan mie goreng telur serta nasi di meja. Ia juga menyediakan dua buah piring beserta sendoknya. Tidak lupa dengan dua gelas air minum untuk mereka berdua.
Saka mengerutkan kening saat Sara membuka peti itu dan menutup hidung karena peti tersebut bekas menyimpan ikan.
"Ayo makan dulu," ajak Saka.
"Es baloknya kita beli di mana?"
"Ada yang jual. Kapal motor akan datang ke pulau dan aku bisa memesan es dari mereka."
Sara duduk di kursi. Satu senduk mi goreng Sara tuangkan ke dalam piring. Tidak ada makanan lain karena di dalam lemari dapur, hanya ada mie instant, telur, serta minyak makan. Saka melirik Sara yang hanya makan mie goreng tanpa nasi, sedangkan ia harus makan nasi kalau tidak, perutnya akan keroncongan.
"Enggak makan nasi?"
"Aku akan gendut jika makan mie instant terus."
"Buktinya aku tidak," kata Saka.
"Bisakah kamu menyediakan peti es lagi? Kita harus menyimpan buah dan sayur."
Saka mengangguk, "Saat kita di darat, kita beli semua perlengkapan dapur."
"Aku tidak sabar untuk ke kota."
Sara memasak dan Saka yang mencuci piring. Wanita itu menemani Saka agar bisa kembali ke atas bersama-sama. Tidak ada TV, ponsel juga sudah mati. Hanya deburan ombak yang menemani. Namun, Sara mendengar suara pengunjung yang sedang mengadakan pesta di vila sebelah.
"Kalau kamu ingin ikut bergabung, pergilah. Mereka pasti lagi mengadakan acara bakar ikan," kata Saka.
Sara menggeleng, "Aku tidak mau menganggu mereka. Kita ke atas saja."
"Sebentar, aku kunci pintu bawah dulu. Meski di pulau kita juga perlu menjaga keselamatan."
Selepas mengunci pintu, keduanya naik ke atas menuju balkon. Saka mengambil lotion anti nyamuk dan juga gitar dari dalam kamarnya.
"Pakai lotion nyamuknya."
"Terima kasih," ucap Sara.
Suara petikan gitar terdengar. Sara memandang Saka yang memetik gitar sembari menyanyi. Suara Saka bagus dan enak di dengar.
"Kita nyanyi bersama," kata Saka.
"Aku tidak bisa. Suaramu bagus, Saka."
"Hanya kebetulan."
"Ajari aku main gitar." Sara mendekat dan Saka memberikan gitar miliknya.
"Belajar gitar harus potong kuku dulu," kata Saka sembari menautkan jari-jari Sara di atas senar. "Coba petik."
Sara memetiknya tanpa perasaan dan hanya suara bising terdengar. Saka sampai menutup telinga.
"Bukan begitu. Yang ada tali gitarnya bisa putus."
"Jadi bagaimana?" tanya Sara.
"Pakai perasaan." Saka berpindah posisi duduk di belakang Sara. Ia menggengam tangan kanan dari wanita itu. Saka mengambil alih kunci dan bersama-sama memetik gitar.
Sara tersenyum membiarkan Saka memetik gitar sembari bernyanyi. Ia menoleh pada Saka dan tanpa sengaja hidung mancung keduanya bersentuhan.
Mata keduanya saling tatap. Sara memutus pandangannya dan Saka beralih posisi dengan menjauh dari wanita itu.
"Sudah malam, kita tidur saja," kata Saka.
Waktu baru menunjukkan pukul setengah delapan malam. Karena suasana pulau yang sepi, terasa hari sudah sangat malam.
"Saka, pintu kamarmu jangan ditutup, ya. Biarkan terbuka. Aku takut untuk sendirian di dalam kamar."
"Nanti banyak nyamuk yang masuk."
"Ini di pulau. Kalau ada hantu bagaimana?" kata Sara.
"Lah, semalam kamu enggak sadar kalau berada di pulau?"
Sara menyengir, "Semalam, kan, aku bersama kekasihku."
"Iya, aku tidak akan menutup pintunya."
Sara dan Saka masuk ke dalam. Saka menutup pintu balkon. Keduanya masuk ke dalam kamar masing-masing. Sara bisa memandang wajah Saka dan begitu pula sebaliknya.
"Ayo tidur," kata Saka.
"Aku akan tidur. Semalam malam," ucap Sara, lalu memejamkan mata.
Saka memandang Sara. Ia mengingat tabrakan sekilas tadi. Jantung Saka berdetak kencang saat itu. Usianya dua puluh delapan tahun, dan rasanya baru kali ini jantungnya berdebar saat dekat dengan Sara.
Siapa yang tidak tergila-gila pada Sara. Wanita itu sangat cantik. Siapa pun akan terpikat, tetapi Sara hanya mencintai kekasihnya, yaitu Indra.
******
"Kamu sembunyikan di mana kekasihmu?" tanya Velia, istri dari Indra.
"Apa kamu bisa menutup bibirmu itu? Aku baru pulang dan kamu malah mengajakku bertengkar," kata Velia.
"Kamu berbuat serong di depan mataku. Kamu pikir aku bisa menerima itu?"
"Lantas mau kamu apa? Kalau ingin berpisah silakan saja. Aku terima."
Velia menitikkan air mata. "Indra, aku ini istrimu. Kita juga sudah punya anak. Kumohon untuk tidak kembali bersama Sara. Aku mencintaimu, Indra."
Indra memeluk Velia. Ia bingung dalam situasi ini. Di satu sisi ada cintanya dan di satu sisi ada istri dan anaknya. Keduanya penting bagi Indra. Ia tidak dapat memilih, ia menginginkan keduanya.
"Sudah. Jangan lagi menangis. Aku ingin membersihkan diri dulu dan menemui anak gadis kita," ucap Indra dengan mengecup kening Velia.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sari Rahayu
model Indra kaya gini ga usah dipertahanin
2022-12-05
1
Wrin Budayani
laki2 serakah ...
2022-11-08
0
scarlet
hempaskan laki2 model Indra,,,
2022-08-20
0